*

*

Ads

Kamis, 01 Maret 2018

Asmara Berdarah Jilid 091

"Untuk sementara aku memilih tempat sunyi ini sebagai tempat berteduh, dan engkau malam-malam begini datang dan bersembunyi di dalam pohon, tentu bermaksud buruk. Agaknya engkau mengandalkan sedikit kepandaianmu menangkap jarum-jarumku. Nah, lihat serangan!"

Gadis itu kembali menjadi galak dan tiba-tiba saja melakukan serangan yang cukup keras dan cepat.

"Dukk! Plakk!"

Hui Song menangkis dua kali dan setiap kali ditangkis, tubuh gadis itu terdorong mundur. Hal ini amat mengejutkan hati gadis itu. Tak disangkanya bahwa pemuda ini benar-benar amat lihai, maka iapun lalu mengeluarkan suara melengking dan tubuhnya menyambar-nyambar, serangannya semakin hebat dan cepat. Jari-jari tangannya berubah kaku keras dan dia menyelingi pukulan-pukulan dengan cengkeraman atau totokan ke arah jalan-jalan darah yang berbahaya.

Akan tetapi, Hui Song menghadapi semua serangan itu dengan tenang saja. Ia mengelak ke sana-sini, kadang-kadang menangkis dan tidak pernah membalas.

"Eiiit, perlahan dulu, nona. Kenapa galak amat? Kita tidak pernah bermusuhan, mengapa engkau menyerangku dengan pukulan-pukulan maut? Eiiit, sayang tak kena!"

Nona itu semakin penasaran dan tiba-tiba ia mengeluarkan sebuah saputangan sutera putih dari lengan bajunya. Saputangan itu dipergunakannya sebagai senjata dan biarpun saputangan itu hanya merupakan kain sutera tipis lemas, namun di tangannya berubah menjadi senjata ampuh, kadang-kadang merupakan cambuk yang melecut dan mengeluarkan suara ledakan, kadang-kadang menjadi kaku dan keras seperti besi baja!

Hui Song masih tetap tenang. Saputangan sutera itu boleh jadi berbahaya bagi lain orang, akan tetapi baginya tidak ada artinya. Pula, dia mendapat kenyataan bahwa saputangan itu tidak mengandung racun, seperti jarum-jarum tadi, maka hatinya semakin senang.

Seorang gadis manis seperti ini tidak mau berlaku curang, tentu seorang gadis baik-baik, mungkin seorang gadis kang-ouw yang gagah perkasa, seorang pendekar wanita seperti Sui Cin. Dia mulai membanding-bandingkan. Gadis ini juga cantik manis, dan juga galak seperti Sui Cin, akan tetapi kalau dinilai dari kepandaian silatnya, Sui Cin tentu saja lebih lihai, apalagi sekarang setelah Sui Cin digembleng oleh Dewa Arak! Dia ingin sekali menguji sampai dimana kemajuan dan kelihalan Sui Cin sekarang.

Gadis itu semakin kagum saja, terbukti dari seruan-seruannya ketika setiap serangannya selalu dapat dihindarkan oleh lawan dengan amat baik. Dan diapun menyerang semakin nekat.

Melihat ini, Hui Song mengerutkan alisnya. Nona ini bukan orang sembarangan, memiliki ilmu silat tinggi, tentu sudah tahu bahwa dia sengaja mengalah dan tidak pernah membalas. Akan tetapi mengapa nona ini nekat menyerang terus?

"Nona, hentikanlah seranganmu dan mari kita bicara. Diantara kita tidak ada permusuhan. Kalau engkau tidak mau berhenti, terpaksa aku akan membalas!"

Terpaksa dia mengancam dan dia mengepal tinju kanan, siap untuk membalas serangan kalau lawannya tetap berkeras hati tidak mau menyudahi perkelahian itu.

Tiba-tiba saputangan sutera itu menyambar lagi ke arah muka Hui Song dan kini benda itu menjadi lemas. Karena yang diserang adalah mukanya dan karena dia sudah mengambil keputusan untuk membalas, Hui Song menarik tubuh atasnya ke belakang dan saputangan itu tidak mengenai muka, hanya lewat saja.

Akan tetapi tiba-tiba hidungnya mencium bau yang sangat wangi dan tiba-tiba saja kepalanya pening dan pandang matanya gelap.

"Celaka...!" teriaknya, sadar bahwa sekali ini, entah bagaimana caranya, saputangan itu mengandung bubuk beracun yang ketika dikebutkan telah menyambar dan masuk ke dalam hidungnya, membuat dia keracunan.

"Tukk!"

Jari tangan gadis itu sudah menyambar dan menotok pinggang, membuat Hui Song yang sudah setengah pingsan itu seketika menjadi lemas. Dia masih mendengar suara gadis itu terkekeh disusul kata-katanya memuji,






"Engkau gagah perkasa..."

Dan diapun tidak ingat apa-apa lagi. Juga dia tidak sadar sama sekali ketika gadis itu memondongnya dan membawanya melompat turun dari atas genteng, lalu membawanya masuk ke dalam sebuah kamar dalam kuil itu.

Kalau saja Hui Song tahu siapa gadis ini, tentu dia tidak akan bersikap sembrono dan mengalah seperti tadi. Gadis yang berusia dua puluh empat tahun ini memang kelihatannya saja cantik manis dan lemah lembut, juga tidak nampak membawa senjata atau bersikap menyeramkan.

Akan tetapi sesungguhnya ia merupakan seorang tokoh besar dunia hitam pada waktu itu, dan walaupun ia baru saja keluar dari tempat pertapaan bersama gurunya, ia boleh dibilang menduduki tempat tinggi di kalangan kaum hitam, terbawa oleh nama gurunya yang ditakuti semua orang di dunia kaum sesat. Siapakah gurunya? Bukan lain adalah Pangeran Toan Jit-ong atau Si Raja Iblis sendiri!

Tokoh sakti Toan Jit-ong yang dijuluki Raja Iblis dan isterinya yang berjuluk Ratu Iblis itu walaupun merupakan sepasang tokoh yang memiliki kesaktian luar biasa, hanya mempunyai seorang murid itulah. Oleh karena itu, dapat dibayangkan betapa sayangnya mereka kepada murid itu dan tentu saja murid itu digembleng dan diberi pelajaran ilmu-ilmu yang hebat.

Murid itu bernama Gui Siang Hwa, seorang gadis yatim piatu yang dipelihara suami isteri itu semenjak berusia sepuluh tahun dan digembleng dengan ilmu-ilmu yang hebat. Selain ahli dalam bermacam ilmu silat, memiliki sin-kang kuat dan gin-kang yang hebat, juga gadis ini amat ahli dalam pengolahan dan penggunaan racun, terutama sekali racun yang berbau wangi.

Karena pandainya bermain racun wangi, dan karena memang ia cantik manis, maka sebentar saja ia memperoleh julukan Siang-tok Sian-li (Dewi Racun Wangi). Siang Hwa sudah berusia dua puluh empat tahun, akan tetapi ia belum menikah. Biarpun kedua orang gurunya sudah membujuknya, namun ia belum mau menikah karena ia belum menemukan seorang pria yang dianggapnya pantas menjadi suaminya.

Akan tetapi karena sejak kecil berada di lingkungan penjahat, wataknyapun menjadi binal dan seperti para penjahat lain, gadis inipun menjadi budak nafsunya sendiri. Di luarnya saja kelihatan halus dan sopan, juga alim dan lembut. Akan tetapi, seperti para rekannya, iapun dapat bertindak kejam sekali, penuh dengan akal dan muslihat busuk, dan terutama sekali, sejak mulai dewasa, ia sudah suka berhubungan dengan pria-pria tampan yang menarik hatinya. Bahkan ia termasuk seorang wanita mata keranjang yang akan mempergunakan segala akal, kalau perlu mempergunakan ilmu kepandaian silatnya yang tinggi, untuk berhasil mendapatkan pria yang disukainya.

Seperti telah kita ketahui, Toan Jit-ong dan isterinya pada tiga tahun yang lalu telah mengumpulkan para datuk sesat untuk mengadakan pertemuan dan di dalam pertemuan ini Raja Iblis dan isterinya mengangkat diri mereka sendiri menjadi pimpinan para datuk untuk merencanakan pemberontakan.

Pada waktu diadakan pertemuan itu, Siang Hwa berusia dua puluh satu tahun dan ia sendiri tidak memperlihatkan diri dalam pertemuan itu karena ia mempunyai tugas lain yang diberikan gurunya kepadanya. Ia harus bersembunyi dan melakukan penjagaan rahasia bersama belasan orang teman yang menjadi kaki tangan gurunya.

Setelah pertemuan para datuk itu selesai, Raja Iblis dan isterinya lalu menggembleng lagi murid mereka sambil mengatur persiapan untuk melakukan rencana pemberontakan mereka. Murid inilah yang mendapat tugas mewakili mereka mengadakan pertemuan-pertemuan dan persekutuan rahasia dengan para tokoh dan juga para pembesar penting.

Berkat kecantikannya, kecerdikan dan juga kepandaiannya, Siang Hwa berhasil melaksanakan tugasnya dengan baik sekali dan pada waktu itu, sudah banyaklah pembesar-pembesar yang mempunyai kekuatan pasukan telah diam-diam menjadi sekutu para pemberontak yang sudah siap siaga dan sewaktu-waktu mereka akan dapat mengerahkan pasukan untuk bersama-sama menggempur kota raja dan merampas kekuasaan dari Kaisar Ceng Tek!

Selain membujuk para pembesar untuk bersekutu, juga Siang Hwa bertugas membujuk orang-orang gagah dari dunia kang-ouw, yang biasanya bahkan menjadi lawan kaum sesat, untuk bekerja sama demi perjuangan membasmi kelaliman!

Dalam rangka tugas inilah Siang Hwa berada di dusun Lok-cun itu. Dara ini mempergunakan kuil sunyi yang ditakuti orang itu untuk tempat tinggal sementara sehingga ia dapat melakukan pertemuan-pertemuan rahasia dengan para pembantunya tanpa dilihat orang.

Sungguh tidak disangkanya bahwa malam hari itu ia akan bertemu dengan seorang pemuda yang selain amat tampan dan ganteng, juga amat gagah perkasa sehingga ia sendiri tidak mampu mengalahkannya dengan ilmu silat. Munculnya pemuda seperti Hui Song ini sungguh di luar dugaan Siang Hwa dan begitu bertemu ia sudah jatuh cinta! Inilah pemuda yang selama ini diidam-idamkannya.

Banyak sudah ia bertemu dengan pemuda tampan, bahkan sudah sering pula ia menyerahkan diri kepada pria-pria yang disukainya, akan tetapi belum pernah ia bertemu dengan seorang pemuda yang tampan dan disukainya, yang memiliki kepandaian lebih tinggi darinya. Akan tetapi para pria itu tidak masuk hitungan, hanya merupakan alat penghiburnya saja untuk melampiaskan nafsu.

Ia hanya mau menjadi isteri seorang pemuda yang selain disukanya juga memiliki kepandaian lebih tinggi darinya, dan pemuda ini sungguh amat lihai. Maka, terpaksa ia harus mempergunakan akal dan saputangannya yang berbahaya itu, yang kalau tidak dikehendakinya merupakan saputangan biasa, akan tetapi pada saat ia terdesak, ia dapat menarik alat halus pada saputangan itu yang akan membuka tempat penyimpanan bubuk beracun wangi yang amat ampuh.

Selain tugas untuk menghubungi para orang gagah di dunia kang-ouw agar mau bekerja sama menentang kaisar, juga ada suatu tugas rahasia lain, yang pada waktu itu amat mengganggu hati Siang Hwa. Gurunya menunjuk ia untuk memimpin teman-teman yang boleh dipercaya dan yang memiliki kepandaian tinggi, untuk menyelidiki dan mencari sebuah harta karun yang berada di sebuah tempat rahasia yang amat sulit dan sukar dikunjungi.

Ia sudah berkali-kali mencoba dengan teman-temannya menyelidiki tempat itu, namun selalu gagal, bahkan beberapa orang temannya berkorban nyawa di tempat itu sedangkan tempat penyimpanan harta karun itu tetap saja belum dapat ia temukan. Gurunya berpesan bahwa kalau ia tidak mampu, barulah kedua orang gurunya akan turun tangan sendiri.

Teman-temannya sudah menganjurkan dan menasihatkannya untuk melapor kepada Raja dan Ratu Iblis saja bahwa ia dan teman-temannya tidak sanggup lagi. Akan tetapi Siang Hwa adalah seorang gadis yang keras hati dan angkuh. Ia merasa malu kalau harus menghadap kedua orang gurunya dan melaporkan kegagalannya. Ini berarti mengakui kelemahan sendiri! Tidak, ia harus mencoba lagi dan untuk itu ia harus mendapatkan seorang kawan yang lihai, setidaknya memiliki tingkat kepandaian, terutama gin-kang yang setingkat dengannya!

Diantara para pembantunya, terdapat dua orang kakek yang menjadi orang-orang kepercayaan gurunya. Mereka itu adalah Hui-to Cin-jin (Manusia Sakti Pisau Terbang) dan Kang-thouw Lo-mo (Setan Tua Kepala Baja) yang siang hari tadi sudah pernah berjumpa dengan Hui Song. Mereka adalah dua orang kakek yang tadi membunuh empat orang pemuda mabok di dalam restoran. Dua orang kakek ini bukan orang sembarangan, bukanlah penjahat biasa. Mereka itu adalah dua di antara Cap-sha-kui yang tentu saja memiliki kepandaian hebat!

Dan dari dua orang kakek inilah Siang Hwa mendengar bahwa di dusun itu muncul seorang pemuda yang amat lihai, seorang pemuda bernama Cia Hui Song yang bukan hanya mampu menghindarkan diri dari sambaran pissu-pisau maut yang dilempar oleh Hui-to Cin-jin, akan tetapi bahkan sanggup menahan pukulan Kang-thouw Lo-mo yang amat kuat itu.

Mendengar ini, Siang Hwa merasa tertarik sekali, juga curiga. Jangan-jangan pemuda itu adalah mata-mata pihak musuh, pikirnya. Ia tahu bahwa gerakan gurunya mengumpulkan orang-orang kang-ouw dan niat hendak memberontak itu tentu sudah terdengar oleh dunia persilatan dan tidak merupakan hal aneh kalau ada pihak yang akan menentangnya.

**** 091 ****
Asmara Berdarah







Tidak ada komentar: