*

*

Ads

Jumat, 23 Maret 2018

Asmara Berdarah Jilid 170

"Apa bedanya?" Cia Kong Liang berseru marah, "dia adalah seorang raja datuk sesat dan dia dibantu oleh Cap-sha-kui dan para datuk sesat lain dari golongan hitam! Tak tahukah ciangkun akan hal ini?"

Ji-ciangkun mengerutkan alisnya.
"Aku tahu atau memang dapat menduga. Akan tetapi apa salahnya? Yang penting adalah menggulingkan pemerintah yang dipimpin oleh kaisar lemah dan pembesar-pembesar lalim, dan Pangeran Toan adalah seorang pangeran asli..."

"Ji-ciangkun! Aku... kami dari Cin-ling-pai tidak sudi bekerja sama dengan golongan hitam! Para penjahat itu akan mengotori perjuangan kita. Ji-ciangkun, engkau tidak boleh bersekutu dengan orang-orang jahat dari kaum sesat itu!"

Panglima Ji memandang dengan alis berkerut dan sinar matanya dingin sekali.
"Cia-pangcu, sikap dan kata-katamu sungguh aneh. Lalu apa yang akan kau lakukan karena aku bersekutu dengan mereka?"

"Ji-ciangkun, engkau harus mengusir mereka semua dan tidak menggunakan tenaga mereka untuk perjuangan!"

Wajah panglima itu menjadi merah dan sinar matanya mengandung kemarahan.
"Cia-pangcu, bicaramu sungguh aneh dan lancang. Ada hak apakah engkau hendak melarang dan mengatur apa yang kulakukan? Kalau aku tetap bekerja sama dengan mereka, engkau mau apa?"

"Brakkk...!"

Cia Kong Liang bangkit berdiri dan tangannya menampar meja di depannya sehingga empat kaki meja itu menancap dan masuk ke dalam lantai hampir sejengkal dalamnya!

"Ji-ciangkun, engkau tinggal memilih saja. Mereka yang pergi atau kami yang pergi!"

Panglima itupun bangkit berdiri dan memandang marah.
"Orang she Cia, engkau orang yang sombong dan angkuh! Apa sih artinya puluhan orang Cin-ling-pai bagiku? Kalian datang tanpa kuundang dan kalau mau pergi, tidak semudah itu. Kami tidak mau kalian keluar membawa rahasia-rahasia pertahanan kami!"

Tiba-tiba terdengar suara dengusan dan disusul suara wanita,
"Ketua Cin-ling-pai ini memang besar kepala dan patut menerima hukuman!"

Cia Kong Liang membalikkan tubuhnya dan dia melihat Raja Iblis dan Ratu Iblis sudah berdiri di ambang pintu ruangan itu dengan sikap menakutkan, seperti dua mayat hidup saja wajah mereka yang kehijauan. Dan di belakang mereka nampak puluhan orang perajurit pengawal yang siap dengan tombak dan golok mereka.

Sekilas pandang saja tahulah ketua Cin-ling-pai itu bahwa dia telah terkepung dan tidak mungkin dapat meloloskan diri kecuali harus melawan mereka. Diapun dapat menduga bahwa Raja dan Ratu Iblis ini tentu lihai sekali, apalagt ditambah puluhan orang pasukan pengawal. Mana mungkin dia yang hanya seorang diri melawan musuh yang sekian banyaknya itu? Pikirannya bekerja cepat dan tiba-tiba tubuhnya membalik dan meloncat ke arah Ji-ciangkun!

Panglima ini terkejut bukan main, dapat menduga bahwa ketua Cin-ling-pai itu menyerangya, dia lalu menyambutnya dengan pukulan tangan kanan yang keras ke arah dada Cia Kong Liang!

Akan tetapi, dengan mudahnya ketua Cin-ling-pai itu menangkap pergelangan lengan kanan lawan dan sekali menggerakkan jari tangan kanan menotok, tubuh panglima itu menjadi lemas tak mampu melawan lagi!

Cia Kong Liang menelikung lengan itu ke belakang tubuh dan sambil mengancam dengan pedangnya. Ketika dia mencabut Hong-cu-kiam, nampak berkelebat sinar emas. Itulah pedang pusaka Hong-cu-kiam yang tipis dan dapat digulung menjadi ikat pinggang! Sambil mwempelkan pedangnya di batang leher Ji-ciangkun, dia menghardik ke depan,

"Kalau ada yang menyerangku, panglima ini akan kubunuh lebih dahulu!"

Akan tetapi tiba-tiba terdengar suara Ratu Iblis mengejek.
"Heh-heh, pangcu, kau boleh bunuh panglima tujuh kali dan kami masih mampu mengangkat yang lain delapan kali. Apa artinya seorang panglima bagi kami? Setiap waktu kami dapat mengangkat penggantinya. Bunuhlah kalau mau bunuh dia, akan tetapi tetap engkau tidak akan mampu lolos dari kami!"






Cia Kong Liang bukan orang bodoh dan dia tahu bahwa apa yang dikatakan Ratu Iblis itu memang benar. Sekarang baru dia menyadari bahwa orang pertama dalam barisan pemberontak itu bukan Ji-ciangkun, melainkan Pangeran Toan Jit Ong atau Raja Iblis yang berdiri diam saja di samping isterinya yang menjadi juru bicara itu.

Menyandera Ji-ciangkun tidak ada artinya dan membunuhnyapun tidak ada artinya. Bahkan kalau mungkin dia memanaskan hati Ji-ciangkun. Maka diapun membebaskan totokannya dari tubuh panglima itu.

"Nah, ciangkun, harap jangan bodoh. Lihat sikap dan ucapan mereka! Apakah engkau masih sudi bersekutu dengan iblis-iblis jahat dan palsu macam mereka?"

Setelah terbebas dari totokan, Ji Sun Ki mundur-mundur dan wajahnya nampak merah sekali tanda kemarahan.

"Cia-pangcu, engkau sungguh bodoh! Tanpa bimbingan Toan Ong-ya, mana mungkin kita berhasil? Menyerahlah saja!"

Tentu saja Cia Kong Liang menjadi marah. Tak disangkanya bahwa Raja Iblis sudah menguasai Ji-ciangkun seperti itu. Tahulah dia bahwa harapan untuk lolos tidak ada lagi, dan dia menjadi nekat.

"Baiklah Raja Iblis, kalau begitu aku akan mengadu nyawa denganmu!"

Cia Kong Liang meloncat dan pedangnya berkelebat menjadi sinar emas yang panjang dan cepat menyambar ke arah Raja Iblis. Akan tetapi, tiba-tiba Ratu Iblis mengeluarkan lengkingan panjang dan pedangnya sudah berada di tangan, bergerak menangkis serangan ketua Cin-ling-pai itu.

"Tranggg...!"

Keduanya meloncat ke belakang dan memeriksa pedang masing-masing karena pertemuan kedua batang pedang itu tadi membuat tangan mereka tergetar. Setelah melihat bahwa pedang mereka tidak rusak, Cia Kong Liang menyerang lagi dengan dahsyatnya, disambut oleh Ratu Iblis yang memutar pedangnya dengan cepat. Serang menyerang terjadi akan tetapi semua serangan dapat dielakkan atau ditangkis.

Lewat belasan jurus, tiba-tiba Ratu Iblis membentak nyaring dan kini bukan hanya pedangnya yang menusuk ke arah lambung lawan, akan tetapi rambutnyapun sudah berobah menjadi senjata ampuh menyambar ke arah tenggorokan Cia Kong Liang.

Pendekar ini terkejut sekali dan maklum bahwa serangan rambut itu tidak kalah ampuhnya dari serangan-serangan pedang, maka sambil menangkis pedang yang menusuk lambung, diapun mengerahkan tenaga pada telapak tangan kirinya dan kini tenaga Thian-te Sin-ciang yang amat kuatnya menyambar ke arah gumpalan rambut itu.

Rambut itu membuyar dan hilang tenaganya ketika bertemu dengan tenaga Thian-te Sin-ciang, membuat nenek itu terkejut bukan main. Dengan sendirinya ia tidak memandang rendah lawan dan dapat menduga bahwa orang yang telah menjadi ketua Cin-ling-pai tentu lihai sekali, akan tetapi tidak disangkanya selihai itu! Maka iapun mengeluarkan suara memekik nyaring dan kini pedangnya bergerak-gerak aneh dan liar, sedangkan tangan kirinya diputar-putar lalu menyambar-nyambar ke depan dengan telapak tangan terbuka.

Terdengar desir angin ketika tangan kiri itu didorongkan ke depan dan Cia Kong Liang merasa betapa angin pukulan yang panas dan kuat menyambar ke arah tubuhnya. Cepat diapun mengerahkan Thian-te Sin-ciang dan melawan pukulan-pukulan itu dengan dorongan telapak tangan kirinya, sedangkan pedangnya masih terus merupakan gulungan sinar emas yang kuat. Pertandingan itu berlangsung semakin seru dan ternyata kedua pihak memiliki tingkat kepandaian dan kekuatan yang seimbang.

Cia Kong Liang merasa penasaran bukan main melihat kenyataan bahwa sampai puluhan jurus dia belum mampu mengalahkan nenek itu. Baru melawan nenek itu saja dia tidak mampu mengalahkan, apalagi kalau Raja Iblis sendiri yang maju!

Dia membentak dan kini gerakan pedangnya berobah sama sekali karena dia mainkan Ilmu Pedang Siang-bhok Kiam-sut (Ilmu Pedang Kayu Harum) yang amat aneh dan hebat. Pedangnya bergerak tanpa mengeluarkan suara dan tahu-tahu pedang itu menghunjam ke arah dada lawan.

Nenek itu cepat menangkis, akan tetapi ketika kedua pedang bertemu, pedang Hong-cu-kiam itu membuat gerakan memutar dan tiba-tiba terdengar suara keras ketika pedang di tangan nenek itu patah menjadi dua potong!

Jurus Ilmu Pedang Siang-bhok Kiam-sut tadi memang hebat dan pedang di tangan ketua Cin-ling-pai itu adalah sebatang pedang pusaka yang lebih ampuh daripada pedang si nenek. Akan tetapi pada saat itu, rambut itu menyambar dan menotok ke arah pergelangan tangan kanan lawan, sedangkan kedua tangan nenek itu sudah menubruk dan mencengkeram. Gerakan ini dilakukan dengan lengking nyaring mengejutkan.

Biarpun Cia Kong Liang sudah mengerahkan Tiat-po-san, semacam ilmu kekebalan, tetap saja lengannya kesemutan ketika terkena totokan rambut dan pada saat pedangnya hampir terampas itu, tiba-tiba menyambar angin pukulan yang amat hebat dari samping dan tahu-tahu pedangnya telah terbang meninggalkan tangannya.

Dia cepat meloncat ke belakang untuk menghindarkan diri dari tubrukan Ratu Iblis dan ketika dia mengangkat muka, ternyata pedangnya telah berada di tangan Raja Iblis yang menimang-nimangnya dan memeriksanya tanpa memperdulikan dirinya. Cara Raja Iblis tadi merampas pedang saja sudah membuktikan betapa saktinya iblis itu.

Akan tetapi Cia Kong Liang tidak menjadi gentar, malah merasa penasaran dan marah sekali. Sambil mengerahkan tenaga, diapun meloncat ke depan, menyerang Raja Iblis sambil membentak,

"Kembalikan pedangku!"

Akan tetapi, Ratu Iblis yang sudah kehilangan pedang pula, meloncat dan menyambut serangan ketua Cin-ling-pai yang ditujukan kepada suaminya. Dua tubuh itu bertemu di udara dan dua pasang tangan saling bersilang dan berbenturan.

"Desss...!"

Tubuh keduanya terlempar ke belakang, akan tetapi tubuh Ratu Iblis terlempar lebih jauh dan ia agak terhuyung ketika kedua kakinya menyentuh tanah, sedangkan tubuh pendekar itu tetap tegak.

"Ji-ciangkun, tangkap dia!" tiba-tiba terdengar suara Raja Iblis memerintah dan terdengar Ji Sun Ki memberi aba-aba kepada anak buahnya.

"Kepung dan tangkap pengkhianat ini!" bentaknya.

Mendengar bentakan Ji-ciangkun ini, Cia Kong Liang menjadi marah sekali dan tahulah dia bahwa panglima itu sudah menjadi antek Raja Iblis. Bukan Panglima Ji yang memimpin pemberontakan itu, melainkan Raja Iblis! Betapa bodohnya! Dia telah membawa nama Cin-ling-pai ke dalam lumpur, menyeret Cin-ling-pai menjadi antek-antek Raja Iblis!

"Majulah jangan dikira aku takut!" bentaknya dan diapun mengamuk ketika dikepung oleh banyak sekali perajurit pengawal.

Akan tetapi, jumlah mereka banyak sekali dan tiba-tiba lengannya dapat tertangkap oleh seorang perajurit. Dia hendak meronta, akan tetapi tiba-tiba perajurit itu berbisik, suaranya terdengar dekat sekali di telinganya, tanda bahwa perajurit itu menggunakan ilmu mengirim suara yang amat kuat.

"Percuma melawan, menyerah saja untuk saat ini!"

Didalam suara itu terkandung nasihat dan juga bujukan dan Cia Kong Liang dapat menduga bahwa perajurit ini tentu bermaksud baik, maka diapun berhenti meronta dan membiarkan dirinya ditelikung dan dibelenggu.

"Bunuh saja dia!" Terdengar Ji-ciangkun berkata. "Kalau tidak tentu mereka akan menyusahkan saja di kemudian hari."

"Tidak, masukkan saja dalam tahanan dan jaga keras jangan sampai lolos. Lain waktu kita bisa membutuhkan dia," terdengar Raja Iblis berkata dan tubuh ketua Cin-ling-pai lalu diseret oleh beberapa orang perajurit pengawal, dibawa ke dalam sebuah kamar tahanan yang kokoh kuat dan dijaga oleh selosin orang perajurit pengawal.

Cia Kong Liang mencari-cari dengan pandang matanya akan tetapi perajurit yang tadi berbisik kepadanya sudah lenyap menyelinap diantara banyak perajurit disitu.

**** 170 ****
Asmara Berdarah







Tidak ada komentar: