*

*

Ads

Kamis, 17 Agustus 2017

Pendekar Sadis Jilid 190

"Jangan khawatir, terutama sekali Si Muka Tikus itu harus dapat kutangkap hidup-hidup untuk menceritakan semua latar belakang ini!"

Mereka tidak mempupyai banyak kesempatan untuk bicara lagi karena pihak lawan sudah menyerbu. Si Kumis Tebal bersama tiga orang lain dengan muka menyeringai mengepung dan menubruk untuk menangkap Kim Hong.

Mereka seperti hendak berlumba dalam menangkap atau menyentuh tubuh gadis cantik itu. Sedangkan yang lain-lain, yaitu tiga orang pimpinan bajak, Si Tosu, dan dua belas orang lain dengan senjata terhunus sudah mengepung dan mengeroyok Thian Sin, seolah-olah mereka hendak menghancur lumatkan tubuh pemuda ini!

Akan tetapi begitu dua orang muda itu menggerakkan tubuh mereka, terdengarlah teriakan-teriakan berturut-turut disusul robohnya para pengeroyok itu! Mula-mula, menghadapi empat orang pengeroyoknya yang seolah-olah berlumba hendak memeluknya itu, Kim Hong yang merasa muak dan marah itu telah menggerakkan tubuhnya mengelak dari serbuan mereka, menyelinap diantara banyak lengan dengan tangan terbuka seperti cakar harimau hendak menerkam domba itu.

Kemudian, setelah terlepas dari serbuan mereka dan melihat mereka dengan lebih garang lagi membalik dan hendak menerjangnya, wanita ini sudah menggerakkan kepalanya.

Kuncir rambutnya itu terlepas dari sanggulnya, seperti seekor ular cobra hitam terlepas dari kurungan dan menyambar-nyambar ganas. Akibatnya, empat orang anak buah bajak terpelanting dan tak dapat bangkit kembali karena ujung rambut itu telah menotok jalan darah membuat mereka lumpuh dan pingsan!

Kini tinggal kepala bajak yang berkumis tebal melintang di bawah hidung itu yang terbelalak keheranan melihat betapa empat orang anak buahnya tiba-tiba roboh berpelantingan dan tidak mampu bangkit kembali. Dia sendiri tidak tahu bagaimana hal itu dapat terjadi, akan tetapi dia makin silau oleh kecantikan Kim Hong yang makin menyolok setelah sanggul rambutnya terlepas itu.

Kecantikan ini membuat si kepala bajak menjadi makin ganas dan otaknya menjadi keruh, dia menggereng dan menubruk lagi, kedua lengannya dibuka dan diapun menerkam ke arah Kim Hong. Gadis ini kembali menggerakkan kepalanya, rambutnya menyambar ke depan.

"Dukk!" Tubuh tinggi besar itu menjadi kaku dan dua kali kaki Kim Hong bergerak.

"Krek! Krek!"

Orang tinggi besar itu menjerit roboh, mengaduh-aduh dan menggunakan kedua tangan untuk memegangi kedua kakinya yang patah tulang di bagian pergelangan kaki.

Sementara itu, dengan mudah Thian Sin juga sudah merobohkan lima enam orang tanpa membuat mereka menderita luka berat. Dia hanya membagi-bagi tamparan, membuat lawan roboh dengan kepala pening, atau kaki tangan salah urat, atau menotoknya sehingga lawan roboh tak mampu berkutik karena lumpuh.

Apalagi setelah Kim Hong menyerbu membantunya, mereka dengan mudah merobohkan semua pengeroyok kecuali si Tikus Laut ini sungguh-sungguh hebat luar biasa!






Gerakan-gerakan Tikus Laut ini mengingatkan mereka kepada kepandaian mendiang Jit Goat Tosu! Gerakan-gerakan aneh membuat Thian Sin dan Kim Hong berhati-hati sekali, akan tetapi ketika Thian Sin mempergunakan Thi-khi-i-beng, tosu itu tak mampu menarik kembali tangannya yang menempel di tengkuk Thian Sin dan tenaga sin-kangnya yang tidak sekuat dua orang muda itu tersedot, membuat dia berteriak-teriak seperti seekor babi disembelih!

Ketika Thian Sin melepaskan tenaga sedotan Thi-khi-i-beng, tosu itu jatuh terkulai dengan tubuh lemas. Dia seperti sebuah balon kempes. Akan tetapi mengingat kehebatan ilmu silatnya tadi, Kim Hong lalu menotoknya, membuat dia tidak berkutik lagi.

"Tosu palsu! Hayo ceritakan apa hubunganmu dengan Jit Goat Tosu dan mengapa engkau memusuhi kami, dan apa pula yang kau lakukan di Kun-lun-pai sehingga engkau membakar hati para pimpinan Kun-lun-pai!"

Kim Hong membentak dengan suara nyaring sekali dan Thian Sin hanya pura-pura tak mengerti mengapa gadis itu membentak demikian nyaringnya.

Tentu saja dia tahu bahwa seperti juga dia, kekasihnya itu tentu sudah pula melihat adanya bayangan beberapa orang tosu berkelebatan di sebelah luar rumah. Dan seperti juga dia, tentu kekasihnya itu sudah mengenal bahwa tosu itu adalah tosu-tosu Kun-lun-pai dan beberapa orang lain, dan diantara mereka nampak adanya Kui Yang Tosu!

"Lam-sin datuk sesat! Pinto sudah kalah, kalau engkau mau bunuh, bunuhlah. Siapa takut mati?"

"Totiang," kata Thian Sin sambil mengedipkan matanya kepada kekasihnya dan suaranya juga lantang. "kami mengenalmu sebagai seorang diantara para tosu Kun-lun-pai, bagaimana engkau dapat bersekutu dengan gerombolan bajak laut dan mencari-cari pusaka peninggalan Menteri The Hoo yang dimiliki keluarga Pangeran Toan Su Ong? Lebih baik engkau mengaku terus terang, totiang. Kami tidak akan membunuhmu asalkan engkau mengaku."

"Pendekar Sadis! Biar engkau tukang siksa orang, jangan kira pinto takut kepadamu!"

Tosu bermuka tikus itu berteriak marah. Thian Sin kembali memberi isyarat dengan pandangan matanya kepada Kim Hong, lalu diapun mengangkat tubuh tosu itu dengan leher bajunya.

"Begitukah? Mari kita sama lihat, apakah Tikus Laut ini berani melawan hiu atau macan laut!"

Dia lalu membawa tubuh tosu itu melangkah lebar keluar dari rumah itu diikuti oleh Kim Hong. Mereka berdua berjalan terus, pura-pura tidak melihat adanya beberapa pasang mata yang mengikuti gerak-gerik mereka dari tempat persembunyian, kemudian pemilik beberapa pasang mata inipun membayangi mereka menuju ke pantai pulau. Kim Hong yang menjadi penunjuk jalan dan tanpa bicara kedua orang ini sudah tahu akan isi hati masing-masing.

Mereka membawa Si Muka Tikus itu ke perahu besar yang berlabuh disitu dan ketika mereka menaiki perahu itu kosong sama sekali. Ternyata beberapa orang bajak yang tadi berjaga disitu telah ikut pula menyerbu ketika mereka mendengar teriakan-teriakan dari atas pulau.

Tosu itu masih diam saja, akan tetapi Thian Sin yang mencengkeram leher baju tosu itu dapat merasakan ketika lengannya menempel di dadanya betapa jantung tosu itu berdebar kencang. Dia tersenyum. Inilah yang dikehendakinya. Membuat takut tosu itu.

Sejenak timbul perasaan dalam hatinya perasaan senang, nafsu untuk menyiksa dan membunuh orang ini yang dia tahu memusuhi Kim Hong. Akan tetapi, wajah kakaknya terbayang di depan mata dan membuatnya tersadar dan nafsu sadis itupun lenyap seperti ditiup angin.

Setelah tiba di atas perahu besar, Thian Sin lalu melepaskan sabuknya yang juga merupakan satu diantara senjatanya, mengikatkan ujung sabuknya pada pinggang tosu itu.

"Kau lihat itu, kenalkah engkau apa itu?" tanyanya sambil menunjuk ke arah sirip ikan-ikan hiu yang berseliweran di sekitar perahu. Wajah tosu itu menjadi semakin pucat.

"Apa... apa yang hendak kau lakukan...?" tanyanya, suaranya masih angkuh akan tetapi sudah agak gemetar.

Thian Sin tersenyum memandang kepada Kim Hong,
"Ha-ha, Kim Hong, dia tanya apa yang hendak kita lakukan! Ha-ha!"

Gadis itupun tertawa dan menjawab dengan suara yang nyaring,
"Kita hanya ingin melihat bagaimana ramainya tikus laut berhadapan dengan macan laut."

Dan Thian Sin mulai menurunkan tubuh orang yang sudah diikat pinggangnya itu ke pinggir perahu besar. Karena dia tadi sudah membebaskan totokannya, maka tosu itu dapat meronta-ronta.

"Jangan... jangan...!" teriaknya akan tetapi tubuhnya sudah terjatuh ke air.

"Byuuurrr...!"

Jatuhnya tubuh tosu itu membuat ikan-ikan hiu terkejut dan berenang menjauh, akan tetapi ketika mereka melihat gerakan-gerakan di permukaan air karena Si Tikus Laut itu menahan tubuhnya agar tidak tenggelam, beberapa ekor hiu sudah cepat berenang datang.

Melihat sirip dua ekor ikan hiu dari depan, tosu itu terbelalak. Thian Sin yang memegang ujung sabuk itu, sengaja mengendurkan sabuk, seolah-olah tidak peduli, akan tetapi sesungguhnya dia sudah siap untuk menarik sabuk itu kalau memang benar-benar keadaan tosu itu terancam.

Akan tetapi, tosu yang berjuluk Si Tikus Laut itu tiba-tiba menggerakkan tubuh menyelam ketika dua ekor ikan hiu itu sudah mendekat dan begitu kedua tangannya menyambar, dia telah mendorong dua ekor ikan itu dari bawah. Dua ekor binatang buas yang kena dihantam belakang kepalanya itu meronta akan tetapi agaknya kesakitan dan terkejut karena mereka segera berenang menjauhi.

Thian Sin memandang kagum, melihat betapa lawannya itu tidak percuma mempunyai julukan Tikus Laut karena ternyata memang memiliki keahlian bermain di dalam air sehingga dengan satu serangan saja mampu mengusir dua ekor ikan hiu ganas!

Akan tetapi daerah lautan sekitar Pulau Teratai Merah itu memang menjadi kedung ikan hiu. Begitu dua ekor yang kena dihantam itu melarikan diri, muncul enam ekor hiu yang lebih besar dan datang dari segala penjuru!

Melihat ini, tosu yang sudah muncul ke permukaan air itu menjadi ketakutan. Sirip-sirip ikan itu meluncur dari sana-sini, dari kanan kiri dan depan dan melihat sirip-sirip itu saja dapat diketahui bahwa beberapa ekor di antaranya adalah hiu-hiu yang besarnya sama dengan kerbau!

"Tolong... ! Tarik aku... tolong...!" teriaknya tanpa malu-malu lagi karena takutnya.

"Asal engkau mengaku terus terang!" kata Thian Sin mempermainkan.

Hiu-hiu itu makin mendekat dan kini mereka berputaran di sekeliling perahu, dalam jarak kurang lebih hanya tiga meter dari tempat tosu itu terapung.

"Tolong...!"

"Katakan dulu engkau mau mengaku terus-terang!" kata Kim Hong dengan nyaring.

Tosu itu tidak mau menjawab, aganya merasa enggan untuk berkata terus-terang mengakui perbuatannya. Sementara itu, hiu pertama sudah datang menyerang dengan cepat. Tosu itu mengelak dan menggunakan kakinya menendang dari samping, membuat ikan itu terlempar.

"Bagus! Tikus Laut memang lumayan juga!"

Thian Sin memuji sambil tertawa. Akan tetapi dua ekor hiu datang lagi menyerang dari kanan kiri. Tosu itu mengelak ke kanan dan menghantam hiu yang berada di kanan, akan tetapi pada saat itu hiu ke tiga menyambar.

"Celaka...! Tolong... aku akan mengaku...!" Pada saat hiu itu sudah hampir mencaplok pundak si tosu.

Thian Sin menarik dengan sentakan keras, sehingga tubuh tosu itu terhindar dari moncong ikan. Dia sudah merasakan angin sambaran ikan hiu itu yang mengejar sambil meloncat ke permukaan air dan sudah mencium bau amis. Tubuh tosu itu gemetaran ketika dia dilempar ke atas dek perahu oleh Thian Sin, akan tetapi pemuda ini masih belum melepaskan ikatan sabuk pada pinggangnya.

"Nah, ceritakantah semuanya!" katanya.

"Sekali ini tidak mau mengaku, akan kami lemparkan kamu ke bawah agar menjadi rebutan ikan!" Kim Hong juga mengancam.

Tosu itu masih gemetaran dan menarik napas panjang.
"Baiklah... baiklah...! Tanyakan apa yang kalian ingin ketahui..."

"Engkau ini seorang tosu Kun-lun-pai kenapa berjuluk Tikus Lautan dan berkawan dengan para bajak laut?" Kim Hong mulai dengan pertanyaannya.

"Dahulunya aku seorang bajak laut yang bosan akan kehidupan bajak dan aku tertarik akan soal-soal kebatinan, terutama Agama To, maka aku lalu pergi ke Kun-lun-pai dan berhasil diterima sebagai tosu. Memang tadinya aku ingin bertobat, akan tetapi ternyata gagal..."

"Apa bubunganmu dengan mendiang Jit Goat Tosu? Hayo terangkan semuanya!" bentak Kim Hong lagi.

"Aku mendapat tugas melayaninya selama dia di Kun-lun-pai dan karena jasa-jasaku itu dia mulai mengajarkan satu dua macam ilmu pukulan kepadaku, tapi sialan... kalian muncul dan dia meninggal..."

Pendekar Sadis







Tidak ada komentar: