*

*

Ads

Senin, 08 Januari 2018

Siluman Gua Tengkorak Jilid 22

"Tak! Tak!"

Dua buah benda hitam menyambar dan mengenai punggung dan leher siluman yang terbelenggu itu. Siluman ini nampak berkelojotan sedikit lalu diam dan dapat dibayangkan betapa kaget rasa hati Bu Beng Tojin dan para murid Hong-kiam-pang ketika melihat bahwa siluman tawanan itu agaknya telah tewas karena mukanya pucat sekali dan napasnyapun terhenti! Bu Beng Tojin marah bukan main.

"Keparat jahanam engkau!"

Dan tosu yang bertubuh tinggi kurus ini sekali bergerak sudah meloncat ke depan, dan langsung menyerang siluman yang bertubuh kecil itu.

Akan tetapi, dapat dibayangkan betapa kagetnya ketika siluman itu berkelebat dan sejenak lenyap dari pandang matanya, lalu tiba-tiba siluman itu yang telah berada di sebelah kirinya mengirim tamparan ke arah lehernya.

"Plakkk!"

Bu Beng Tojin menangkis dan dia lebih kaget lagi. Tubuhnya terdorong mundur oleh tangkisan itu dan kembali siluman itu telah menyerang dengan tendangan kilat yang memaksa tosu itu untuk meloncat mundur.

Kini para murid Hong-kiam-pang sudah berloncatan datang, dan mereka serentak menggunakan pedang untuk menyerang. Tadinya mereka memang bingung dan termangu-mangu melihat munculnya seorang siluman lain lagi itu, akan tetapi kini mereka sadar bahwa yang disebut Siluman Guha Tengkorak tentu merupakan gerombolan yang mempunyai banyak anggauta dan semuanya mengenakan pakaian dan topeng seperti itu.

Maka merekapun sudah menerjang dengan marah. Akan tetapi, siluman itu memang lincah bukan main dan memiliki gin-kang yang luar biasa. Tubuhnya berkelebat ke sana-sini seolah-olah dapat menyelinap diantara sambaran pedang-pedang itu. Ia sama sekali tidak gugup biarpun dikeroyok banyak orang, bahkan ketika Bu Beng Tojin sendiri juga sudah terjun dan menyerangnya.

"Siancai... ternyata siluman ini berani mengacau di tempat pinto!"

Terdengar bentakan halus dan disusul suara mencicit seperti tikus terjepit, ada sinar menyambar amat dahsyatnya.

"Eh...!"

Siluman itu mengeluarkan seruan kaget, akan tetapi biarpun pedang yang digerakkan oleh Im Yang Tosu itu amat hebat, ia masih sempat melempar tubuhnya ke belakang dan dengan cara membuat poksai (salto) sampai lima kali, ia barhasil menghindarkan diri dari serangan sinar pedang yang bertubi-tubi itu. Akan tetapi, kakek tua itu sungguh lihai bukan main permainan pedangnya karena sinar pedang itu bergulung-gulung dan dapat mengirim serangan secara terus-menerus dan sambung-menyambung.

Diam-diam ketua Hong-kiam-pang itupun terkejut setengah mati. Baru sekarang ini permainan pedangnya gagal selalu biarpun dia sudah mengeluarkan jurus-jurus pilihan. Siluman itu gesit bukan main dan gerakannya lebih cepat daripada sambaran sinar pedangnya!

Sementara itu, Bu Beng Tojin sudah meloncat mendekati siluman yang terbelenggu dan sekali renggut dia telah melepaskan topeng tengkorak yang dipakai oleh siluman itu. Nampaklah wajah yang tampan dari Ceng Thian Sin!

"Pendekar Sadis...!" teriak Bu Beng Tojin dengah suara terkejut dan heran. "Dia adalah Ceng Thian Sin, Pendekar Sadis...!"

Berkata demikian, dia meloncat ke belakang. Semua orang terkejut. Para anak buah Hong-kiam-pang sudah mendengar tentang Pendekar Sadis dan tentu saja mereka terkejut sekali mendengar bahwa orang yang menyamar sebagai Siluman Guha Tengkorak itu adalah Pendekar Sadis!

Bahkan Im Yang Tosu sendiri terkejut bukan main mendengar seruan pembantunya itu sehingga serangannya terhadap siluman kedua yang tadinya gencar menjadi berkurang. Kesempatan ini digunakan oleh siluman ke dua itu untuk meloncat ke samping, menjauh dan terdengar seruannya nyaring.

"Thian Sin, mari pergi!"

Para anak buah Hong-kiam-pang yang ingin sekali menyaksikan sendiri wajah siluman yang oleh Bu Beng Tojin dikatakan sebagai Pendekar Sadis itu, mendekati dan merubung Thian Sin yang sudah mulai menggerakkan kedua matanya.






Sambitan dua buah kerikil hitam yang mengenai jalan darahnya tadi sudah membebaskannya dari totokan, akan tetapi karena pengaruh obat bius masih membuatnya nanar, maka baru sekarang dia mulai sadar benar-benar.

Begitu mendengar suara yang amat dikenalnya itu, yang mengajaknya pergi, dia merasa seolah-olah kepalanya disiram air dingin dan seketika dia menjadi sadar sepenuhnya. Dalam sedetik saja tahulah dia bahwa dia dalam bahaya, bahwa kedua kaki tangannya terbelenggu. Cepat dia mengerahkan tenaga Thian-te Sin-ciang ke dalam kedua kaki tangan dan sekali dia mengerahkan tenaga itu dan menggerakkan kaki tangan, terdengar suara keras dan semua belenggu itupun patah-patah!

Para anak buah Hong-kiam-pang terkejut dan merekapun tadi ragu-ragu apa yang harus mereka lakukan setelah melihat kenyataan bahwa yang menjadi Siluman Guha Tengkorak adalah Pendekar Sadis!

"Siancai...! Pendekar Sadis menjadi Siluman Guha Tengkorak dan membunuhi murid Hong-kiampang? Pinto harus membuat perhitungan!"

Im Yang Tosu berseru marah dan kakek ini sudah menerjang lagi ke arah siluman ke dua dengan dahsyat, dibantu oleh murid-muridnya, sedangkan Bu Beng Tojin juga sudah mencabut pedangnya dan menyerang Thian Sin.

"Totiang, telah terjadi kesalah-pahaman besar..."

Thian Sin yang sudah meloncat bangun dan cepat mengelak ketika pedang di tangan Bu Beng Tojin menyambar, mencoba untuk membantah dan menjelaskan.

"Siluman busuk, tutup mulut!" bentak Bu Beng Tojin yang juga sudah marah dan dia mempercepat permainan pedangnya, dibantu pula oleh para murid Hong-kiam-pang.

"Thian Sin, tidak perlu berbantahan. Lari...!"

Siluman ke dua itu kembali berteriak dan dengan gerakan kilat dia sudah merobohkan seorang pengeroyok dengan tendangannya, kemudian dia meloncat dan pergi meninggalkan tempat itu, diikuti oleh Thian Sin.

"Kejar! Tangkap...!"

Bu Beng Tojin berteriak dan semua orang Hong-kiam-pang yang merasa marah dan penasaran itu melakukan pengejaran. Namun, mereka tidak mampu menyusul Thian Sin dan temannya yang sudah mengerahkan gin-kang mereka dan melarikan diri secepatnya. Setelah para pengejar tidak nampak lagi, barulah mereka berdua berhenti dan siluman tengkorak yang bertubuh ramping itu membuka topengya.

"Kim Hong...!"

"Thian Sin...!"

Mereka berdua saling rangkul dan saling cium dengan hati penuh kerinduan dan juga kegembiraan melihat bahwa keduanya akhirnya dapat bertemu dalam keadaan selamat.

Setelah puas melampiaskan rasa rindu dan gembira hati masing-masing, Thian Sin menggandeng tangan Kim Hong dan mengajaknya duduk di atas batu besar.

"Nah, sekarang ceritakan bagaimana engkau tiba-tiba dapat muncul disini dan menyamar sebagai Siluman Guha Tengkorak pula," kata Thian Sin sambil mengelus punggung tangan kekasihnya.

Kim Hong lalu menceritakan semua pengalamannya semenjak ia pergi mencari jejak dan menyusul Thian Sin ke daerah Guha Tengkorak sampai ia terjebak dan tertawan karena terpengaruh oleh kekuatan sihir dari Sian-su atau ketua dari perkumpulan Jit-sian-kauw atau Siluman Guha Tengkorak.

Seperti kita ketahui, dara ini berada dalam keadaan tidak sadar ketika ia tersihir dan hendak dijadikan auggauta baru dalam upacara pengangkatan angauta baru, bahkan ia terpilih sebagai calon jodoh dari Sian-su sendiri!

Ketika ia bertemu dengan Thian Sin di dalam sarang Siluman Guha Tengkorak, ia sama sekali tidak dapat mengenal Thian Sin karena ia berada di dalam keadaan tersihir, bahkan ketika Thian Sin mengamuk, iapun tidak tahu dan hanya memandang dengan bingung saja.

Akan tetapi, ketika ia hendak dibawa pergi, diam-diam Thian Sin mengerahkan segala kekuatan batinnya, menggunakan kepandaian sihirnya untuk membebaskan dara itu dari pengaruh sihir dan biarpun perlahan-lahan, ketika ia dibawa pergi, Kim Hong mulai sadar!

"Aku tidak tahu apa yang terjadi dan ketika aku sadar, aku telah berada di dalam sebuah kamar yang indah, dilayani oleh tiga orang gadis cantik sebagai dayang. Ketika aku teringat bahwa aku telah terjebak dan tertawan, aku bangkit dan melihat bahwa di luar kamar itu terdapat beberapa orang pria yang memakai pakaian dan topeng Siluman Guha Tengkorak. Aku hendak mengamuk, akan tetapi pada saat itu pintu kamar terbuka dan di luar kamar nampak laki-laki tinggi yang agaknya menjadi kepala gerombolan itu..."

"Itulah ketua Jit-sian-kauw atau yang disebut dengan sebutan Sian-su!" kata Thian Sin.

"Iblis itu menunjuk kepadamu yang kulihat pingsan, sambil menodongkan pedangnya di lehermu. Dia mengancam bahwa kalau aku memberontak, dia lebih dulu membunuhmu, dan diapun katanya sudah mengancammu kalau engkau memberontak, dia akan lebih dulu membunuhku. Karena engkau tidak berdaya dan dia berjanji bahwa dia tidak akan membunuh kita berdua, aku bersabar diri dan engkaupun dibawa pergi. Aku menjaga kesehatanku dengan makan setelah yakin bahwa makanan itu tidak dicampuri obat bius. Aku mulai percaya bahwa agaknya Sian-su itu tidak berniat buruk dan benar-benar hendak bersahabat dengan kita."

"Hemm, dia menipumu. Dia menghendaki engkau menjadi isteri dan pembantunya." Kata Thian Sin gemas.

"Akupun mendengar akan hal itu malam tadi. Seorang wanita berlari-lari masuk ke kamarku sambil menangis. Beberapa orang penjaga bertopeng tengkorak yang berada di luar kamar hendak menangkapnya, akan tetapi aku meloncat dan menghardiknya. Agaknya mereka itu takut dan membiarkan wanita itu berlutut di depan kakiku."

Cerita Kim Hong makin menarik hati Thian Sin yang tidak dapat menahan keinginan tahunya lalu bertanya,

"Apakah ia itu isteri mendiang Cia Kok Heng?"

Kim Hong mengangguk membenarkan lalu gadis ini melanjutkan ceritanya. Wanita cantik yang usianya dua puluh tujuh tahun itu mula-mula menangis mengguguk sambil merangkul kedua kaki Kim Hong. Kim Hong mula-mula merasa heran dan menyangka bahwa ini tentu akal bulus dari perkumpulan gerombolan iblis itu untuk menjebak atau menipunya.

"Enci, siapakah engkau dan kenapa engkau menangis?" akhirnya Kim Hong bertanya, memegang kedua pundak wanita itu dan menariknya bangkit duduk.

Disengaja olehnya menekan pundak itu dan ia mendapat kenyataan bahwa wanita itu tidak pandai ilmu silat, dan hal ini membuat hatinya lega karena setidaknya ia yakin bahwa wanita ini tidak akan mampu menyerangnya secara menggelap.

Wanita itu menyusut air matanya dan menahan isak tangisnya.
"Lihiap... aku adalah seorang wanita yang paling sengsara di dunia ini..." Kembali ia menangis.

Kim Hong mengerutkan alisnya.
"Enci, bagaimana engkau tiba-tiba saja menyebutku lihiap? Bagaimana engkau tahu bahwa aku adalah seorang ahli silat, seorang pendekar wanita?"

Wanita itu memandang keluar, ke arah orang-orang bertopeng tengkorak itu dan ia berbisik.

"Mereka itu bercerita tentang Pendekar Sadis yang tertawan, juga tentang dirimu yang katanya merupakan sahabat pendekar itu dan lihai sekali, maka aku sengaja nekat lari kesini... aku ingin memberitahukan hal penting sekali..."

"Nanti dulu, enci. Siapakah engkau dan bagaimana engkau bisa sampai ke tempat seperti ini?"

"Aku adalah satu diantara wanita-wanita yang berada di sini, seperti mereka ini."

Ia menunjuk ke arah gadis-gadis cantik yang menjadi dayang dan yang memandang heran dan tidak mengerti.

"Namaku Lu Sui Hwa dan seperti juga mereka, aku adalah wanita yang diculik. Ada yang datang ke sini karena bujukan, karena dibeli, karena diculik dan aku telah diculik. Mereka semua ini terbius dan tersihir, tidak tahu lagi apa yang mereka lakukan. Akan tetapi aku tidak dibius lagi, tidak disihir lagi setelah aku dibebaskan dari pengaruh sihir oleh Pendekar Sadis, tapi... tapi akupun terpaksa mentaati kehendak mereka, melayani mereka... diperkosa, dipermainkan... ahh..." Wanita itu mendekap mukanya dan air mata mengalir dari celah-celah jari tangannya.

Siluman Gua Tengkorak







Tidak ada komentar: