*

*

Ads

Selasa, 09 Januari 2018

Siluman Gua Tengkorak Jilid 30

Semua orang terkejut melihat kekasaran Thian Sin dan melihat betapa kakek tua itu terbelalak dan mukanya berobah pucat.

"Apa...? Pengangkatan ketua baru? Ah, tentu saja... hal itu tergantung kepada pemilihan para anggauta..."

"Suheng! Bukankah suheng telah mengangkatku sebagai ketua baru? Aku, Bu Beng Tojin, yang suheng tetapkan untuk menjadi ketua baru menggantikan suheng!"

Juga dalam suara Bu Beng Tojin ini terkandung kekuatan yang hebat. Wajah Im Yang Tosu nampak semakin pucat dan napasnya terengah-engah.

"Ah, ya... itu benar, sute Bu Beng Tojin yang akan menjadi ketua... tapi... tapi tergantung kepada para anggauta..." Kakek itu menjadi bimbang ragu.

"Suheng...!" bentak Bu Beng Tojin.

"Im Yang totiang!" Thian Sin juga berseru.

Im Yang Tosu kelihatan semakin bingung dan pucat, bahkan tubuhnya terguncang dan tergetar, seperti orang yang terserang demam. Pada saat itu nampak Thian To Sinjin dari Kun-lun-pai bangkit dari kursinya, menghampiri ketua Hong-kiam-pang itu dan menuntun tangannya.

"Sute, engkau lelah, sebaiknya mengaso dulu."

Dan diapun menarik sutenya itu kembali ke tempat duduknya. Anehnya, Im Yang Tosu kelihatan menurut saja seperti seorang anak kecil! Tidak ada yang tahu bahwa tadi ketua Hong-kiam-pang ini tertarik ke sana-sini diantara dua orang yang menggunakan kekuatan sihir, yang seorang hendak mempengaruhinya dan yang seorang hendak membebaskannya. Hanya Thian To Sinjin saja yang agaknya dapat menduga akan hal itu maka dia cepat menariknya kembali untuk duduk dan beristirahat.

"Ha-ha-ha, sebaiknya begitu. Beristirahatlah dengan tenang, Im Yang totiang dan biarkan aku membereskan persoalan ini!" kata Thian Sin.

"Pendekar Sadis! Engkau sebagai orang luar, sungguh tidak patut sekali mencampuri urusan dalam dari Hong-kiam-pang! Engkau telah melanggar aturan sopan santun di dunia persilatan!" Bu Beng Tojin berteriak marah.

"Bu Beng Tojin, aku memang bukan anggauta Hong-kiam-pang, akan tetapi aku adalah sahabat baik Hong-kiam-pang yang tidak rela melihat Hong-kiam-pang diselewengkan."

"Mulut busuk! Apa maksudmu?" bentak Bu Beng Tojin.

Akan tetapi Thian Sin tidak menjawab bentakan ini melainkan menghadapi para tamu dan juga pihak tuan rumah.

"Cu-wi yang mulia, para anggauta Hong-kiam-pang yang tercinta! Kita semua tahu bahwa Hong-kiam-pang adalah perkumpulan orang-orang gagah, para pendekar yang menentang kejahatan. Oleh karena itu, tidak sepatutnya kalau sebuah perkumpulan orang gagah diketuai oleh seorang penjahat besar seperti Bu Beng Tojin ini!"

Ucapan ini sungguh hebat bukan main. Bukan hanya semua tamu yang terbelalak, bahkan para anggauta Hong-kiam-pang menjadi pucat wajahnya dan juga Im Yang Tosu sendiri yang pada saat itu telah tenang kembali, bangkit dari tempat duduknya.

"Ceng-taihiap, apa maksudmu dengan ucapan itu?" tanyanya nyaring, agaknya penasaran mendengar pembantunya disebut penjahat besar!

Melihat sikap suhengnya, para murid Hong-kiam-pang dan para tamu yang agaknya berpihak kepadanya, walaupun dia sendiri menjadi pucat, Bu Beng Tojin lalu tertawa,

"Ha-ha, sudah nampak belangnya Pendekar Sadis sekarang, menuduh dan memfitnah membuta tuli. Siapa bilang bahwa aku Bu Beng Tojin yang selama ini dengan jujur memimpin Hong-kiam-pang menjadi penjahat besar?"

Akan tetapi, Thian Sin tidak terpengaruh oleh ucapan itu dan dia masih memandang kepada semua yang hadir.

"Cu-wi yang mulia, juga Im Yang totiang yang terhormat, biarlah aku memperkenalkan." Dia lalu menudingkan telunjuknya ke arah muka Bu Beng Tojin. "Inilah dia orang yang menyebut dirinya Sian-su, inilah dia Siluman Guha Tengkorak yang telah memimpin gerombolan penjahat kejam yang kita telah basmi!" Ucapan ini lebih mengejutkan lagi.






"Ceng-taihiap, harap jangan menuduh sembarangan saja!" Im Yang Tosu bahkan berteriak marah.

Bu Beng Tojin sendiri tadi menjadi pucat sekali wajahnya, akan tetapi dia mengambil sikap tenang, bahkan tersenyum lebar.

"Ah, sungguh tuduhan yang menggelikan sekali! Pinto sendiri yang membantu pembasmian gerombolan itu, bagaimana engkau dapat menuduh demikian, apakah engkau sudah menjadi gila?"

"Ceng-taihiap, buktikan kebenaran tuduhanmu itu!" Im Yang Tosu yang sudah bangkit berdiri itupun menuntut.

Tuduhan itu amat hebat baginya. Kalau tuduhan itu tidak benar, berarti Pendekar Sadis sudah menghina Hong-kiam-pang. Dan kalau benar, hal itu tentu merupakan tamparan yang memalukan sekali bagi Hong-kiam-pang!

"Baik, akan kucoba kubuktikan walaupun hal itu tidak mudah karena Siluman Guha Tengkorak memang seorang penjahat yang amat keji, licik, curang, lihai ilmu silatnya dan juga lihai ilmu sihirnya. Cu-wi yang mulia, ketika pertama kali aku berkenalan dengan kejahatan siluman ini, aku melihat mendiang saudara Kwee Siu sekarat oleh luka-lukanya ketika bertanding melawan siluman ini. Dan ucapan terakhir yang keluar dari mulutnya adalah sebutan "susiok". Tadinya aku tidak mengerti apa dan siapa yang dimaksudkan sampai akhirnya aku mendapat kenyataan bahwa dia hanya mempunyai seorang saja susiok di dunia ini dan susioknya adalah Bu Beng Tojin. Tentu dia mengenal orang bertopeng tengkorak yang membunuhnya, mengenal gerakan silatnya maka dia meninggalkan sebutan susiok itu yang sayang pada waktu itu belum kuketahui artinya."

"Huh, tuduhan kosong! Bisa jadi Kwee Siu menyebut namaku karena hendak minta tolong dan ingat kepadaku!"

Bu Beng Tojin mencela dan semua orang juga menganggap bahwa alasan itu terlalu lemah untuk menjadi bukti kebenaran tuduhannya bahwa Bu Beng Tojin adalah Siluman Guha Tengkorak.

"Masih ada bukti lain," kata pula Thian Sin. "Ketika aku tertawan oleh Siluman Guha Tengkorak dalam keadaan pingsan terbius, tahu-tahu aku tertawan oleh orang-orang Hong-kiam-pang dan menurut keterangannya, yang menangkap aku dalam pakaian siluman itu adalah Bu Beng Tojin. Hal ini jelas menunjukkan bahwa dia adalah Siluman Guha Tengkorak itu sendiri karena kalau aku berada dalam keadaan pingsan, bagaimana dari tangan siluman itu aku dapat pindah ke tangan Bu Beng Tojin? Sebaliknya, kalau aku sadar seperti yang dikatakannya kepada murid-murid Hong-kiam-pang, agaknya tidak akan begitu mudah baginya untuk dapat menawanku! Hal itu dapat dibuktikan sendiri!"

"Huh, alasan dan bukti apa itu? Pendekar Sadis, semua anggauta Hong-kiam-pang sudah menyaksikan bahwa engkau memakai jubah dan topeng tengkorak. Tentu engkaulah Siluman Guha Tengkorak itu, dan setelah rahasiamu ketahuan, engkau lalu berpura-pura dan membalik untuk membersihkan diri. Cih, sungguh tak tahu malu!"

Bu Beng Tojin sudah mencabut pedangnya dan hendak menyerang Thian Sin, akan tetapi pada saat itu, Im Yang Tosu melangkah maju dan mencegahnya.

"Sabar dulu, sute." Lalu kakek ini menghadapi Thian Sin. "Ceng-taihiap, sungguh pinto bingung dan tidak mengerti permainan apa yang taihiap mainkan saat ini. Akan tetapi harus pinto akui bahwa semua alasan yang taihiap ajukan tadi tidak cukup kuat untuk membuktikan kebenaran tuduhan taihiap yang amat berat itu. Tidak mungkin kami menerima begitu saja keterangan sepihak tanpa bukti yang mutlak atau tanpa adanya saksi yang membenarkan keterangan taihiap tadi."

"Saksi-saksi? Ah, totiang benar juga. Memang ada saksi yang kuat!" Thian Sin berkata.

"Inilah saksi-saksinya!"

Tiba-tiba terdengar suara merdu melengking dan semua orang menengok. Kiranya di sudut panggung itu telah berdiri seorang gadis yang cantik jelita dan gagah. Kim Hong tersenyum manis kepada Bu Beng Tojin.

Tosu ini mendengus.
"Huh, saksi macam apa ini? Perempuan ini adalah Toan Kim Hong, kekasih dari Pendekar Sadis, tentu saja omongannya akan senada dengan pacarnya. Siapa bisa percaya saksi macam ini?" Suaranya penuh tantangan dan sikapnya mencemooh.

"Siluman Guha Tengkorak, jangan tekebur dulu. Lihat siapa mereka ini!"

Kim Hong menggapai ke belakangnya dan dari anak tangga di belakang panggung muncullah tiga orang gadis yang cantik dan yang memandang ke arah Bu Beng Tojin dengan mata penuh kebencian.

Melihat Thio Siang Ci, bekas kekasihnya, pengantin yang diculiknya dan dipaksanya menjadi kekasihnya itu, bersama dua orang gadis lain yang juga termasuk dayang-dayang yang disukainya, wajah Bu Beng Tojin menjadi pucat. Akan tetapi dia masih sempat mengejek dan mencemooh.

"Siapa perempuan-perempuan itu? Pinto tidak mengenal segala macam pelacur!"

"Siang Ci, Siok Lan dan Kim Tui, coba katakan, siapa pendeta itu?" Kim Hong bertanya kepada tiga orang gadis itu dengan suara halus.

Thio Siang Ci yang lebih dulu menjawab, telunjuk tangan kirinya yang gemetar menuding ke arah Bu Beng Tojin dan terdengar suaranya agak gemetar akan tetapi mantep.

"Dialah Sian-su yang menculikku itu!"

"Benar, dia itu Sian-su ketua Jit-sian-kauw!" kata Siok Lan, gadis ke dua.

"Aku berani sumpah, dialah Sian-su!" kata Kim Tui pula.

"Bohong! Fitnah gila! Apa buktinya?" Bu Beng Tojin berteriak marah.

"Apakah kalian bertiga dapat mengatakan buktinya dan tandanya bahwa dia itu Sian-su?" Kim Hong bertanya pula.

"Di dadanya terdapat daging tumbuh sebesar telur ayam yang berambut panjang!" kata Siang Ci lalu menundukkan muka dan air matanya mengalir karena ia merasa malu sekali.

"Ada ukiran ular melingkari pinggangnya," kata pula Siok Lan yang juga menunduk malu.

"Di kedua pahanya ada gambar tengkorak," Kim Tui menyambung.

"Fitnah keji! Bohong! Pelacur-pelacur yang harus mampus!"

Tiba-tiba Bu Beng Tojin menggerakkan kedua tangannya dan ada empat sinar terang menyambar ke arah Kim Hong dan tiga orang gadis itu.

Akan tetapi dengan gerakan lincah dan tenang, Kim Hong dapat menyambut empat buah hui-to (pisau terbang) itu dengan kedua tangannya, memandang ke arah pisau-pisau itu sambil tersenyum lalu melemparkan sebatang kepada Im Yang Tosu.

"Totiang, bukankah pisau terbang yang pernah melukai totiang itu seperti ini dan begitu pula cara melemparnya?" tanya Kim Hong manis.

"Kalau fitnah keji, mengapa mencak-mencak? Tunjukkan saja bahwa semua keterangan itu bohong dengan memperlihatkan bagian tubuhmu yang disebut-sebut tadi, Sian-su!" kata Thian Sin mengejek.

Im Yang Tosu menerima pisau yang dilemparkan oleh Kim Hong, memandangnya sejenak, kemudian dengan alis berkerut dan muka pucat dia membanting pisau itu ke atas lantai sampai pisau itu amblas lenyap menembus papan lantai panggung. Lalu dia menghampiri Bu Beng Tojin, memandang dengan muka pucat.

"Sute, pinto tahu bahwa engkau pandai menggunakan segala senjata, juga pisau itu. Pinto sendiri masih belum percaya akan semua tuduhan itu. Karena itu, sute, buktikanlah bahwa tuduhan semua itu palsu dan bohong. Buka bajumu dan perlihatkan dada dan pinggangmu!"

"Gila! Suheng, apakah suheng membiarkan orang menghinaku sampai seperti ini?"

"Sute, baru namanya penghinaan kalau tuduhan itu tidak terbukti dan percayalah, pinto tidak akan tinggal diam melihat engkau dihina orang. Maka, bukalah bajumu."

"Tidak, suheng. Aku tidak sudi dihina! Orang-orang harus percaya kepadaku!"

"Sute, kalau engkau tidak mau, terpaksa aku sendiri yang akan membukakan bajumu."

Dengan halus ketua Hong-kiam-pang itu lalu melangkah maju dan meraba kancing baju sutenya untuk dibuka.

Siluman Gua Tengkorak







Tidak ada komentar: