*

*

Ads

Jumat, 05 Januari 2018

Siluman Gua Tengkorak Jilid 13

Setelah menari-nari beberapa kali putaran dan setiap berputar di dekat tempat duduk para tamu tercium bau harum winyak wangi dari tubuh mereka, Sian-su mengangkat tangan kirinya lagi dan inipun merupakan isyarat karena suara musik tiba-tiba menurun.

Para wanita yang menari itupun memperhalus tarian mereka dan akhirnya mereka berkumpul menjadi suatu kelompok dan bersama-sama menjatuhkan diri berlutut di hadapan Sian-su!

Siluman ini mengangguk-angguk dan tangannya bergerak seperti menebarkan sesuatu di udara dan... kelopak-kelopak bunga beterbangan dan melayang turun ke atas kepala lima belas orang penari yang ditundukkan dalam penghormatan mereka itu. Kelopak-kelopak bunga itu hinggap di atas rambut-rambut hitam itu, indah seperti kupu-kupu yang hinggap di atas bunga-bunga mekar.

Thian Sin mengerutkan alisnya dan diam-diam dia tahu bahwa orang itu sungguh lihai, bukan saja ahli ilmu silat tinggi seperti yang telah diduganya, akan tetapi juga pandai mempergunakan kekuatan aihir untuk bermain sulap! Diapun cepat membuat tanggapan dengan sinar mata penuh kagum dan heran seperti yang diperlihatkan oleh wajah semua orang yang hadir.

Kebetulan sekali siluman itu memandang kepadanya dan Thian Sin melihat dengan jelas betapa muka tengkorak itu tersenyum simpul, jelas kelihatan girang dan bangga sekali akan kepandaiannya, terutama sekali karena ilmu sihirnya dikagumi oleh seorang pendekar seperti Pendekar Sadis!

Sekarang, lima belas orang penari itu bangkit berdiri, dengan gerakan lemah gemulai dan memikat merekapun berjalan menghampiri para tamu dengan baki di kedua tangan. Si Muka Tengkorak itu berkata sambil tersenyum kepada Thian Sin,

"Maaf, taihiap, bukan kami mata duitan, akan tetapi karena kebutuhan untuk pembangunan perkumpulan agama kami membutuhkan banyak biaya dan para anggauta dan pengikut kami bermurah hati, maka acara sekarang ini adalah acara pemberian sumbangan suka rela yang dipungut oleh para gadis penari. Akan tetapi taihiap sebagai tamu kehormatan tentu saja tidak diharapkan untuk menyumbang..."

"Ah, jangan sungkan, Sian-su. Akupun bersedia menyumbang, jangan khawatir!"

Thian Sin lalu merogoh saku dalam bajunya dan mengeluarkan sebongkah kecil emas dan ketika seorang penari lewat di depannya, dia menaruh bongkahan emas yang sekepal besarnya itu di atas baki.

Tentu saja penari itu terkejut bukan main, terbelalak melihat emas yang berat itu dan melempar senyum manis dan kerling mata penuh daya memikat. Semua tamu juga memandang heran dan mereka maklum betapa besarnya harga sumbangan yang diberikan oleh Pendekar Sadis. Akan tetapi, tentu saja mereka tidak tahu bahwa Pendekar Sadis adalah seorang yang kaya raya dan sebongkah emas itu tidak ada artinya sama sekali baginya!

Melihat ini, siluman itu tertawa.
"Siancai... taihiap sungguh dermawan. Terima kasih, taihiap. Abwee, simpan kerlingmu itu, jangan khawatir, engkau boleh melayani Ceng-kongcu malam nanti!"

Gadis penari yang disebut A-bwee itu menahan senyum lalu berlari-lari ke arah tamu lain. Thian Sin memperhatikan ke sekelilingnya dan dia melihat betapa royalnya para tamu itu ketika menyerahkan sumbangan kepada para gadis penari, meletakkan sumbangan mereka di atas baki-baki yang disodorkan oleh para gadis itu.

Diantara mereka bahkan ada yang mengajak para gadis itu bersendau-gurau dan berbisik-bisik lirih. Setelah selesai upacara sumbangan itu, para gadis itu lalu mengundurkan diri sambil berlari-larian menuju anak tangga yang letaknya di belakang, yaitu tempat dari mana mereka tadi naik.

Musik masih dimainkan dengan lembut, dan tak lama kemudian, nampak para gadis manis itu sudah kembali lagi dan kini baki-baki itu telah berganti isi, yaitu cawan-cawan dan guci-guci arak dan ada pula yang membawa piring-piring terisi makanan. Sambil tersenyum-senyum para gadis itu menghidangkan arak dan makanan di atas meja para tamu, kemudian dengan sikap lemah gemulai dan tersenyum-senyum ramah mereka lalu menuangkan arak dari guci ke dalam cawan para tamu.

Begitu arak dituangkan ke dalam cawan, tercium bau sedap arak yang baik dan tua. Kini bukan hanya lima belas orang gadis penari tadi yang menjadi pelayan, melainkan ditambah lagi oleh beberapa orang lain yang sama muda dan cantiknya sehingga jumlah mereka ada dua puluh lima orang.

Setelah melihat betapa semua tamu menerima suguhan arak dan cawan mereka telah dipenuhi arak harum, Siluman Tengkorak yang juga sudah menerima suguhan secawan arak, lalu mengangkat cawan araknya ke atas dan berkata dengan suara ramah,






"Cu-wi, silahkan minum untuk persahabatan kita yang kekal!"

Semua orang mengangkat cawan arak masing-masing dan Thian Sin juga mengangkat cawan araknya, tetapi tidak memperlihatkan sikap curiga walaupun dia menduga bahwa tentu ada apa-apanya di dalam suguhan arak ini.

Akan tetapi dia mengandalkan kekuatan sin-kangnya untuk melindungi tubuhnya apabila arak itu dicampuri racun. Pula, dia melihat sendiri bahwa arak untuknya itu dari satu guci dengan arak untuk para tamu lain, maka dia ikut minum tanpa curiga sama sekali.

Begitu arak itu melalui mulut dan kerongkongannya, Thian Sin merasa bahwa arak itu memang lezat sekali dan ada sesuatu yang merupakan obat keras namun halus. Dia merasa yakin bahwa itu bukanlah racun, walaupun dia tahu bahwa tentu arak itu dicampuri semacam obat yang cukup keras. Beberapa lama kemudian setelah arak memasuki perutnya, barulah Thian Sin tahu bahwa arak itu mengandung obat perangsang yang membuat tubuhnya hangat dan pikirannya gembira.

Setelah merasa yakin bahwa arak itu tidak mengandung racun, Thian Sin berani minum dengan hati tenang. Dia melihat betapa para tamu itu sudah mulai terpengaruh arak, mereka tertawa-tawa gembira. Hidanganpun dikeluarkan dan musik kini mengiringi gadis-gadis yang datang dan menari-nari.

Pakaian mereka merupakan gaun-gaun tipis warna-warni sehingga selain indah, juga amat menggairahkan karena pakaian-pakaian itu tembus pandang gerakan-gerakan mereka yang erotis membuat suasana menjadi semakin panas, ditambah pula pengaruh arak sehingga para tamu itu sudah ada yang mulai nakal dengan kata-kata dan tangan mereka, menggoda dan menowel para pelayan wanita yang muda dan cantik.

Thian Sin melihat bahwa pelayan-pelayan itu agaknya juga sudah terpengaruh oleh sesuatu yang membuat mereka itu bersikap genit-genit dan berani, padahal sikap mereka itu gadis-gadis dari golongan baik-baik.

Makin larut malam, suasana menjadi semakin panas. Thian Sin melihat betapa ada sudah beberapa orang diantara para tamu itu yang berani menarik lengan seorang pelayan dan mendudukkannya di atas pangkuan dan menciuminya begitu saja di depan orang hanyak!

Agaknya siluman yang jadi ketua perkumpulan itu dapat melihat pula hal ini, maka diapun memberi isyarat dengan tangan diacungkan ke atas dan seorang diantara para anggota siluman itu lalu membunyikan canang bertalu-talu. Mendengar ini, gadis-gadis pelayan itu melepaskan diri dan mundur, bahkan lalu menghilang bersama-sama para gadis penari. Siluman Tengkorak itu bangkit berdiri dan suaranya terdengar lantang namun lembut dan ramah.

"Cu-wi yang terhormat, setelah diketahui malam hari yang suci ini akan dilakukan upacara pengangkatan seorang anggauta baru. Oleh karena itu, sebelum acara tarian bebas gembira untuk memuja dewa, terlebih dahulu akan dilakukan upacara pengangkatan murid atau anggauta baru itu. Harap cu-wi suka menjadi saksi."

Semua tamu yang sudah makan kenyang itu kini duduk tenang dan Thian Sin sendiripun mengikuti perkembangan selanjutnya dengan penuh perhatian. Dia belum tahu dimana adanya ibu dari dua orang anak itu, akan tetapi dia sabar menanti sampai semua upacara selesai, baru dia akan mendesak siluman itu. Dia harus berhati-hati karena tempat ini sungguh amat berbahaya.

Jumlah anak buah siluman ini kiranya tidak kurang dari dua puluh lima orang, belum dihitung gadis-gadis itu dan siapa tahu bahwa diantara para tamu itu terdapat orang-orang pandai yang agaknya tentu akan membantu siluman itu pula. Semua ini di tambah lagi dengan kenyataan bahwa dia berada di dalam sarang musuh yang berbahaya sekali dan yang agaknya penuh dengan perangkap-perangkap rahasia sehingga andaikata dia akan mampu menghadapi keroyokan begitu banyaknya orang, belum tentu dia mampu mengatasi semua alat-alat jebakan di tempat itu.

Biarlah bersabar sambil mencari kesempatan baik untuk turun tangan sambil mengukur sampai dimana kekuatan pihak lawan.

Siluman Tengkorak itu kemudian mengangkat tangan memberi isyarat dan musikpun dimainkan lagi dengan lagu yang lembut akan tetapi juga mengandung kekerasan di dalamnya, seperti dalam lagu puja-puji.

Asap dupapun mengepul makin tinggi, semerbak baunya dan lampu-lampu diganti dengan lampu yang warnanya hijau sehingga cuaca menjadi redup. Kini nampak tujuh orang gadis naik ke tempat itu, bertelanjang kaki dan mengenakah pakaian yang begitu tipisnya sehingga pakaian itu seperti kabut saja yang menutupi tubuh mereka, membuat tubuh di balik pakaian itu nampak membayang.

Mereka berjalan perlahan, penuh khidmat, dan mereka membawa bermacam-macam benda. Ada yang membawa seekor kelinci putih yang gemuk, ada yang membawa sebuah bokor emas, ada yang membawa guci arak dan ada pula yang membawa sebatang pedang kecil. Hebatnya, bokor, guci dan bahkan pedang kecil itu semua terbuat dari pada emas tulen!

Tujuh orang gadis ini melangkah perlahan, dengan kepala tunduk, ke arah tempat duduk Siluman Tengkorak, lalu mereka berlutut dengan sikap menanti. Siluman itu lalu bangkit berdiri, melangkah maju dan gadis-gadis itu berlutut di sekelilingnya. Siluman itu lalu mengangkat kedua tangannya ke atas kepala dengan lengan dikembangkan, muka tengkorak itu tengadah lalu terdengar suaranya lantang dan mengandung getaran yang amat kuat sehingga diam-diam Thian Sin terkejut bukan main. Itulah tenaga khi-khang yang kuat bercampur dengan kekuatan mujijat ilmu sihir!

"Yang Mulia Dewa Kematian, silahkan menjelma agar hamba sekalian dapat mengesahkan pengangkatan seorang pemuja baru untuk paduka...!"

Suara itu bergema dan semua hadirin memandang dengan sikap hormat dan juga dengan hati tegang.

Biarpun mereka yang hadir itu sudah beberapa kali menyaksikan peristiwa ini, namun selalu mereka merasakan ketegangan luar biasa karena pada saat itu mereka merasakan getaran aneh yang seolah-olah mengguncang jantung. Bahkan para pendekar yang hadir diam-diam harus mengakui bahwa sin-kang yang mereka kerahkan untuk menekan getaran itu jauh kalah kuat, membuat mereka merasa semakin kagum terhadap Sian-su!

Thian Sin bersikap tenang, namun dengan mengerahkan tenaga dalam dan juga kekuatan sihirnya, dia mampu memandang lebih terang dan tahulah dia bahwa dengan kekuatan sihir yang kuat, orang itu telah mempengaruhi semua orang dengan halus tanpa mereka sadar bahwa mereka telah disihir melalui suara itu.

Tiba-tiba terdengar suara ledakan keras dan nampak asap putih kebiruan mengepul tebal di tempat Siluman Tengkorak itu berdiri. Siluman itu lenyap terbungkus asap tebal dan musik masih dimainkan dengan lagu yang aneh tadi. Selagi asap masih mengepul tebal, nampaklah dua puluh orang lebih penari yang tadi, kini sudah berganti pakaian gaun tipis berwarna-warni. Mereka berlari-lari ringan dan menari-nari, membuat lingkaran mengelilingi Sian-su yang masih terbungkus asap di tengah-tengah lingkaran tujuh orang gadis yang masih berlutut.

Perlahan-lahan asap itu membuyar dan mulai nampak lagi tubuh orang itu, dan kini semua orang memandang dengan hormat, bahkan ada diantara para hadirin yang menjatuhkan diri berlutut memberi hormat.

Thian Sin memandang tajam dan diapun terkejut melihat betapa wajah tengkorak itu kini mengeluarkan cahaya cemerlang! Orangnya masih yang tadi, tidak ada perobahan, yang berobah hanya wajah tengkorak itu yang mengeluarkan cahaya, sedangkan sepasang mata itupun kini bersinar-sinar mencorong lebih terang dari pada tadi.

Thian Sin maklum bahwa ledakan dan asap tadi hanya merupakan hasil dari pada bahan ledakan saja, dan bahwa orang itu telah mempengaruhi pikiran dan semangat para hadirin dengan getaran suaranya. Akan tetapi, dia sendiri tidak tahu apa yang membuat wajah tengkorak atau topeng tipis itu menjadi cemerlang seperti itu. Dia tahu pula bahwa tentu semua yang hadir percaya bahwa kini Dewa Kematian telah menjelma dan memasuki tubuh Sian-su!

Tentu saja kepercayaan seperti ini membuat mereka itu semua tunduk dan kagum. Seorang anggauta siluman mendekati Thian Sin dan dari kepalanya yang miring ke kiri itu Thian Sin dapat menduga bahwa orang ini tentulah tosu yang pertama kali memancingnya masuk ke tempat ini.

"Taihiap, saya bertugas untuk memberi keterangan kepadamu sekiranya taihiap ingin mengetaui sesuatu."

Thia Sin tersenyum dan merasa bahwa pertunjukan ini, selain untuk mempengaruhi para hadirin dan menarik kepercayaan mereka, juga sengaja diperlihatkan kepadanya! Maka diapun mengikuti permainan ini dan bertanya dengan suara dibuat bernada penuh keheranan,

"Aku ingin tahu mengapa wajah Sian-su menjadi bercahaya seperti itu?"

Siluman Gua Tengkorak







Tidak ada komentar: