*

*

Ads

Selasa, 20 Maret 2018

Asmara Berdarah Jilid 154

"Iblis keji!"

Ci Kang menyerangnya dari samping dengan totokan ke arah lambung kiri Raja Iblis. Totokan ini hebat sekali dan saking cepatnya tidak dapat ditangkis lagi maka terpaksa pula Raja Iblis itu menggerakkan tubuh ke belakang untuk mengelak.

Diam-diam dia terkejut. Pemuda ini cukup lihai, mungkin lebih lihai daripada semua pembantunya. Dan anak perempuan itupun memiliki ilmu kebutan yang hebat. Tiba-tiba dia melompat ke belakang dan mengangkat kedua tangan. Kakek ini memang memiliki wibawa yang kuat karena dua orang muda itu berhenti dan memandang.

"Siapa namamu?" tanyanya kepada Ci Kang.

"Aku Siangkoan Ci Kang," jawab pemuda itu dengan tabah.

"Bagus! Kau putera Siangkoan Lo-jin?"

"Benar!"

"Hemm, kau datang untuk membalas kematian ayahmu?"

"Tidak, aku datang untuk menentang kejahatanmu!"

"Siangkoan Ci Kang, apakah engkau cinta puteriku ini? Jadilah suaminya dan kalian menjadi pembantu-pembantuku yang setia. Bagaimana?"

Sungguh luar biasa sekali watak iblis ini! Baru saja menyerang dan hendak membunuh, sekarang tiba-tiba menawarkan hal yang sebaliknya. Ini menunjukkan betapa cerdiknya Raja Iblis. Dia segera dapat mengubah pendirian begitu melihat segi keuntungannya.

"Persetan dengan engkau!" bentak Ci Kang.

Usul Raja Iblis itu tentang perjodohannya dengan Hui Cu tentu saja bukan merupakan hal yang buruk, akan tetapi menjadi pembantu iblis itu sungguh merupakan tawaran yang dianggapnya amat menghina.

"Lebih baik mati daripada menjadi antekmu!"

Dan pemuda itu sudah menyerang lagi. Raja Iblis mengelak dengan mudah dan balas menendang dengan kecepatan kilat. Akan tetapi Ci Kang juga dapat menghindarkan diri dan menyerang langsung dengan bertubi-tubi.

"Kalau begitu engkau akan mampus dan ia menjadi isteriku!"

Raja Iblis berloncatan sambil berkata demikian, kemudian membalas. Terjadilah serang-menyerang dengan hebat dan lewat beberapa jurus, kembali tangannya yang ampuh itu ketika ditangkis Ci Kang membuat pemuda itu terhuyung ke belakang.

"Mampuslah!"

Raja Iblis meloncat dan mengirim pukulan susulan terhadap pemuda yang sedang terhuyung itu. Akan tetapi Hui Cu menerjang dari samping dengan kebutannya yang menyambar dan beruntun mematuk ke arah jalan darah di pelipis, leher dan pundak!

Terpaksa Raja Iblis mengurungkan pukulannya terhadap Ci Kang dan mengelak dari sambaran ujung kebutan yang cukup lihai itu. Kesempatan ini dipergunakan oleh Ci Kang untuk memperbaiki kedudukannya, lalu diapun membantu Hui Cu menyerang lagi.

Raja Iblis menjadi marah sekali. Hampir tidak pernah ada orang yang berani menentangnya, dan kini, seorang pemuda, hanya putera mendiang Iblis Buta, berani menentangnya. Dan yang lebih menggemaskan lagi anak perempuan itu, anaknya sendiri, membantu si pemuda! Dia mengeluarkan suara lengkingan nyaring berkali-kali dan kedua tangannya kini bergerak dengan dorongan-dorongan yang mengeluarkan hawa panas dan mengeluarkan angin kuat.

Nampak uap putih setiap kali dia mendorongkan kedua tangannya. Dan dua orang muda itupun terdesak hebat. Hanya dengan pengerahkan sin-kang sekuatnya saja keduanya tidak sampai terlempar oleh hawa dorongan yang demikian kuatnya. Biarpun demikian, Ci Kang maklum bahwa tidak lama lagi dia dan Hui Cu tentu akan roboh. Raja Iblis ini sungguh memiliki ilmu kepandaian yang amat dahsyat.






Karena merasa bahwa tenaga sin-kangnya masih kalah jauh dibandingkan kakek itu, Ci Kang teringat akan ilmu yang diajarkan oleh Ciu-sian Lo-kai kepadanya, yaitu ilmu silat menggunakan tongkat atau benda apa saja yang berbentuk tongkat. Dia melompat ke kiri dan menyambar patah sebatang cabang pohon yang besarnya selengan, kemudian diapun menggunakan senjata ini.

Ilmu tongkat bambu merupakan satu diantara ilmu-ilmu yang ampuh dari Ciu-sian Lo-kai, maka begitu Ci Kang mainkan tongkat ini, dia dapat menggempur desakan-desakan lawan dan dibantu oleh Hui Cu, kini dia mampu membalas, bekerja sama dengan kebutan gadis itu yang juga ampuh.

Menghadapi keadaan yang berbalik ini, Raja Iblis semakin marah dan diapun tiba-tiba mengeluarkan gerengan keras dan ketika kedua tangannya bergerak menyilang menyambut tongkat di tangan Ci Kang, terdengar suara keras. Tongkat itu hancur dan tubuh Ci Kang terjengkang!

Dengan mengeluarkan suara gerengan seperti tertawa, kakek itu menubruk ke arah Ci Kang yang masih terlentang. Pemuda ini menyambutnya dengan tendangan, akan tetapi kakek itu dapat menangkis tendangan dan terus menjatuhkan diri berlutut, kedua tangannya dihunjamkan dengan jari-jari terbuka ke arah kepala Ci Kang. Pemuda ini merasa betapa ada hawa pukulan dahsyat menyambar dan maklumlah dia bahwa dia terancam maut karena sekali jari-jari tangan itu mengenai kepalanya, tentu kepalanya akan hancur berantakan.

Jalan satu-satunya baginya hanya menangkis. Dia mengangkat kedua tangannya dan berhasil menangkap dua lengan tangan lawan. Terjadilah adu tenaga yang mengerikan. Kakek itu berusaha melanjutkan terkaman kedua tangannya, sedangkan Ci Kang yang berada di bawah itu mempertahankan.

Mereka bersitegang dan kedua lengan Ci Kang mulai menggigil, mukanya pucat dan penuh keringat, tanda bahwa dia sudah mengerahkan seluruh tenaga dan berada di tepi maut. Agaknya sebentar lagi dia tidak akan kuat bertahan dan kakek itu dapat melanjutkan pukulan mautnya.

Melihat keadaan Ci Kang terancam maut seperti itu, tiba-tiba Hui Cu mengeluarkan teriakan keras dan diapun menggerakkan kebutannya. Ujung kebutannya berubah menjadi dua gumpal yang ujungnya meruncing seperti pedang dan dua batang pedang dari bulu-bulu halus yang kini menjadi kaku keras itu menusuk ke arah sepasang mata Raja Iblis! Tusukan ini cepat dan hebat sekali dan agaknya gadis itu sudah lupa bahwa ia bisa menewaskan atau setidaknya membutakan mata ayah kandungnya.

Menghadapi serangan mendadak yang amat berbahaya ini, Raja Iblis terkejut dan terpaksa dia menarik kembali kedua tangan yang tadi menekan ke bawah, dan kaki kanannya menyambar ke depan menyambut serangan gadis itu.

"Desss...!"

Tubuh Hui Cu terpental dan biarpun ia telah melindungi dirinya dengan sin-kang, tidak urung tubuhnya terlempar sampai beberapa meter jauhnya dan terbanting ke atas tanah sampai bergulingan.

Akan tetapi, perbuatannya itu menyelamatkan Ci Kang yang cepat meloncat bangun dan menjauhkan diri karena dia harus mengumpulkan hawa murni untuk memulihkan tenaganya. Hui Cu juga sudah melompat bangun dan kedua orang muda itu sudah bersiap lagi, kini wajah mereka pucat dan kedua kaki agak gemetar karena kecapaian.

Raja Iblis tersenyum mengejek. Dua orang itu tentu akan dapat dirobohkannya dalam serangan berikutnya. Dia menggerak-gerakkan kedua tangannya, saling bersilang dan setiap kali kedua lengan itu bergesekan, tentu nampak uap putih mengepul.

Memang hebat sekali ilmu kakek ini kalau dia sudah mengeluarkan tenaga sakti seperti itu. Ci Kang memandang khawatir. Dia tidak mengkhawatirkan diri sendiri. Memang tadi dia sudah menghadapi kematian dengan tenang. Akan tetapi dia mengkhawatirkan Hui Cu. Gadis itu tadi telah menyelamatkan nyawanya. Dia tahu bahwa tanpa bantuan Hui Cu tadi, dia sudah tewas.

Dan kini, dia merasa tidak kuat untuk dapat melindungi gadis itu dari ayah kandungnya yang jahat seperti iblis itu. Betapapun juga, dia akan melawan den melindungi Hui Cu sampai napas terakhir. Karena niat melindungi ini perlahan-lahan Ci Kang menghampiri Hui Cu sambil terus memandang ke arah Raja Iblis yang berdiri dalam jarak lima meter dari mereka. Setelah dekat, dia menyentuh lengan gadis itu.

"Jangan takut, Hui Cu, aku akan membelamu sampai mati."

Hui Cu tersenyum duka.
"Kita akan mati, Ci Kang. Akan tetapi aku gembira dapat mati bersama seorang sahabat sepertimu. Mari kita lawan dia."

"Yang berat adalah tenaga dorongannya, mari kita satukan tenaga untuk menyambutnya." bisik Ci Kang.

Gadis itu mengangguk dan menyelipkan kebutan pada pinggangnya, kemudian bersama Ci Kang dia melangkah maju berdampingan.

Melihat dua orang muda itu nekat maju bersama, Raja Iblis kembali tersenyum mengejek. Dia tahu akan siasat pemuda itu untuk menyatukan tenaga. Akan tetapi dia tadi sudah mengukur sampai dimana tenaga mereka dan dia tidak menjadi gentar. Bahkan sengaja dia maju lagi menyerang dengan kedua tangannya didorongkon ke depan, kedua telapak tangannya menghadap kepada dua orang lawan itu. Begitu kedua tangannya mendorong, nampak uap putih dan angin menyambar dahsyat.

Ci Kang dan Hui Cu yang sudah maklum akan kehebatan tenaga dorongan itu, cepat menyambut dengan kedua tangan didorongkan pula. Kini mereka bergerak dengan berbareng, menyatukan tenaga sin-kang menyambut dengan kuatnya.

"Desss...!"

Hebat bukan main ketika tiga pasang tangan itu bertemu dan akibatnya tubuh Raja Iblis undur dua langkah, akan tetapi tubuh Ci Kang dan Hui Cu terjengkang dan roboh terbanting!

Mereka kalah tenaga dan kini mereka berdua merasa betapa napas mereka menjadi sesak. Terpaksa mereka cepat mengatur pernapasan dan menyalurkan hawa murni untuk mencegah dada yang terguncang hebat itu jangan sampai terluka. Kesempatan baik terbuka bagi Raja Iblis dan sambil tersenyum lebar dia melangkah maju, siap untuk mengirim pukulan maut!

"Sungguh tak tahu malu tua bangka menghina orang-orang muda!"

Tiba-tiba terdengar suara halus dan suatu hawa tenaga yang amat kuat mendorong dan menyambut Raja Iblis. Kakek ini terkejut dan mengerahkan tenaga, menggunakan tangannya mengibas dan dua tenaga sakti saling bentur membuat keduanya terkejut karena masing-masing mendapat kenyataan betapa kuatnya lawan yang dihadapi!

Raja Iblis cepat memandang dan alisnya berkerut. Yang muncul di depannya adalah seorang laki-laki yang usianya paling banyak lima puluh tahun. Perawakannya gagah dan wajahnya masih nampak tampan menarik, pakaiannya serba indah dan membuat dia nampak semakin anggun.

Wajah itu tersenyum ramah akan tetapi sepasang matanya mencorong penuh kekuatan. Di samping pria ini berdiri seorang wanita yang usianya sebaya, cantik sekali, dengan pakaian yang juga mewah, bersih dan baru, rambutnya dihias batu permata. Namun wanita cantik ini nampak anggun dan angkuh, serius dan sepasang matanya menatap wajah Raja Iblis seperti hendak menegur.

Raja Iblis tidak pernah mengenal mereka, akan tetapi dia dapat menduga bahwa kedua orang ini tentulah dua orang dari golongan pendekar yang memiliki kepandaian tinggi, maka dia tidak memandang rendah dan bersikap waspada dan hati-hati. Biasanya, kalau ada Ratu Iblis di sampingnya, dia tidak pernah mau bicara sendiri dan bahkan jarang dia turun tangan sendiri. Kini, karena dia seorang diri saja, dia terpaksa bicara dan bertindak sendiri.

Dia teringat bahwa diantara para datuk di dunia persilatan, banyak yang sudah pernah ditaklukkannya, bahkan mereka bersumpah tidak akan melawannya kalau dia memegang Tongkat Suci Sakti. Kini berhadapan dengan dua orang itu, bahkan dia sudah mengukur tenaga pria itu yang ternyata amat kuat, dia ingin mengambil cara yang lebih mudah.

Kalau dua orang ini mempunyai hubungan dengan para tokoh yang pernah ditundukkannya, tentu mereka tidak akan berani pula menentang dia yang memegang Tongkat Suci Sakti. Cepat dia mengeluarkan sebatang tongkat dari balik jubahnya dan sambil mengangkat tongkat itu ke atas kepala, dia berkata, suaranya bergema seperti datang dari jauh dan amat berwibawa.

"Lihat Tongkat Suci Sakti dan berlututlah kalian sebelum aku menyatakan kalian berdosa dan menerima hukumanku!"

Pria dan wanita itu memandang dengan heran, lalu saling pandang dan pria itu tertawa.
"Ha-ha-ha! Yang suci dan sakti bagi orang jahat belum tentu suci bagi kami! Aku she Ceng belum pernah melihat tongkat butut itu!"

"Tua bangka, jangan membadut di depan kami. Pergilah dan jangan ganggu dua orang muda ini sebelum aku turun tangan menghajarmu!" kata si wanita dengan suara galak dan sepasang matanya mencorong penuh ancaman.

Asmara Berdarah







Tidak ada komentar: