*

*

Ads

Selasa, 09 Januari 2018

Siluman Gua Tengkorak Jilid 29

Sampai hampir sebulan lamanya Thian Sin dan Kim Hong melakukan penyelidikan dan mencari jejak kaburnya Siluman Guha Tengkorak, ketua dari Jit-sian-kauw. Perkumpulan itu sendiri, yang merupakan gerombolan penjahat kejam, telah dapat dibasmi.

Akan tetapi kalau kepalanya itu masih berkeliaran, maka dunia terancam bahaya besar. Di balik topeng tengkorak itu tersembunyi seorang manusia yang benar-benar berhati iblis, yang loba akan harta benda dan kedudukan, yang haus akan kesenangan cabul, dan terutama sekali amat berbahaya karena selain ilmu silatnya tinggi, juga pandai ilmu sihir.

Maka, sudah bulat tekad dalam hati Thian Sin dan Kim Hong untuk mencari sampai ketemu dan membasmi Siluman Guha Tengkorak itu. Akan tetapi, siluman itu seperti telah menghilang ditelan bumi, sama sekali tidak meninggalkan jejak! Dan setelah menanti sebulan sambil menyelidiki dengan teliti, siluman itu tidak pernah terdengar beraksi. Namun, Pendekar Sadis dan kekasihnya itu adalah dua orang pendekar yang biarpun masih muda, telah memiliki pengalaman yang luas di dunia kang-ouw, terkenal pandai dan cerdik sekali sehingga tentu saja mereka tidak tinggal diam dan telah melakukan penyelidikan yang amat teliti, mengambil kesimpulan-kesimpulan dan pertimbangan-pertimbangan yang matang.

Sementara itu, Im Yang Tosu telah menyuruh seorang muridnya untuk mengantarkan Cia Liong dan Cia Ling ke Kun-lun-pai dan bersama mereka, dibawakan pula bagian harta mereka untuk bekal kelak kalau mereka sudah dewasa.

Dan pada suatu hari, kurang lebih sebulan semenjak gerombolan Siluman Guha Tengkorak ditumpas, Hong-kiam-pang mengadakan pesta. Karena Pendekar Sadis dan kekasihnya masih tinggal di sebuah hotel di Tai-goan, mereka berduapun menerima undangan. Pesta yang diadakan oleh Hong-kiam-pang itu selain untuk merayakan hari ulang tahun ketua Im Yang Tosu yang sudah genap berusia tujuh puluh tahun, juga untuk mengadakan sedikit perobahan dalam susunan pengurus perkumpulan itu. Im Yang Tosu sudah merasa terlalu tua untuk menjadi ketua Hong-kiam-pang dan kedudukannya sebagai ketua akan diserahkan kepada Bu Beng Tojin.

Hal ini sebetulnya adalah wajar saja karena bukankah selama ini Bu Beng Tojin telah menjadi pembantu utama dari ketua itu? Akan tetapi, menurut desas-desus orang luaran, tentu akan terjadi perdebatan karena Hong-kiam-pang dianggap sebagai cabang dari Kun-lunpai, sedangkan Bu Beng Tojin sama sekali bukanlah murid Kun-lun-pai, walaupun hal ini bukan berarti bahwa dia asing akan ilmu silat dari Kun-lun-pai. Tokoh ini memang seorang ahli dalam berbagai macam ilmu silat, termasuk Kun-lun-pai dan karena inilah maka Im Yang Tosu percaya dan kagum kepadanya.

Karena Hong-kiam-pang merupakan sebuah perkumpulan silat yang cukup ternama di daerah Tai-goan, maka dalam kesempatan itu, banyak juga jago-jago silat dan tokoh-tokoh kang-ouw yang datang berkunjung untuk menghaturkan selamat kepada Im Yang Tosu yang berulang tahun dan kepada Bu Beng Tojin yang diangkat menjadi ketua Hong-kiam-pang baru.

Sejak pagi, berbondong-bondong para tamu mendatangi kuil Hong-kiam-pang itu dan mereka dipersilahkan duduk di pekarangan samping yang luas dari rumah perkumpulan yang ada kuilnya itu. Sebuah panggung yang tingginya hampir dua meter dan cukup luas dibangun, dan dua orang pimpinan Hong-kiam-pang sudah nampak duduk di atas kursi di panggung itu. Para anak buah Hong-kiam-pang yang gagah-gagah dan berpakaian serba baru menyambut para tamu, ada pula yang bertugas mengeluarkan arak dan melayani para tamu dengan sikap ramah, gagah dan cekatan.

Thian Sin nampak datang sendirian dan dia disambut oleh murid kepala dan dibawa naik ke panggung melalui anak tangga, menghadap dua orang pimpinan Hong-kiam-pang. Pendekar ini memberi hormat dan memberi selamat kepada Im Yang Tosu dan berkata,

"Semoga Im Yang totiang diberkahi usia panjang oleh Thian dan selalu sehat lahir batin."

Im Yang Tosu mengucapkan terima kasih dan Bu Beng Tojin mengerutkan alisnya karena pendekar itu sama sekali tidak memberi selamat kepadanya. Walaupun secara resmi dia belum diangkat dan pengangkatan itu akan dilakukan nanti, namun tentu pendekar ini, seperti para tamu lain sudah mendengar akan pengangkatannya dan banyak yang sudah memberi selamat. Maka diapun diam saja hanya memandang kepada pendekar ini dengan alis berkerut.

Thian Sin maklum pula akan sikap ini dan dia hanya tersenyum melihat tosu yang keras hati ini dan yang agaknya tak pernah dapat melenyapkan kebenciannya kepada dirinya. Dia lalu dipersilahkan duduk di bagian kursi kehormatan, yaitu belasan buah kursi yang berderet di tepi panggung.

Di kursi kehormatan ini terdapat pula Thian To Sianjin, tokoh Kun-lun-pai yang mewakili perkumpulan itu menghadiri pesta yang diadakan oleh Hong-kiam-pang. Thian To Sianjin ini adalah seorang tosu Kun-lun-pai tingkat tiga dan usianya sudah enam puluh tahun lebih, sikapnya tenang dan ramah. Dia sudah mengenal baik kepada Thian Sin, maka begitu pemuda ini duduk di dekatnya, dia sudah menegur ketika pendekar itu memberi hormat.

"Selamat bertemu, Ceng-taihiap. Kenapa taihiap hanya datang sendirian saja, dan mana Toanlihiap?"






Hanya orang yang sudah kenal baik dan akrab sajalah yang berani menanyakan isteri atau kekasih seperti yang diucapkan oleh tokoh Kun-lun-pai kepada Thian Sin itu, Thian Sin tersenyum dan menjawab lirih.

"Ia nanti tentu datang, locianpwe. Mungkin ada urusan sedikit yang membuatnya datang terlambat."

Thian Sin memang seorang pendekar yang berwatak halus dan pandai membawa diri sebagai seorang yang terpelajar.

Terhadap para tokoh tua, dia tidak segan-segan untuk menyebutnya dengan sebutan locianpwe untuk mengangkat dan menghormati tokoh itu dan merendahkan diri sendiri, walaupun tingkat kepandaiannya tidak kalah oleh tokoh ini.

Setelah waktu yang ditentukan tiba dan para tamu sudah memenuhi tempat itu, Im Yang Tosu lalu bangkit berdiri. Tosu tua ini masih memiliki suara yang nyaring ketika dia menghaturkan selamat datang dan terima kasih kepada para tamu yang telah memenuhi undangan Hong-kiampang dan mengucapkan selamat kepadanya yang telah berusia tujuh puluh tahun.

Kemudian dia melanjutkan dengan pengumumannya yang ditunggu-tunggu oleh beberapa orang dengan hati berdebar.

"Cu-wi yang terhormat, pinto telah berusia tujuh puluh tahun dan sudah tiba saatnya bagi pinto untuk mengundurkan diri dan hanya tekun bersamadhi. Akan tetapi Hong-kiam-pang yang dapat dibilang masih muda, harus hidup terus. Akan tetapi sebuah perkumpulan tak mungkin hidup tanpa pimpinan dan setelah pinto mengundurkan diri, maka pinto akan menyerahkan pimpinan Hong-kiam-pang kepada sute pinto, yaitu Bu Beng Tojin."

Tiba-tiba nampak kegelisahan diantara para murid Hong-kiam-pang.

"Suhu...!" Im Yang Tosu menoleh dengan alis berkerut. Seorang laki-laki berusia empat puluh tahun yang bersikap gagah telah naik ke atas panggung, lalu memberi hormat kepada Im Yang Tosu. "Suhu, bukan sekali-kali teecu bermaksud kurang sopan dan membantah keputusan suhu. Akan tetapi teecu mewakili para murid suhu yang juga menjadi murid Kun-lun-pai, menyatakan suara hati kami."

Im Yang Tosu kelihatan tidak senang dan dia membentak,
"Sui Lok, apa maksudmu mengganggu pernyataanku?"

"Suhu, perkumpulan kita adalah cabang dari Kun-lun-pai dan suhu sendiri adalah seorang tokoh Kun-lun-pai sebagai pendiri Hong-kiam-pang. Kami tahu bahwa susiok Bu Beng Tojin memiliki ilmu kepandaian yang tinggi dan menjadi pembantu dan kepercayaan suhu. Akan tetapi, mengingat bahwa susiok Bu Beng Tojin bukanlah murid Kun-lun-pai, maka kami merasa berat untuk menerima beliau sebagai ketua..."

"Sui Lok, apakah engkau menganggap bahwa kedudukan ketua itu sebaiknya dioperkan kepadamu saja?"

Tiba-tiba Bu Beng Tojin yang sudah bangkit dan mendekati suhengnya dan memandang kepada murid keponakan itu dengan sinar mata marah.

"Biarpun suheng merupakan tokoh Kun-lun-pai, akan tetapi Hong-kiam-pang adalah sebuah perkumpulan yang bebas dan terlepas dari induk perkumpulan manapun. Katakanlah bahwa Ilmu Hong-kiam-sut memiliki sumber dari Kun-lun-pai, akan tetapi ilmu itu terus diperkembangkan dan sama sekali bukan cabang dari Kun-lun-pai. Suheng telah memilihku, dan aku sendiri sudah bertahun-tahun mengurus Hong-kiam-pang. Seorang ketua haruslah anggauta perkumpulan dan hendak kulihat, siapakah diantara para anggauta Hong-kiam-pang yang lebih mahir Ilmu Pedang Hong-kiam-sut dari pada aku. Yang merasa lebih pandai, silakan maju!"

"Tapi susiok..."

Sui Lok yang mewakili saudara-saudara seperguruannya itu hendak membantah, akan tetapi Im Yang Tosu segera menengahi.

"Sui Lok dan semua murid-muridku, hendaknya tidak ada yang membantah apa yang telah menjadi keputusanku. Ketahuilah bahwa dalam hal memperkembangkan ilmu pedang kita, sute Bu Beng Tojin telah banyak membantu dan memberi saran. Pinto sendiri, sebagai pencipta dan pendiri Hong-kiam-pang, belum tentu mampu menandinginya dalam hal ilmu pedang perkumpulan kita. Nah, siapa lagi yang lebih pantas memimpin Hong-kiam-pang kecuali dia? Tentang Kun-lun-pai, agaknya... memang benar pendapat sute. Tadinya kita menganggap perkumpulan kita sebagai cabang Kun-lun-pai hanya karena mengingat bahwa pinto adalah seorang murid Kun-lun-pai. Akan tetapi, mengingat betapa para anggauta dan murid Hong-kiampang terdiri dari bermacam aliran, maka tidak tepatlah kalau dikatakan bahwa Hong-kiam-pang adalah cabang Kun-lun-pai."

Mendengar betapa pendiri Hong-kiam-pang sendiri agaknya berkeras membela Bu Beng Tojin, para murid Hong-kiam-pang menjadi gelisah dan bingung, sedangkan Sui Lok sendiri lalu menoleh ke arah Thian Sin yang duduk di dekat Thian To Sinjin dan dia melihat pendekar itu masih tersenyum-senyum tenang saja.

"Suhu, karena disini terdapat supek Thian To Sinjin sebagai wakil Kun-lun-pai, biarlah teecu mohon petunjuk beliau saja!" akhirnya Sui Lok berkata dengan suara nyaring.

Para tamu yang mendengar perbantahan itu tidak ada yang berani mencampuri, akan tetapi diam-diam mereka merasa tegang dan gembira karena dapat menduga bahwa di dalam pengangkatan ketua baru ini agaknya terdapat suatu kericuhan atau mungkin juga perebutan kekuasaan. Karena Sui Lok menyebut namanya, kini semua mata ditujukan kepada tokoh Kun-lun-pai itu.

"Siancai...! Kami sebagai tamu sebetulnya tidak seharusnya mencampuri urusan dalam. Akan tetapi karena nama kami disebut, biarlah kami mengemukakan pendapat kami sebagai wakil Kun-lun-pai." Kakek itu berkata lantang dengan sikap yang gagah.

"Sebuah perkumpulan tentu saja ditentukan oleh pendirinya, dan karena Hong-kiam-pang didirikan oleh sute Im Yang Tosu, maka terserah kepadanya kalau hendak memisahkan perkumpulan ini dari Kun-lun-pai. Hanya kami peringatkan bahwa kalau tidak mau disebut sebagai cabang Kun-lun-pai, selanjutnya sama sekali tidak boleh menyebut-nyebut nama Kun-lun-pai dan segala sepak terjang para murid Hong-kiam-pang bukan lagi menjadi tanggung jawab Kun-lun-pai. Hanya itulah yang perlu pinto jelaskan." Kakek itu lalu duduk kembali.

Bu Beng Tojin dengan muka merah lalu berkata, suaranya lantang,
"Baik sekali! Memang sejak dahulu tidak ada hubungan apa-apa antara Hong-kiam-pang dan Kun-lun-pai. Kami mempunyai anggaran dasar dan peraturan sendiri. Kami menerima murid-murid dari berbagai aliran, bukan hanya dari aliran Kun-lun-pai. Nah, sebagai seorang ketua baru, sejak detik ini pinto menyatakan bahwa Hong-kiam-pang bukan cabang Kun-lun-pai dan segala sepak terjang Hong-kiam-pang tidak ada sangkut pautnya dengan Kun-lun-pai!"

"Bu Beng Tojin, perlahan dulu!"

Tiba-tiba terdengar suara yang lebih nyaring lagi, membuat semua orang memandang dan ternyata Thian Sin telah berdiri di depan Bu Beng Tojin dan Im Yang Tosu, diatas panggung.

Melihat majunya pendekar ini, Sui Lok lalu cepat mengundurkan diri dan bercampur dengan saudara-saudaranya. Semua orang menjadi semakin tegang dan gembira. Urusan menjadi makin terbelit dan banyak pihak yang tersangkut, apalagi mereka yang mengenal pemuda gagah itu sebagai Pendekar Sadis, menjadi bertanya-tanya didalam hati apa hubungan Pendekar Sadis dengan pengangkatan ketua Hong-kiam-pang itu.

"Pendekar Sadis! Engkau yang banyak dibenci karena kekejaman dan sepak terjangmu, ada urusan apa engkau sebagai orang luar hendak mencampuri urusan dalam Hong-kiam-pang kami?" Bu Beng Tojin membentak dengan mata melotot marah.

"Memang banyak yang membenciku, Bu Beng Tojin, akan tetapi yang membenciku adalah para penjahat karena aku selalu menentang kejahatan. Dan apa urusanku, kau dengarkan saja."

Thian Sin lalu menghadapi Im Yang Tosu, sepasang matanya mencorong dan suaranya mengandung getaran kuat sekali.

"Im Yang totiang, sadarlah dan ingatlah baik-baik, sudah sepenuh hatimukah maka totiang mengangkat Bu Beng Tojin sebagai penggantimu, menjadi ketua baru Hong-kiampang? Ingat baik-baik dan sadarlah!"

Siluman Gua Tengkorak







Tidak ada komentar: