*

*

Ads

Selasa, 30 Mei 2017

Pendekar Sadis Jilid 084

Akan tetapi di waktu dia melakukan latihan di depan Pak-san-kui, tentu saja Thian Sin tidak memperlihatkan hal ini. Dan kalau Pak-san-kui kelihatan girang karena sudah menguasai semua jurus, Thian Sin sengaja memperlihatkan bahwa dia belum menguasai sepenuhnya dan di sinilah letak kecerdikan pemuda itu!

Pada bulan ke dua, karena dia sendiri merasa sudah dapat menguasai Hok-liong Sin-ciang, Pak-san-kui lalu mengajak Thian Sin untuk mulai dengan pelajaran dari kitab ke dua, yaitu ilmu Hok-te Sin-kun! Ilmu ini jauh lebih rumit karena mengandung ilmu bersamadhi yang aneh, yaitu dengan kepala di bawah dan kedua kaki di atas!

Thian Sin menurut saja, biarpun dia sendiri belum dapat melatih ilmu Hok-liong Sin-ciang dengan baik. Maka, pada bulan ke dua, mulailah mereka berdua melatih diri dengan siulian menurut kitab pelajaran Hok-te Sin-kun, yaitu jungkir balik.

Dan sementara itu, hampir setiap hari Pak-san-kui mengajarkan ilmu silat huncwe itu, karena memang maksudnya bukan ingin mempelajari bagaimana untuk dapat bermain ilmu silat itu, melainkan untuk mencari kelemahan-kelemahannya. Dan kakek itu adalah seorang datuk, tentu saja diapun tidak mau menyembunyikan ilmunya, bahkan dia bermain silat huncwe secepatnya sehingga akan sukarlah bagi Thian Sin untuk mempelajarinya.

Dan pemuda ini memang dapat melihat betapa hebat dan tangguhnya ilmu silat ini, di samping gerakan-gerakannya yang aneh. Akan tetapi dia mulai dapat melihat bahwa pada dasarnya, ilmu silat itu adalah ilmu silat pedang yang hebat. Huncwe yang panjangnya sampai tiga kaki itu digerakkan seperti pedang, jadi pada hakikatnya tidak berbeda dengan ilmu silat yang-kim yang dimainkan oleh Siangkoan Wi Hong.

Ilmu silat yang-kim itu pada dasarnya juga ilmu pedang yang disesuaikan dengan yang-kim. Ini pun merupakan ilmu pedang yang disesuaikan dengan huncwe sehingga tusukan pedang menjadi totokan huncwe. Hanya hebatnya, ditambah lagi dengan penggunaan panasnya huncwe dan api yang keluar dari mulut huncwe, juga asap yang dapat dipergunakan untuk menyerang lawan.

Kunci-kunci yang terdapat dalam ilmu Hok-te Sin-kun ini lebih hebat lagi. Memang dilihat begitu saja, cara Thian Sin bersamadhi tidak ada bedanya dengan yang dilakukan Pak-san-kui dalam melakukan latihan menurut kitab itu. Akan tetapi sesungguhnya terdapat perbedaan yang amat besar.

Berjungkir-balik dengan kepala di bawah dan kedua kaki di atas, dengan punggung tegak lurus, merupakan kedudukan tubuh yang baik sekali untuk membantu gerakan perjalanan darah ke dalam otak, juga untuk "menurunkan" hawa murni dari bawah pusar ke otak melalui punggung.

Akan tetapi, perjalanan darah ini harus berjalan dengan sewajarnya, dibantu dengan pernapasan yang panjang dan tanpa paksaan sama sekali, dengan pikiran yang kosong dan membiarkan hawa yang panas dari pusar itu perlahan-lahan menjalar turun sampai ke ubun-ubun kepala. Akan tetapi, kalau demikian adanya pelajaran yang sebenarnya, yang kuncinya sudah dipegang oleh Thian Sin, kalau menurut kitab yang menyesatkan itu, si pelatih diharuskan menekan tenaga dari tiantan itu turun dan menembus jalan darah secara paksa.

Mula-mula Pak-san-kui memang merasa girang sekali karena setelah berlatih seperti itu, dia merasa betapa hawa sakti itu dapat digerakkannya jauh lebih mudah daripada kalau dia bersamadhi sambil duduk bersila. Akan tetapi, setelah dia berlatih selama seminggu, dia merasa agak pening pada kepalanya dan setelah berlatih, maka pandang matanya berkunang-kunang. Sedangkan pada Thian Sin, tidak nampak tanda apa-apa. Akan tetapi dia menghibur diri dan menganggap bahwa ini adalah tanda bahwa latihannya berhasil!

Lalu dia mulai berlatih dengan ilmu silat aneh Hok-te Sin-kun itu, yaitu bersilat dengan kepala di bawah, menggunakan kedua kaki sebagai penyerang utama dan kedua tangan sebagai penyerang pembantu. Dan karena memang kakek ini sudah memiliki dasar ilmu silat yang tinggi, maka gerakan-gerakan itu tidaklah sukar baginya.






Sebaliknya, diam-diam Thian Sin juga mempelajari ilmu silat ini menurut catatan yang sebenarnya, yaitu menurut petunjuk dalam kitab yang sudah diubahnya menurut kunci yang telah dipelajarinya sejak kecil dan dia mulai merasakan hasilnya. Tubuhnya menjadi semakin ringan, tenaga sin-kang di tubuhnya terasa mengalir dengan cepat dan amat kuat di seluruh tubuhnya, akan tetapi hal ini tidak dia nyatakan sehingga kakek itu sendiripun tidak mengetahuinya.

Lewat empat bulan lebih, hampir lima bulan. Thian Sin sudah merasa yakin bahwa dia telah mempelajari dengan teliti dan melihat kelemahan-kelemahan pada ilmu silat huncwe dari Pak-san-kui dan dia menganggap bahwa waktunya telah tiba baginya untuk memperlihatkan diri dengan sesungguhnya dan mengalahkan kakek itu!

Dia sudah tinggal cukup lama disitu dan sudah memperoleh tambahan ilmu dengan mempelajari ilmu huncwe yang walaupun tidak dapat dikuasainya sepenuhnya namun telah dipelajarinya gerak-geraknya dan kelemahan-kelemahannya itu.

Di samping itu, diapun telah mempelajari dua ilmu peninggalan ayahnya, biarpun belum sempurna benar, akan tetapi jelas jauh lebih baik daripada Pak-san-kui sendiri yang memperoleh ilmu-ilmu itu dengan cara yang terbalik bahkan tersesat!

Dan dia akan memperlihatkan kemenangan atau keunggulannya itu kepada Siangkoan Wi Hong dan Pak-thian Sam-liong! Maka dia memilih saat ketika putera dan murid-murid kepala Pak-san-kui itu pada suatu sore nonton latihan-latihan mereka dan memang dia sudah mempersiapkan segala-galanya.

Maka ketika Pak-san-kui yang tadinya bercakap-cakap dengan murid-murid kepalanya setelah menerima laporan tentang segala tugas yang dilakukan oleh murid kepala ini yang berhubungan dengan pekerjaan mereka, Pak-san-kui lalu berkata,

"Thian Sin, mari kita berlatih. Diam-diam telah hampir lima bulan engkau di sini dan mari kau perilhatkan apa yang telah kau peroleh selama ini!"

Kakek itu tertawa dan melirik ke arah puteranya. Diam-diam Thian Sin tergetar. Dalam lirikan itu dia seperti melihat sesuatu dan tentu ada apa-apanya di balik ajakan berlatih ini! Apakah di dalam hati kakek itu juga terdapat keinginan yang sama dengan keinginannya sendiri, yaitu hendak menjatuhkan dalam latihan itu?

"Baik, locianpwe!" katanya dan dia mengangkat tempat air minumnya, lalu minum beberapa teguk air jernih itu, baru dia meloncat ke tengah ruangan lian-bu-thia itu.

Pak-thian Sam-liong dan Siangkoan Wi Hong segera mengatur tempat duduk, menyingkirkan meja di pinggir dan mereka sendiri lalu duduk nonton karena merekapun ingin sekali mellhat apa yang selama ini dilatih oleh pemuda itu dan Pak-san-kui.

"Mari kita lebih dulu berlatih ilmu Hok-liong Sin-ciang!" kata kakek itu dengan gembira sambil menyelipkan huncwenya di ikat pinggangnya.

Biarpun tembakau di huncwenya masih belum padam, akan tetapi karena tidak dihisap maka asapnya hanya sedikit saja. Dia sudah siap dengan kuda-kuda dari Ilmu Silat Hok-liong Sin-ciang menurut petunjuk dalam kitab, wajahnya gembira sekali karena dia yakin bahwa dalam ilmu silat baru ini dia tentu dapat mengalahkan Thian Sin yang dia lihat belum sempurna benar gerakannya, masih kaku.

Juga dia tahu bahwa perhatian pemuda itu terhadap Hok-liong Sin-ciang harus dibagi perhatiannya untuk mempelajari ilmu huncwe yang belum ada sepersepuluhnya dipelajari oleh pemuda itu, bahkan boleh dibilang pemuda itu belum mempelajari apa-apa selama ini kecuali hanya nonton saja dia bermain silat dengan huncwenya.

Dan dia tidak dapat dipersalahkan, tidak dapat dikatakan licik karena dia telah mainkan semua jurus simpanannya yang ada dengan huncwenya, tentu saja terlalu cepat dan tidak mungkin dapat ditangkap semua oleh pemuda itu!

Thian Sin hanya mengangguk dan diapun cepat menyerang dengan jurus-jurus Hok-liong Sin-ciang yang dilatihnya bersama dengan kakek itu. Pak-san-kui mengelak dan membalas serangan itu dengan gerakan yang sama anehnya, bahkan dari tangannya keluar hawa pukulan yang mengeluarkan suara bersuitan saking kerasnya.

Namun, Thian Sin dapat menangkis dan balas menyerang. Mereka saling serang dengan jurus-jurus Hok-liong Sin-ciang itu dan keduanya ternyata sama tangguhnya. Akan tetapi, Thian Sin segera dapat melihat lowongan-lowongan pada setiap kali kakek itu menyerang. Dia melihat betapa kedudukan kaki atau tangan kakek itu terbalik, maka ketika dia melihat kakek itu menggunakan jurus ke sebelas untuk menyerangnya, dengan pukulan tangan kiri dari samping dibarengi pukulan tangan kanan dari atas, padahal seharusnya dari bawah, dia melihat lowongan dan sambil mengelak, kakinya menyambar ke arah lambung yang "terbuka".

"Plak! Plak! Aihhh...!"

Pak-san-kui terhuyung ke belakang, dan biarpun dia tadi dalam gugupnya masih mampu menangkis, namun kedudukannya terguncang dan dia terhuyung ke belakang. Wajah kakek itu menjadi merah karena jelas nampak oleh siapapun juga bahwa dalam hal ilmu baru itu dia kalah oleh pemuda ini!

"Hyaaaaattt...!" Tiba-tiba dia sudah berjungkir balik dan mainkan ilmu kedua, yaitu Hok-te Sin-kun.

Tanpa mengeluarkan kata apapun Thian Sin juga menggerakkan tubuhnya berjungkir balik dan mainkan Hok-te Sin-kun. Kini terjadilah pertandingan yang membuat Siangkoan Wi Hong dan tiga orang kakek Pak-thian Sam-liong menjadi bengong dan terheran-heran bercampur kagum.

Dua orang itu telah saling serang mempergunakan sepasang kaki yang dibantu sepasang tangan, dan sambaran kaki mereka itu mendatangkan angin yang amat dahsyat! Itu adalah ilmu yang amat hebat. Mereka semua tidak tahu betapa wajah kakek itu menjadi pucat, sedangkan wajah Thian Sin merah dan nampak berseri, sepasang matanya nampak mencorong. Ini tandanya bahwa tenaga yang dipergunakan oleh Pak-san-kui adalah tenaga yang terbalik dan salah! Setelah saling serang dengan hebatnya, tiba-tiba kedua kaki mereka beradu.

"Desss...!"

Dan akibatnya tubuh Pak-san-kui terdorong dan tentu dia sudah jatuh terbanting kalau dia tidak cepat meloncat bangun. Mukanya pucat sekali dan dia menyeringai karena merasa betapa kepalanya berdenyut pening. Itulah akibatnya karena dia terlampau banyak menggunakan tenaga terbalik yang memukul dirinya sendiri itu!

Sebagai seorang ahil silat kelas tinggi, seketika maklumlah kakek ini bahwa selama ini dia tertipu! Kalau tidak tertipu, tidak mungkin dia kalah dalam kedua ilmu itu oleh Thian Sin! Dan pula, pertemuan kaki tadi memberi tahu padanya bahwa dia telah salah mempergunakan tenaga, padahal semua itu menurut petunjuk kitab. Tahulah dia bahwa dia telah tertipu, maka dengan marah dia berkata.

"Thian Sin, sekarang ini mari kita lihat kemajuanmu mempelajari ilmu huncwe!" Setelah berkata demikian, dia sudah maju menyerang dengan huncwenya!

Thian Sin terkejut sekali, maklum bahwa agaknya kakek ini sudah curiga, buktinya begitu menyerang terus saja menggunakan jurus-jurus maut terampuh dari huncwenya! Dia cepat mengelak ke sana-sini, dan karena dia sudah memperhatikan dengan teliti ketika dia mempelajari ilmu ini, dia mengenal setiap gerakan dan tahu akan inti kekuatan huncwe itu.

Dia membalas dengan serangan-serangan Thian-te Sin-ciang karena hanya ilmu inilah yang membuat tubuhnya kebal dan tamparannya cukup kuat untuk membuyarkan serangan huncwe. Agaknya kakek itu juga maklum hal ini dan tidak lagi mengherankan mengapa pemuda itu kini mainkan ilmu silat itu, dan tahulah dia bahwa memang saat inilah yang ditunggu-tunggu oleh pemuda itu untuk melawannya mati-matian.

Maka diapun lalu mengerahkan seluruh tenaga dan kepandaiannya, sekali ini mengambil keputusan untuk membunuh pemuda ini yang dianggap amat berbahaya baginya.

"Cringgg...!" Tiba-tiba nampak sinar perak berkelebat dan Thian Sin telah menangkis huncwe itu.

Kini, tiba-tiba huncwe itu diputar sedemikian rupa oleh Pak-san-kui dan nampaklah gulungan sinar api! Ternyata kakek itu telah mempergunakan jurus-jurus yang paling ampuh, yaitu dengan bantuan api huncwenya yang tangguh, dan kini dari mulutnya bahkan menyambar asap hitam yang baunya amat keras!

Thian Sin sudah maklum akan hal ini, dan dia sudah menanti-nanti, bahkan bersiap untuk menghadapi jurus ini. Tiba-tiba dia mengeluarkan bentakan dengan suara aneh dan dari mulutnya itu menyambar air ke arah kepala huncwe. Itulah air yang tadi diminumnya sebelum dia mulai menghadapi Pak-san-kui!

Air itulah yang dipergunakannya untuk menghadapi api huncwe lawan. Dia tahu, dan hal ini telah dipelajarinya selama berbulan-bulan, bahwa satu-satunya kelemahan huncwe itu adalah terhadap air! Dan begitu kepala huncwe tersiram air, terdengar suara "Cessss" dan apinya tentu saja menjadi padam nampak asap hitam yang baunya keras bukan main dan pada saat itu Thian Sin sudah berjungkir balik, pedangnya dilemparkan dari bawah ke arah perut lawan, disusul kedua tangannya menotok ke arah kaki dan kakinya sendiri menyerang ke depan dengan amat cepatnya! serangan gabungan yang sudah dipelajari dan diperhitungkan selama berbulan-bulan ini.

"Tringg...!"
Pedang itu tertangkis huncwe dan Si Kakek meloncat menghindarkan totokan pada kakinya, akan tetapi dia disambut oleh tendangan kaki.

"Blukkk!"

Kedua kaki Thian Sin menendang dada dengan amat kerasnya dan akibatnya tubuh kakek itu terlempar dan terbanting, dan diapun roboh pingsan! Siangkoan Wi Hong dan tiga orang kakek Pak-thian Sam-liong berteriak marah dan segera menyerang dengan senjata mereka, pemuda itu menggunakan yang-kim untuk menyerang dan dua orang kakek itu menggunakan pedang mereka.

Sementara itu, Thian Sin yang mengerahkan tenaga ketika merobohkah kakek tadi, merasa tubuhnya tergetar hebat dan napasnya agak terengah. Perlawanan tenaga kakek itu sungguh amat hebat dan dia tahu bahwa kalau dia harus melayani empat orang itu, dia bisa celaka, apalagi kalau para penjaga nanti datang mengeroyok, maka dia segera menyambar pedangnya dan menangkis terus meloncat keluar.

Gerakannya cepat sekali dan biarpun empat orang itu berteriak-teriak sambil mengejar, namun Thian Sin sudah dapat melarikan diri keluar rumah dan terus lari dengan cepat. Sementara itu, malam telah tiba dan kegelapan menolong pemuda itu dapat menyelamatkan diri dari para pengejarnya. Hatinya lega bukan main. Biarpun dia sangsi apakah dia berhasil membunuh kakek itu, namun setidaknya dia telah merobohkannya dan dia yakin bahwa kalau dia sudah matangkan Hok-liong Sian-ciang dan Hok-te Sin-kun dengan sempurna, setelah dia tahu akan kelemahan-kelemahan ilmu huncwe maut itu, dia tidak takut lagi terhadap datuk utara itu!

Sementara itu, Siangkoan Wi Hong dan Pak-thian Sam-liong tidak melanjutkan pengejaran, karena mereka sendiripun masih terlalu kaget melihat betapa Pak-san-kui dapat dirobohkan pemuda itu dan hal ini cukup membuat mereka berhati-hati untuk mengejar pemuda selihai itu, yang menghilang di dalam cuaca yang sudah mulai gelap.

Mereka lalu kembali untuk cepat menolong Pak-san-kui. Kakek itu masih pingsan akan tetapi setelah memeriksanya, hati Siangkoan Wi Hong agak tenang karena ayahnya tidak tewas, melainkan pingsan dan terluka cukup parah, antara lain dua buah tulang iganya retak-retak!

Tentu saja setelah siuman, kakek itu menyumpah-nyumpah dan berjanji akan mencari pemuda yang telah merobohkannya itu, yang dianggapnya amat curang. Tahulah kini kakek itu bahwa lawannya sungguh seorang pemuda yang selain lihai, juga amat cerdik seperti setan sehingga "tukar menukar" ilmu itu hanya tipu muslihat saja.

Dia memperoleh ilmu yang palsu, sedangkan pemuda itu berhasil mencari kelemahan-kelemahan huncwenya sehingga dia dapat dirobohkan. Setelah pengalaman pahit itu, Pak-san-kui menyempurnakan ilmu huncwenya bahkan kini diapun menggembleng puteranya dengan ilmu huncwe maut, juga dua ilmu dari Thian Sin itu mereka selidiki bersama, mereka cari bagiannya yang berguna dan oleh Pak-san-kui ilmu-ilmu itu dikembangkan dan dicampur dengan ciptaannya sendiri.

**** 084 ****
Pendekar Sadis







Tidak ada komentar: