*

*

Ads

Selasa, 09 Januari 2018

Siluman Gua Tengkorak Jilid 28

"Siancai! Bu Beng toyu dari Hong-kiam-pang, hendaknya bersikap tenang dan sabar. Setiap persoalan dapat dibicarakan dan siapa yang bersalah wajib dihukum. Akan tetapi pinto sendiri sangat ingin tahu mengapa justeru Ceng-taihiap yang dituduh sebagai Siluman Guha Tengkorak, padahal dia yang telah membasmi gerombolan ini?"

"Toyu harap jangan mudah tertipu oleh kelicikannya!" Bu Beng Tojin berseru marah.

"Sejak dahulu siapa yang tidak mendengar nama Pendekar Sadis yang amat kejam? Dan sekarang, pinto sendiri yang menangkap basah, ketika dia berpakaian dan bortopeng sebagai Siluman Guha Tengkorak. Agaknya dengan licik dia telah bersandiwara, menipu toyu dan kawan-kawan dari Bu-tong-pai, berpura-pura memusuhi Siluman Guha Tengkorak. Lebih baik toyu bantu kami untuk menangkapnya!" Berkata demikian, Bu Beng Tojin sudah hendak menyerang lagi.

Suasana menjadi tegang karena para murid Hong-kiam-pang kembali terpengaruh oleh ucapan susiok mereka, bahkan Im Yang Tosu juga memandang kepada Liang Hi Tojin dengan mata bersinar marah.

"Betapapun juga, kami dari Hong-kiam-pang semua menyaksikan bahwa memang benar Pendekar Sadis pernah kami tangkap sebagai Siluman Guha Tengkorak dan dibebaskan oleh seorang anggauta gerombolan penjahat ini!" katanya.

Pada saat itu, tiba-tiba pintu sebelah dalam terbuka dan muncullah Kim Hong yang membawa dua buah peti hitam diikuti oleh empat puluh orang gadis-sadis muda cantik yang masih kelihatan berduka itu. Gadis ini cepat meloncat ke depan ketika melihat Thian Sin dikurung oleh orang-orang Hong-kiam-pang dan ia sempat mendengar ucapan Im Yang Tosu tadi.

"Tahan...!" serunya dengan nyaring sehingga semua orang menengok dan memandang kepadanya. "Memang akulah orangnya yang telah menolongnya dari tangan orang-orang Hongkiam-pang yang haus darah dan yang ceroboh sekali dalam tindakan mereka! Memang kami telah menyamar sebagai anggauta gerombolan Siluman Guha Tengkorak, akan tetapi hal itu kami lakukan untuk dapat membasmi gerombolan ini seperti yang telah kami lakukan hari ini!"

"Bohong!" Tiba-tiba Bu Beng Tojin berseru marah. "Gadis ini adalah teman baik Pendekar Sadis, tentu saja hendak membelanya! Kalau toh mereka berdua menentang gerombolan ini, agaknya untuk merampas harta kekayaannya. Buktinya, benda apakah yang dibawa oleh nona ini?" Bu Beng Tojin menunjuk dengan pedangnya ke arah dua peti hitam yang dibawa oleh Kim Hong itu.

Gadis itu tersenyum.
"Totiang, agaknya engkau terlalu curiga dan memandang bahwa orang-orang lain kecuali para pendeta adalah orang-orang yang jahat. Tanyakan saja kepada gadis-gadis ini, siapa yang membebaskan mereka dari cengkeraman Siluman Guha Tengkorak kalau bukan kami? Dan tentang dua peti ini, memang isinya adalah harta benda yang amat banyak!"

Berkata demikian, Kim Hong sengaja membuka dua peti hitam itu dan semua orang terbelalak memandang kepada dua peti yang isinya penuh dengan benda-benda yang berkilauan, emas perak dan batu-batu permata yang sukar dinilai harganya.

Melihat ini, Liang Hi Tojin mengerutkan alisnya dan memandang kepada Pendekar Sadis.

"Taihiap, pinto sendiri tidak mengerti apa artinya peti berisi harta itu?"

Sebelum Thian Sin menjawab dan memang pendekar ini masih bingung dan belum siap menjawab pertanyaan ini, Kim Hong telah berkata nyaring.

"Totiang, harta kami ada puluhan kali lebih banyak daripada isi kedua peti ini. Apa artinya harta ini bagi kami berdua? Kami sengaja merampasnya dari tangan Siluman Guha Tengkorak dan pembantunya yang agaknya hendak melarikan dua buah peti harta ini keluar sarang. Dan kami sudah mengambil keputusan mengenai harta ini. Gadis-gadis ini telah banyak menderita, mereka diculik dan dibujuk oleh gerombolan jahat. Kini, mereka akan kami pulangkan ke keluarga masing-masing dan harta ini akan kami bagi-bagi untuk mereka, juga untuk keluarga Tujun Pendekar Tai-goan yang telah tewas. Bagaimana pendapatmu, Liang Hi Tojin?"






"Siancai... sungguh merupakan pikiran yang baik sekali!" Liang Hi Tojin memuji. "Ceng-taihiap, harap maafkan keraguan pinto tadi."

Tokoh Bu-tong-pai ini menjura kepada Thian Sin yang hanya tersenyum dan memandang ke arah kekasihnya dengan kagum dan terima kasih.

"Dan bagaimana dengan pendapat para pimpinan Hong-kiam-pang?" Kini Thian Sin bertanya kepada Im Yang Tosu dan Bu Beng Tojin.

"Kalau memang benar seperti apa yang pinto dengar tadi, memang tepat sekali kalau harta itu dibagi-bagi kepada bekas para korban," jawab Im Yang Tosu.

"Dan bagaimana pendapatmu, Bu Beng totiang?" Thian Sin bertanya kepada Bu Beng Tojin yang masih kelihatan marah dan penasaran itu.

Pendeta ini mengerutkan alisnya.
"Kami adalah orang-orang yang mengutamakan kebenaran dan selalu akan menentang kejahatan. Kalau memang benar Pendekar Sadis bukan Siluman Guha Tengkorak, tentu saja kamipun setuju. Akan tetapi kami masih tidak mengerti bagaimana Pendekar Sadis sebagai orang yang menentang Siluman Guha Tengkorak, memakai pakaian anggauta gerombolan itu dan menyerang kami, bahkan tadi telah melukai suheng!" Sepasang mata pendeta ini memandang dengan penuh tantangan dan rasa penasaran.

Thian Sin tersenyum.
"Tidak aneh, totiang. Ketika itu, aku telah tertawan dan terbius oleh Siluman Guha Tengkorak dan agaknya aku sengaja diberi pakaian dan topeng anggauta gerombolan mereka, kemudian sengaja aku diserahkan kepada Hong-kiam-pang yang mendendam kepada Siluman Guha Tengkorak atas kematian tujuh orang muridnya."

"Tapi kenapa engkau menyerang pinto?" Bu Beng Tojin bertanya, mendesak penasaran. "Dan pinto sendiri yang menawanmu, disaksikan oleh semua anak murid Hong-kiam-pang!"

"Huh, kalau dia dalam keadaan sadar mana mungkin engkau dapat menawannya?" Tiba-tiba Kim Hong berkata dengan suara galak dan dingin.

Akan tetapi Thian Sin mengangkat tangan memberi isyarat agar kekasihnya itu menahan kemarahannya.

"Bu Beng totiang, sudah kukatakan bahwa aku dalam keadaan tidak sadar dan terbius. Kalau aku kelihatan menyerangmu, hal itu tentu hanya akal dari Siluman Guha Tengkorak saja untuk mengelabui mata orang-orang Hong-kiam-pang. Ingat, siluman itu adalah seorang yang mahir menggunakan ilmu sihir! Dan tentang orang yang melukai Im Yang totiang, aku sama sekali tidak melakukannya karena aku dan Kim Hong sibuk menyerbu ke dalam sarang gerombolan ini. Agaknya tentu siluman itu pula yang melakukannya, mungkin ketika hendak melarikan diri, ketahuan oleh Im Yang totiang dan menyerangnya."

Im Yang Tosu mengangguk-angguk.
"Sute, agaknya keterangan dari Ceng-taihiap itu benar semua. Sayang bahwa siluman itu tidak dapat berhadapan dengan pinto sendiri."

Dia menoleh ke kanan kiri melihat semua orang bertopeng tengkorak itu malang melintang.

"Apakah taihian telah berhasil merobohkan siluman itu yang menjadi kepala gerombolan?"

"Sayang, dia berhasil meloloskan diri, totiang. Akan tetapi aku bertekad untuk mencarinya terus dan baru berhenti kalau sudah dapat membekuknya."

Kim Hong dan Thian Sin, dengan disaksikan oleh Liang Hi Tojin, Im Yang Tosu dan Bu Beng Tojin, membagi-bagi harta benda itu kepada para gadis bekas korban gerombolan.

Juga bagian untuk Cia Liong dan Cia Ling, diserahkan kepada Im Yang Tosu untuk mengurus dan menyerahkannya. Juga para gadis itu lalu diantar oleh para anggauta Hong-kiam-pang untuk dikembalikan ke tempat tinggal masing-masing. Sebelum mereka meninggalkan tempat itu, mereka semua berlutut dan menangis, menghaturkan terima kasih kepada Thian Sin dan Kim Hong.

"Im Yang totiang," kata Thian Sin. "Mengingat bahwa mendiang saudara Cia Kong Heng adalah seorang murid Kun-lun-pai sebelum menjadi anggauta Hong-kiam-pang, maka aku harap totiang sudi menaruh kasihan kepada putera dan puterinya dan dapat menyuruh orang mengantar mereka ke Kun-lun-pai agar menjadi murid disana. Harta bagian mereka dapat dipergunakan untuk perawatan mereka dan untuk bekal mereka setelah dewasa karena mereka sudah kehilangan ayah bunda."

Im Yang Tosu mengangguk-angguk dan mereka semua lalu meninggalkan tempat itu. Thian Sin lalu membakar sarang itu dan menghancurkan semua benda, termasuk tempat pemujaan yang juga menjadi tempat maksiat atau pesta-pesta cabul itu.

**** 28 ****
Siluman Gua Tengkorak







Tidak ada komentar: