*

*

Ads

Rabu, 04 April 2018

Asmara Berdarah Jilid 188

"Aku telah tertipu, Song-ji..."

"Sudahlah, ayah. Aku sudah mendengar dari para suheng. Akan tetapi, ayah telah cepat berbalik pikiran setelah mengetahuinya dan bagaimanapun juga, Cin-ling-pai telah banyak membantu pemerintah dalam menentang pemberontak."

"Song-ji, perkenalkan aku dengan para locianpwe ini. Apakah locianpwe itu gurumu?" ketua Cin-ling-pai berkata. "Juga siapakah gadis gagah itu? Siangkoan Ci Kang dan Cia Sun aku sudah kenal."

Hui Song lalu memperkenalkan Siang-kiang Lo-jin sebagai gurunya, juga Wu-yi Lo-jin guru Sui Cin, Ciu-sian Lo-kai guru Ci Kang dan Go-bi San-jin guru Cia Sun.

"Dan ini adalah nona Ceng Sui Cin, puteri tunggal dari locianpwe Ceng Thian Sin di Pulau Teratai Merah."

"Ah, puteri Pendekar Sadis?" Ketua Cin-ling-pai bertanya sambil memandang penuh perhatian kepada Sui Cin. "Pantas lihai bukan main!"

"Dan ia adalah gadis yang kucinta, ayah, sudah kucalonkan ia menjadi isteriku!" kata Hui Song dengan cepat sambil mengerling ke arah Ci Kang dan Cia Sun.

Dia tahu bahwa dua orang muda itu agaknya juga menaruh hati kepada Sui Cin, maka kini di depan banyak orang, dengan terang-terangan dia mengaku cintanya kepada gadis itu kepada ayahnya.

Mendengar ucapan muridnya itu, Siang-kiang Lo-jin tertawa dan perutnya yang gendut itu bergerak-gerak.

"Ha-ha-ha-ha, ketua Cin-ling-pai sungguh beruntung mempunyai seorang putera yang jujur dan berani berterus terang tidak malu-malu kucing!"

Cia Kong Liang tersenyum. Di dalam hati kecilnya, dia kurang suka kalau puteranya berjodoh dengan puteri Pendekar Sadis, karena dalam pandangannya, Pendekar Sadis adalah seorang pendekar yang terlalu kejam terhadap musuhnya. Akan tetapi dia sudah memperoleh banyak pengalaman dalam peristiwa pemberontakan itu sehingga dia menekan perasaannya dan dia menjura kepada kakek gendut itu.

"Berkat bimbingan locianpwe anakku yang bodoh menjadi tabah. Nona Ceng, terus terang saja, setelah mendengar kata-kata anakku, bagaimana pendapatmu tentang itu?"

Pertanyaan yang diajukan ketua Cin-ling-pai ini lebih terang-terangan lagi daripada puteranya. Pendekar ini bertanya kepada seorang gadis begitu saja tentang pendapatnya mengenai pemyataan cinta puteranya!

Sui Cin adalah seorang gadis yang berwatak polos, jenaka dan bebas. Terutama sekali ia mencinta kebebasan yang sejak kecil memang diberikan oleh ayah bundanya kepadanya maka sikap Hui Song dan ayahnya itu tidak membuat ia bingung walaupun kedua pipinya kini menjadi lebih merah daripada biasanya.

"Locianpwe, Song-ko adalah seorang sahabatku yang baik. Aku suka kepadanya..."

"Suka ataukah cinta? He-he, kukira muridku juga bukan seorang yang pemalu dan berpura-pura. Sui Cin, suka berbeda dengan cinta!"

Tiba-tiba Wu-yi Lo-jin berkata sambil terkekeh. Sui Cin melirik kepada gurunya. Sialan. Gurunya ini lebih terang-terangan lagi sehingga ia merasa tersudut.

"Yaah, mungkin aku juga cinta padanya dan tentang perjodohan... wah, biarlah hal itu ayah ibuku yang memutuskan!"

Jawaban ini membuat semua orang tersenyum dan Hui Song nampak girang bukan main. Cia Sun diam-diam menarik napas panjang dan diapun hanya menundukkan muka saja, sedangkan Ci Kang juga menundukkan muka. Hanya mereka sendirilah yang dapat merasakan kepahitan yang sejenak menyelubungi hati mereka mendengar jawaban Sui Cin yang terang-terangan menyatakan cintanya kepada Hui Song itu.

Cia Kong Liang mengangguk-angguk.
"Baiklah, kalau memang kalian saling mencinta, kelak aku akan menemui Pendekar Sadis untuk membicarakan soal perjodohan kalian. Sekarang aku harus mengucapkan terima kasih kepada para locianpwe yang telah menolong calon mantuku ini, juga tidak lupa aku berterima kasih sekali kepada Ci Kang dan Cia Sun, terutama Ci Kang karena tanpa adanya dia ini, mungkin aku sekarang sudah mati dikeroyok oleh para pemberontak anak buah Raja Iblis."






"Nanti dulu, ayah!" tiba-tiba Hui Song berkata dengan suara nyaring sehingga mengejutkan hati semua orang.

Hati pendekar muda ini yang sedang bergelora penuh cinta asmara terhadap Sui Cin, agaknya masih belum dapat melenyapkan rasa marah dan cemburu teringat akan perbuatan yang pernah dilakukan Siangkoan Ci Kang kepada kekasihnya. Membayangkan peristiwa yang lalu, betapa Ci Kang dengan kekerasan merangkul dan menciumi Sui Cin, hatinya menjadi panas dan kini mendengar Ci Kang dipuji-puji ayahnya, dia tidak dapat menerimanya.

"Kita tidak dapat menilai hati orang melalui satu perbuatannya saja. Siapa tahu ketika Siangkoan Ci Kang menolong ayah, hal itu dilakukan secara kebetulan atau memang untuk mencari muka. Dia itu sesungguhnya seorang yang jahat, seorang tokoh sesat, ayah!"

Siangkoan Ci Kang mengangkat muka memandang kepada Hui Song. Sedikitpun tidak nampak penyesalan pada wajahnya yang gagah, bahkan sinar matanya masih lembut seperti biasa. Dia maklum apa yang sedang terjadi di dalam batin pemuda tampan itu. Dia tahu betapa cemburu dan kemarahan membuat Hui Song membenci padanya, atas perbuatannya kepada Sui Cin tempo hari.

Dan dia tidak menyalahkan Hui Song. Apalagi Hui Song, dia sendiripun marah dan menyesal sekali atas peristiwa yang terjadi itu dan sukar baginya untuk memaafkan diri sendiri. Oleh karena itu, dia menanti saja apa yang hendak dikatakan Hui Song yang nampaknya penasaran sekali dan siap membuka keburukan namanya di depan semua orang.

Akan tetapi, jawaban Cia Kong Liang sungguh di luar dugaan semua orang, terutama sekali Hui Song. Ketua Cin-ling-pai itu menjawab tenang,

"Hui Song, agaknya aku lebih mengenal dia daripada engkau. Aku sudah tahu, dan dia mengaku sendiri bahwa dia adalah putera tunggal mendiang Siangkoan Lo-jin..."

"Baik sekali kalau ayah sudah mengetahuinya," kata Hui Song memotong. "Akan tetapi tahu jugakah ayah bahwa Siangkoan Lo-jin itu adalah Si Iblis Buta, yang sebelum muncul Raja dan Ratu Iblis menjadi datuk kaum sesat yang dibantu oleh Cap-sha-kui!"

Ayahnya menarik napas panjang dan mengangguk.
"Aku tahu kesemuanya itu, Song-ji, dan keadaan keluarganya itu bahkan semakin mengagumkan hatiku terhadap Ci Kang, karena dia bagaikan sekuntum bunga teratai yang hidup di tengah lumpur, tetap indah dan bersih. Aku melihat sendiri betapa hebat sepak terjangnya dalam menentang kejahatan..."

"Ayah belum tahu apa yang tersembunyi di balik kedok domba itu! Ayah, dia jahat sekali! Dia pernah berusaha untuk memperkosa adik Sui Cin...!"

"Song-ko...!"

Sui Cin terkejut dan menegur karena ia menganggap bahwa tidak pantas pemuda itu membuka rahasia itu.

"Cin-moi, kalau tidak kuberitahukan sekarang, tentu semua orang menganggap dia seorang yang sebaik-baiknya dan hal itu amat berbahaya," bantah Hui Song.

Cia Kong Liang mengerutkan alisnya, sejenak matanya memandang kepada puteranya dengan marah. Sebagai seorang yang berpandangan tajam diapun dapat menduga bahwa di dalam batin puteranya itu penuh dengan kebencian dan cemburu. Kemudian dia mengalihkan pandang matanya, memandang wajah Siangkoan Ci Kang dan pemuda itu sama sekali tidak membantah, hanya menundukkan mukanya yang menjadi agak pucat, wajah yang membayangkan penyesalan besar.

Ucapan Hui Song itu membuat semua orang terkejut. Bahkan Cia Sun yang tadinya amat percaya dan suka kepada Ci Kang yang gagah perkasa, kini memandang dengan alis berkerut dan kakek Ciu-sian Lo-kai yang biasanya suka berkelakar dan jenaka itu, wajahnya berobah dan alisnya berkerut ketika dia memandang kepada muridnya.

"Siangkoan Ci Kang!" tiba-tiba kakek tinggi kurus yang berpakaian pengemis ini berkata, suaranya keras galak, matanya mengeluarkan sinar berkilat. "Benarkah apa yang dituduhkan orang kepadamu? Benarkan itu bahwa engkau pernah hendak memperkosa nona Ceng Sui Cin ini?"

Semua orang kini memandang kepada Ci Kang, terutama sekali Cia Sun yang merasa bingung dan sukar dapat mempercaya berita bahwa sahabatnya itu pernah hendak memperkosa Sui Cin.

Ci Kang mengangkat mukanya yang agak pucat itu, pertama-tama memandang ke arah Sui Cin yang juga memandang kepadanya, kemudian dia memandang kepada gurunya, lalu menunduk kembali dan suaranya lirih dan jelas.

"Benar, suhu. Saya pernah melakukan hal itu."

Sepasang mata Ciu-sian Lo-kai terbelalak, juga semua orang terkejut mendengar pengakuan blak-blakan ini.

"Ci Kang! Engkau memalukan aku yang menjadi gurumu! Aku tidak pernah mengajarkan engkau untuk bertindak biadab seperti itu!"

Dengan sikap tenang Ci Kang menjawab,
"Suhu mengajarkan agar saya bersikap jujur dan berani mempertanggung-jawabkan semua tindakan saya."

"Hemm, engkau telah melakukan perbuatan terkutuk, lalu apa tanggung jawabmu?" desak kakek tinggi kurus itu dengan marah.

"Saya akan menerima segala hukuman yang dijatuhkan kepada saya untuk perbuatan itu, suhu," jawab Ci Kang dengan tenang dan sedikitpun tidak kelihatan gentar.

Kakek tinggi kurus itu menarik napas panjang dan wajahnya nampak lega.
"Ah, setidaknya engkau cukup gagah untuk mengakui kesalahan dan menerima hukuman. Nah, aku yang akan menghukummu di depan orang banyak ini. Aku harus mencabut sebagian kepandaianmu dan melumpuhkan separuh badanmu!"

Berkata demikian, Ciu-sian Lo-kai melangkah maju menghampiri muridnya dan Ci Kang hanya berdiri tenang sambil menundukkan mukanya saja, menanti datangnya hukuman dengan pasrah.

"Nanti dulu!"

Tiba-tiba Cia Sun meloncat ke depan dan menghadang Ciu-sian Lo-kai.
"Locianpwe, harap maafkan kalau aku mencampuri urusan ini karena Ci Kang adalah sababatku yang baik dan aku mengenal benar kegagahannya. Kita semua sudah mendengar tuduhan paman Cia Hui Song dan juga Ci Kang tidak menyangkal tuduhan itu dan dia demikian gagahnya untuk mempertanggun-jawabkan perbuatan yang dituduhkan kepadanya. Akan tetapi disini kita mempunyai seorang saksi utama yang belum menyatakan kesaksiannya. Cin-moi, mengapa engkau berdiam diri saja? Pendapat semua orang bisa saja keliru, hanya engkau seoranglah yang dapat menjelaskan apa sesungguhnya yang telah teriadi. Aku hanya dapat mempercayai keteranganmu saja dalam hal ini. Benarkah tuduhan paman Hui Song terhadap Ci Kang tadi?"

Kini semua orang memandang kepada Sui Cin. Gadis itu sejak tadi menjadi merah mukanya dan ia sampai kehilangan suaranya saking kaget dan malunya mendengar betapa Hui Song membuka rahasia Ci Kang itu. Kini, secara langsung Cia Sun bertanya kepadanya dan iapun menarik napas panjang lalu memandang kepada Ci Kang dengan sinar mata kasihan.

"Apa yang dituduhkan Song-ko memang benar dan tadinya akupun menyangka bahwa saudara Ci Kang melakukan perbuatan yang amat jahat terhadap diriku. Hal itu terjadi ketika dia dan aku menjadi wakil suku bangsa untuk memilih pimpinan dan dia terluka oleh jarum-jarumku. Karena merasa menyesal, akupun mengunjunginya dalam perkemahan dan mengobatinya. Akan tetapi, setelah dia sadar, dia malah melakukan usaha untuk memaksaku... dan pada saat itu, Song-ko muncul dan terjadi perkelahian sampai saudara Ci Kang melarikan diri. Pada waktu itu, tentu saja Song-ko menyangka bahwa saudara Ci Kang hendak memperkosaku, bahkan aku sendiripun mempunyai dugaan demikian."

"Nah, sudah jelas! Tunggu apa lagi?" seru Hui Song.

"Nanti dulu, Song-ko!" kata Sui Cin, mengerutkan alisnya. "Hati yang penuh cemburu mengundang kebencian dan selalu berprasangka buruk. Aku tadi mengatakan bahwa pada waktu peristiwa itu terjadi, akupun menduga bahwa saudara Ci Kang telah melakukan perbuatan yang rendah dan jahat. Akan tetapi, kemudian baru aku tahu bahwa hal memalukan itu terjadi bukan karena kesalahannya! Sama sekali dia tidak bersalah!"

Hui Song memandang dengan mata terbelalak dan wajah Cia Sun berseri. Sudah dia duga. Dia tidak akan mungkin dapat percaya bahwa sahabatnya itu melakukan hal yang sedemikian rendahnya. Dia, biarpun belum lama bergaul dengan Ci Kang, sudah mengenal pemuda ini sebagai seorang jantan yang berjiwa gagah perkasa.

Asmara Berdarah







Tidak ada komentar: