*

*

Ads

Selasa, 09 Januari 2018

Siluman Gua Tengkorak Jilid 26

Tadi dia merasa sukar menangkap gerakan orang yang menyambitkan hui-to (pisau terbang) karena pandang matanya terpengaruh oleh semua gerakan bayangannya sendiri sehingga kalau ada bayangan orang lain, tentu gerakan orang itu dapat menyelinap dan tersembunyi oleh gerakan semua bayangannya sendiri itu.

Thian Sin menjadi penasaran dan marah. Peti hitam itu ditaruhnya ke depan, menghantam ke arah pintu bercermin di depannya sambil mengerahkan tenaga.

"Brakkk...!"

Cermin itu hancur berkeping-keping dan di balik cermin terdapat dinding bata yang kuat. Akan tetapi pada saat dia memukul tadi, dia melihat sinar berkelebatan dari arah kanannya dan cepat dia menggulingkan tubuhnya.

Kembali tujuh batang hui-to lewat dan karena dia tahu bahwa yang menyerangnya secara menggelap itu dari kanan datangnya, diapun lalu menubruk ke kanan ke arah cermin.

"Brakkk...!"

Cermin-cermin inipun hancur akan tetapi di belakangnya tidak terdapat siapapun, kecuali dinding batu. Kini Thian Sin mengerti. Kalau dia diam saja dan semua bayangannya ikut diam, lawan tidak bergerak, akan tetapi kalau tubuhnya bergerak dan semua bayangannya tentu saja juga bergerak, kesempatan ini dipergunakan oleh lawannya untuk turun tangan karena gerakannya tentu akan kabur dengan gerakan semua bayangan itu. Kini dia pura-pura bergerak lagi dan diam-diam dia memperhatikan sekelilingnya.

Benar saja, kini dia melihat bayangan lain, bukan bayangannya sendiri dari arah kirinya. Begitu melihat bayangan yang lain dari pada bayangannya sendiri, Thian Sin memekik dan tubuhnya mencelat ke kiri, kedua kakinya menendang dengan dahsyatnya ke arah cermin dimana tadi dia melihat gerakan yang bukan bayangannya.

"Bresss...!" Terdengar suara orang mengaduh dan daun pintu di balik cermin itu pecah berantakan.

Thian Sin melihat berkelebatnya orang yang meloncat ke depan dan melarikan diri. Cepat dia menyambar peti hitam dan melakukan pengejaran, akan tetapi Sian-su, orang itu yang biarpun terkena tendangannya akan tetapi ternyata masih terlalu kuat untuk roboh itu, telah lenyap lagi melalui jalan rahasia yang tidak diketahuinya.

Karena merasa tidak sanggup mengejar lawan yang menggunakan jalan rahasia itu, dan mengkhawatirkan keadaan orang-orang Bu-tong-pai yang menghadapi keroyokan banyak orang Thian Sin dengan hati kecewa lalu berjalan kembali ke tempat semula.

"Thian Sin...!"

Ternyata Kim Hong yang memanggilnya itu dan gadis inipun membawa sebuah peti hitam yang serupa benar dengan peti yang dibawanya.

"Apa yang kau bawa itu?" Thian Sin bertanya.

"Kurampas dari Siok Cin Cu, tosu keparat pembantu ketua siluman. Dia telah kubunuh dan peti ini terisi harta yang agaknya hendak dilarikannya. Dan peti di tanganmu itu?"

"Kurampas dari Sian-su, sayang dia dapat melarikan diri melalui jalan rahasia yang tidak kukenal. Entah apa isinya..." Thian Sin menurunkan peti itu dan membuka tutupnya.

Mereka memandang silau.
"Hemm, isinya sama dengan isi peti ini," kata Kim Hong.

"Agaknya siluman itu bersama pembantunya sudah bersiap-siap hendak melarikan diri membawa harta benda hasil kejahatan mereka, seorang membawa sebuah peti penuh perhiasan."

"Sudahlah, mari kita bantu orang-orang Bu-tong-pai menghadapi para anak buah siluman..."

"Kau bantulah mereka. Aku sendiri akan membebaskan para gadis yang tertawan sebelum terjadi sesuatu yang buruk terhadap mereka."






"Baik, dan sebaiknya engkau bawa dua peti ini bersamamu. Engkau tentu masih ingat bagaimana untuk membebaskan orang dari pengaruh sihir dan bius?"

Gadis itu mengangguk.
"Menotok dua belas Keng-siang-meh dan mengurut tujuh Ki-keng-meh, lalu mengguyur mereka dengan air dingin."

Thian Sin mengangguk dan mengelus dagu kekasihnya.
"Bagus, engkau memang hebat. Nah, aku pergi."

Diapun lalu lari meninggalkan tempat itu untuk keluar membantu lima orang tokoh Butong-pai yang dikeroyok oleh banyak anak buah Silumah Guha Tengkorak dan para tamunya itu.

Kim Hong juga meninggalkan tempat itu, membawa dua buah peti hitam yang diikatnya menjadi satu menggunakan tirai sutera yang terdapat di ruangan itu dan pergilah ia ke ruangan dalam untuk mencari gadis-gadis yang ia duga tentu dikumpulkan di suatu tempat.

Dugaannya memang tepat. Ia menemukan hampir empat puluh orang wanita yang rata-rata masih muda dan cantik-cantik, dengan wajah yang pucat dan pandang mata kosong, duduk berkumpul di sebuah ruangan besar. Ada empat orang bertopeng menjaga di depan ruangan, membawa golok dan memandang beringas ketika ia datang membawa dua buah peti hitam itu.

Empat orang penjaga ini segera mengenalnya sebagai gadis tawanan yang memberontak dan melarikan diri, maka tanpa banyak cakap lagi mereka sudah menerjang maju.

Melihat berkelebatnya empat batang golok itu, Kim Hong menggerakkan tangan yang memegang sutera pengikat dua peti hitam. Sinar hitam yang lebar melayang, menyambut empat batang golok itu dan gerakan ini diikuti oleh kedua kaki Kim Hong yang menendang empat kali beruntun.

Akibatnya, empat batang golok yang bertemu dengan peti-peti hitam itu terlempar, disusul tubuh empat orang itu yang terlempar pula, membentur dinding dan terbanting roboh, tak dapat bangun kembali karena ketika menendang tadi, Kim Hong mengerahkan tenaga pada kedua kakinya dan sekali tendang saja remuklah isi perut empat orang itu.

Kim Hong mendorong daun pintu ruangan itu terbuka dan puluhan orang gadis itu memandang kepadanya dengan sinar mata ketakutan. Beberapa orang diantara mereka bahkan maju dengan sikap menantang.

"Siapa kamu? Tidak boleh ada yang masuk kesini kecuali ada ijin dari Sian-su!" kata seorang diantara mereka.

Kim Hong mengangkat muka memandang dan ia tahu bahwa gadis yang usianya baru tujuh belas tahun lebih ini dan yang berwajah amat cantik adalah kekasih Sian-su atau setidaknya merupakan gadis yang paling disuka oleh ketua siluman itu.

Akan tetapi, di balik sikapnya yang genit dan binal, juga pandang mata gadis itu kosong dan sayu tanda bahwa gadis ini penuh oleh hawa jahat atau sihir yang mempengaruhi dan wajahnya yang pucat itupun menandakan bahwa ia telah banyak terkena obat bius. Semua gerakannya itu tidak wajar dan gadis inipun telah kehilangan kepribadiannya.

"Siapakah engkau?" Kim Hong bertanya dengan suara mengandung wibawa.

Akan tetapi gadis itu tidak nampak takut, bahkan melangkah maju dan mengangkat dagunya dengan sikap tinggi hati.

"Aku bernama Thio Siang Ci dan aku adalah murid terkasih dari Sian-su. Pergilah sebelum aku memanggil pengawal dan menangkapmu!"

Kim Hong tersenyum dan menurunkan dua buah peti yang dibawanya, lalu tiba-tiba saja tubuhnya bergerak ke depan. Akan tetapi ia kecelik kalau menyangka bahwa gadis itu sebagai murid dan kekasih Sian-su tentu lihai ilmu silatnya. Ternyata gadis itu sama sekali tidak pandai ilmu silat, dan sama sekali tidak dapat menangkis atau mengelak ketika ia menotoknya menjadi lumpuh seketika.

Terdengar jeritan-jeritan kaget dan marah dari para wanita itu. Akan tetapi Kim Hong tidak perduli dan cepat digerakkan jari-jari tangannya menotok jalan darah di tempat-tempat tertentu pada tubuh Thio Siang Ci itu dan mengurut jalan darah Ki-keng-meh.

Gadis itu nampak tertidur pulas dan Kim Hong lalu meloncat dan mengambil sepanci air yang berada di sudut ruangan, lalu menyiramkan air itu pada kepala Thio Siang Ci.

Gadis itu adalah pengantin yang telah diculik oleh Silumah Guha Tengkorak, yaitu puteri dari Thio Ki, kembang dusun Ban-ceng. Pada malam ia menjadi pengantin bersama The Si Kun, muncul siluman itu membunuh suaminya dan menculiknya. Siluman itu, atau Sian-su, tertarik oleh kecantikannya dan semenjak malam itu, dibawah pengaruh sihir dan bius, Thio Siang Ci menjadi kekasihnya.

Begitu kepala dan mukanya terguyur air dingin, Thio Siang Ci gelagapan, terbangun dan seperti baru sadar dari mimpi buruk, ia bangkit dan memandang ke sekelilingnya. Matanya yang sudah tidak kosong lagi pandangannya itu terbelalak, mukanya pucat ketakutan melihat ke arah banyak gadis yang kini sudah serentak bangkit dengan marah itu.

"Dimana aku...? Apa... apa yang terjadi...?"

Dan agaknya ia teringat, karena tiba-tiba saja ia mendekap mukanya dengan kedua tangan dan menangis mengguguk, memanggil-manggil ayahnya.

Sementara itu, gadis-gadis yang hampir empat puluh orang banyaknya itu sudah bangkit berdiri dan sebagian dari mereka yang berwatak pemberani, terdorong oleh kesetiaan mereka yang tidak wajar terhadap Sian-su, sudah maju hendak menyerang Kim Hong dengan cakaran dan gebukan.

Kim Hong maklum bahwa mereka itu adalah wanita-wanita tak berdosa yang kehilangan kepribadiannya, maka iapun cepat bergerak berkelebatan diantara mereka dan robohlah mereka itu satu demi satu karena telah tertotok oleh pendekar wanita sakti ini. Yang lain-lain, yang ketakutan, kini berlutut dan tidak berani melawan.

Kim Hong lalu bekerja dengan sibuk dan cepat, menotoki wanita-wanita itu dan mengurut jalan darah mereka. Kemudian ia mengguyur kepala mereka dengan air yang diambilnya dari kamar mandi sehingga ruangan itu menjadi becek dan basah.

Akan tetapi kini keadaan dan suasana menjadi berobah sama sekali. Wanita-wanita yang sudah sadar akan dirinya itu lalu menangis sehingga suasana menjadi riuh rendah dengan tangis mereka seolah-olah di tempat itu terdapat perkabungan.

Kim Hong adalah seorang pendekar wanita yang memiliki kekerasan hati seperti pria dan tidak lagi mengenal kecengengan. Melihat wanita-wanita menangis dengan cengeng ini, hatinya terasa mengkal dan iapun sudah bangkit berdiri dan berkata dengan suara nyaring,

"Kalian semua diamlah jangan menangis! Apa lagi yang perlu ditangisi? Kalian telah terseret ke tempat neraka ini, baik melalui bujukan beracun maupun diculik, dan kalian hidup dalam cengkeraman pengaruh ilmu sihir dan obat bius. Akan tetapi, hari ini aku Toan Kim Hong dan sahabatku Ceng Thian Sin datang untuk membasmi gerombolan siluman ini dan membebaskan kalian. Berkemaslah dan bawa barang-barang kalian masing-masing, kita akan keluar dari neraka ini dan kalian akan kembali ke keluarga kalian masing-masing!"

Mendengar ini, bermacam-macam sambutan para wanita itu. Ada yang menangis mengguguk ada yang tersenyum-senyum gembira, ada pula yang ketakutan karena meragukan apakah keluarga mereka akan sudi menerima mereka kembali. Sebagian besar adalah mereka yang menangis ketakukan dengan penuh keraguan dan kegelisahan ini. Kim Hong agaknya maklum pula akan hal ini, maka iapun lalu berkata lagi.

"Jangan khawatir, kami akan menjelaskan kepada keluarga kalian! Dan andaikata keluarga kalian begitu kejam untuk tidak menerima kembali kalian, kalianpun akan dapat hidup sendiri karena kami akan membagi-bagi semua harta peninggalan Siluman Guha Tengkorak ini diantara kalian sehingga kehidupan kalian akan terjamin!"

Ucapan ini tentu saja merupakan hiburan dan dengan dipimpin oleh Thio Siang Ci, mereka semua menjatuhkan diri berlutut di depan kaki Kim Hong sambil menghaturkan terima kasih sehingga bersimpang-siurlah ucapan terima kasih mereka.

"Sudah... sudahlah, aku tidak mempunyai waktu untuk segala macam upacara ini!" Kim Hong menggerak-gerakkan tangan dengan sikap hilang sabar. "Di luar masih terjadi pertempuran dan aku harus membantu untuk membasmi para siluman itu. Marilah, cepat, kita harus keluar dari sini!"

Para wanita itu kini sibuk berkemas dan merekapun berbondong-bondong keluar meninggalkan ruangan itu, mengikuti Kim Hong yang mengajak mereka keluar ke tempat dimana terjadi pertempuran. Bahkan dengan bantuan wanita-wanita ini, Kim Hong dapat menghindari jebakan-jebakan rahasia. Para wanita ini biarpun tadinya hidup dalam keadaan tersihir dan terbius, mereka tidak kehilangan ingatan mereka dan mereka tadinya hanya hidup seperti dalam alam mimpi, kehilangan kepribadian dan mereka itu diberi minuman-minuman yang selain melumpuhkan kemauan sendiri, juga merangsang nafsu-nafsu mereka sehingga mereka hidup seolah-olah menjadi hamba nafsu yang harus melayani kebutuhan Sian-su, para anak buahnya dan para tamu dan semua itu dilakukan dengan rela sebagai bakti mereka terhadap para dewa, terutama Dewa Kematian yang mereka puja.

Siluman Gua Tengkorak







Tidak ada komentar: