*

*

Ads

Selasa, 06 Maret 2018

Asmara Berdarah Jilid 109

Dan kebutan di tangannya bergerak menyambar, ujung kebutan melakukan totokan kilat ke arah pundak Sui Cin. Gadis ini terkejut, namun otomatis ia bergerak mengelak dan setelah ia mengerti bahwa nenek itu hendak mengujinya, maka iapun bergerak lincah menghadapi serangan kebutan bertubi-tubi itu, bahkan berani menangkis menggunakan tenaga sin-kangnya.

"Plakk!"

Tangkisannya itu membuat Yelu Kim terhuyung ke belakang dan nenek ini menjadi semakin girang. Ia mempercepat gerakan kebutannya, akan tetapi segera ia merasa pusing setelah Sui Cin menggunakan gin-kangnya yang istimewa. Nenek ini dapat menghilang dengan bantuan sihirnya, akan tetapi sekarang ia menghadapi kecepatan Sui Cin, ia menjadi bingung karena kadang-kadang bayangan gadis itu seperti lenyap dan tahu-tahu telah berada di samping atau belakangnya. Ia melompat mundur dan memandang kagum.

"Cukup, cukup! Aih, girang hatiku karena aku sama sekali tidak kecewa. Engkau bahkan melampaui semua harapan dan dugaanku, nona."

"Ah, locianpwe terlalu memuji. Sekarang harap locianpwe ceritakan, bantuan apakah yang dapat kulakukan untukmu!"

Nenek itu kembali tersenyum.
"Nanti dulu, nona, jangan tergesa-gesa. Urusan itu penting sekali dan aku tidak mau bantuan orang untuk mewakiliku tanpa kukenal benar siapa adanya orang itu. Karena itu, biarlah aku akan mencoba untuk menyembuhkan dulu luka di dalam kepalamu yang membuatmu kehilantan ingatan itu."

Sepasang mata Sui Cin terbelalak dan wajahnya berseri saking girangnya.
"Lo-cianpwe dapat menyembuhkan aku dan mengembalikan ingatanku yang hilang?" tanyanya penuh harapan.

Nenek itu mengangguk.
"Mudah-mudahan demikian agar tidak percuma sebutan semua rakyat Mongol yang menyebut aku Dewi Penyelamat. Marilah masuk ke dalam kamarku dan aku akan mulai dengan pengobatan itu, nona. Akan tetapi engkau harus percaya penuh kepadaku dan bersabar karena mengobati bagian kepala harus sangat hati-hati dan teliti."






Demikianlah, nenek Yelu Kim yang ternyata memiliki ilmu pengobatan yang tinggi itu memeriksa kepala Sui Cin dan mulai memberi pengobatan dengan urutan-urutan pada jalan darah dan juga memberi obat minum yang rasanya amat pahit.

Namun Sui Cin yang sudah menaruh kepercayaan penuh kepada nenek yang ramah itu mentaati semua petunjuknya dengan sabar. Kemudian ia melihat betapa nenek ini dibantu oleh beberapa orang pelayan wanita Mongol yang datang setiap kali tenaga mereka diperlukan dan agaknya mereka itu tinggal di luar guha yang hanya ditempati nenek Yelu Kim seorang diri saja.

Juga ia melihat betapa harimau besar yang pernah mengejutkannya itu ternyata adalah seekor binatang yang amat jinak jika berada di dekat nenek Yelu Kim. Bahkan ia sendiri mulai bersababat dengan binatang itu yang agaknya mengerti bahwa ia bukanlah seorang musuh melainkan seorang kawan baik.

**** 109 ****
Asmara Berdarah







Tidak ada komentar: