*

*

Ads

Rabu, 03 Januari 2018

Siluman Gua Tengkorak Jilid 01


Pesta pernikahan yang dirayakan orang di dusun biasanya jauh lebih meriah dari pada pesta pernikahan yang dirayakan orang di kota itu. Meriah disini bukan berarti mewahnya perayaan itu, melainkan kemeriahan yang terasa benar di dalam hati mereka yang hadir, tercermin dari wajah mereka yang berseri-seri.

Pesta pernikahan dikota besar hanya merupakan pesta makan minum yang mewah dan berlebihan, kegembiraan yang timbul karena pengaruh arak yang terlalu banyak memenuhi perut sehingga arak itu menguap memenuhi benak membuat orang menjadi lupa diri.

Pesta di kota hanya merupakan perlombaan memamerkan kekayaan. Akan tetapi di dusun lebih terasa keakraban dan kegotong royongan, sehinga para tamu itu seolah-olah merasa sebagai keluarga dan sebagai orang yang ikut ambil bagian dalam perayaan itu, bahkan seperti keluarga yang merayakan, bukan sekedar tamu yang datang untuk makan minum.

Pesta pernikahan antara Thio Siang Ci dan The Si Kun di dusun Ban-ceng itu sungguh amat meriah. Seluruh penghuni dusun Ban-ceng ikut merayakannya. Hal ini tidak mengherankan karena keluarga yang dikenal sebagai keluarga ramah dan baik, bahkan Thio Siang Ci dikenal sebagai kembangnya para gadis cantik di dusun itu. Bahkan banyak pemuda luar dusun, sampai di kota Tai-goan, mengenal dan mendengar akan kecantikan Siang Ci.

Akan tetapi yang beruntung dan berhasil memetik kembang cantik ini adalah The Si Kun, putera seorang saudagar ikan yang cukup kaya di kota Tai-goan. Seperti telah menjadi kebiasaan para penduduk Ban-ceng yang berdasarkan ketahyulan dan perhitungan, pertemuan pengantin juga dilakukan dengan dasar perhitungan dan menurut perhitungan para keluarga yang tua, pertemuan pada hari itu jatuh pada jam enam sore!

Sore itu, rumah keluarga Thio sudah penuh dengan tamu dan suasana menjadi makin meriah dan gembira ketika sepasang mempelai dipertemukan dimana diadakan upacara sembahyang di depan meja leluhur. Biarpun wajah pengantin perempuan tidak dapat dilihat jelas karena tertutup oleh rumbai-rumbai atau hiasan kepala yang berjuntaian ke depan muka, namun masih dapat dilihat bentuk tubuhnya yang langsing dan padat, sebagian dari kulit leher dan kulit tangannya yang putih halus.

Pengantin laki-laki juga kelihatan ganteng, wajahnya yang muda dan tampan itu nampak berseri-seri, mulutnya mengulum senyum malu-malu karena banyak sahabatnya yang mengeluarkan suara atau membuat gerakan-gerakan yang menggodanya.

Sepasang mempelai itu memang merupakan pasangan yang cocok dan manis sekali. Thio Siang Ci adalah seorang gadis berusia tujuh belas tahun yang cantik jelita, bagaikan bunga sedang mekar. Adapun The Si Kun adalah seorang pemuda yang usianya dua puluh tahun, tampan dan sehat dan pandai berdagang karena sejak kecil telah membantu ayahnya. Keluarganya adalah pedagang ikan, membeli ikan dari para nelayan di Sungai Fen-ho, mengumpulkan ikan-ikan itu, sebagian menjualnya ke kota Tai-goan dan sebagian pula dibuat menjadi ikan asin.

Setelah sepasang mempelai selesai melakukan upacara sembahyang lalu mohon doa restu dari para anggota keluarga yang lebih tua, kemudian sekali setelah lelah menjalankan semua upacara itu mereka baru diperbolehkan duduk bersanding di tempat yang sudah dipersiapkan, para tamu mulai dengan perjamuan makan. Hari telah mulai gelap dan para pelayan mulai menyalakan lilin dan lampu-lampu yang diatur indah dan nyeni untuk menambah meriahnya suasana pesta pernikahan itu.

Api lilin yang bergerak-gerak tertiup angin semilir sungguh seperti penari-penari yang sedang bergembira menari-nari. Suasana gembira ini menjadi agak bising karena para tamu kini bicara sendiri dan bermacam-macamlah yang mereka bicarakan, dari membicarakan cantik dan tampannya sepasang mempelai sampai ke urusan yang sama sekali tidak ada sangkut-pautnya dengan pesta pernikahan itu.

Tiba-tiba terdengar teriakan kaget dan seorang pelayan yang sedang memasang lilin di bagian luar melepaskan tempat lilin sambil berteriak tadi. Semua orang menengok dan Thio Ki, ayah mempelai wanita cepat berlari keluar.

"Ada apa?" tanyanya kepada pelayannya dengan alis berkerut karena kecerobohan pelayan itu.

Akan tetapi pelayan itu nampak tubuhnya menggigil dan hanya menunjuk ke arah dinding di depannya. Tuan rumah lalu mengambil sebuah tempat lilin dan mengangkat benda itu ke atas sambil mendekati dinding dan tiba-tiba mukanya pun berubah pucat ketika dia melihat sebuah gambar tengkorak merah dan agaknya, benda cair yang dipakai menggambar tengkorak itu adalah darah yang masih basah, tanda bahwa gambaran itu baru saja dibuat orang!






Agaknya, pelayan tadi menyalakan lilin dekat dinding dan melihat lukisan itu, maka dia berseru kaget dan menjatuhkan tempat lilin. Thio Ki sendiripun terkejut.

"Aihh...!"

Para tamu berlari mendekat dan kini banyak orang mengerumuni tempat itu dan semua memandang kepada gambar tengkorak dari darah itu dengan muka pucat. Sudah ada tiga kali peristiwa seperti itu, ialah gambar-gambar tengkorak darah pada rumah-rumah orang, di pintu atau dinding depan dan akibatnya, pada malam harinya ada tiga orang gadis terculik!

Dan sekarang, justru pada saat gadis tuan rumah merayakan hari pernikahannya, terdapat gambar pada dinding rumah itu!

"Siluman Guha Tengkorak...!"

Terdengar bisikan seorang tamu dan semua orang menggigil ketakutan. Nama ini, biarpun baru muncul beberapa kali, telah menjadi semacam momok yang menakutkan di daerah Tai-goan dan sekitarnya.

Pengantin pria, The Si Kun yang juga tertarik dan sudah mendekati dinding itu, mengepal tinjunya. Dia bukan seorang pemuda yang penakut dan lemah. Sejak semula dia sudah menduga bahwa yang membuat gambar-gambar tengkorak dan menculik gadis-gadis itu adalah segerombolan penjahat. Dan dia tidak takut karena para nelayan yang menjadi anak buahnya adalah orang-orang yang sudah biasa menghadapi kekerasan-kekerasan para penjahat dan para bajak sungai.

"Biarkan dia datang! Kami akan melawannya! Bukankah begitu, kawan-kawan?" teriaknya.

Belasan orang nelayan muda yang bertubuh tegap-tegap dan yang menjadi kawan-kawan pengantin pria, segera mengangkat kepalan tangan ke atas dan berteriak,

"Benar, kita akan lawan dia dan akan tangkap jahanam itu!"

Betapapun juga, para tamu sudah merasa ketakutan dan perjamuan itu dilanjutkan dalam suasana tegang. Para tamu lalu berpamit dan seorang demi seorang bangkit dari tempat duduk, lalu berbondong-bondong minta diri dan meninggalkan rumah keluarga Thio.

Suasana menjadi sunyi setelah tempat itu tadinya bising dengan para tamu. Yang masih tinggal disitu hanya dua belas orang nelayan muda yang menjadi sahabat pengantin pria. Mereka ini masih tetap makan minum dengan gembira di tempat pesta yang sudah kosong itu.

Sementara itu, sepasang mempelai telah meninggalkan ruangan dan mendapat kesempatan untuk mengaso dalam kamar mereka karena para tamu sudah tidak bernafsu lagi untuk menggoda sepasang mempelai di malam pertama itu.

Seluruh keluarga Thio yang sudah memasuki kamar masing-masing tak dapat memejamkan mata karena hati mereka semua merasa tegang dan khawatir. Atas permintaan pihak tuan rumah, duabelas orang nelayan muda, teman-teman dari The Si Kun itu kini pindah ke ruangan yang berada di luar kamar pengantin.

Mereka tetap dijamu di tempat itu, tempat yang berdekatan dengan kamar pengantin untuk menjaga kalau-kalau ada penjahat yang datang mengganggu. Setelah melihat dua belas orang laki-laki muda yang bertubuh kekar itu berada di depan kamar pengantin, barulah hati Thio Ki merasa lega dan diapun pergi ke dalam kamamya untuk mengaso.

Namun, di dalam kamar inipun dia dan isterinya rebah dengan hati gelisah dan tidak dapat pulas sama sekali. Malam semakin larut dan amat sunyi. Terdengar suara anjing menggonggong dari kejauhan, suara gonggongan yang menyedihkan yang kemudian berobah menjadi suara menyeramkan.

Lolong anjing berkepanjangan ini biasanya dilakukan anjing-anjing sambil mengangkat muka tinggi-tinggi ke atas memandang bulan dan orang menjadi ketakutan karena katanya saat seperti itu adalah saatnya para iblis gentayangan di permukaan bumi!

Dua belas orang nelayan muda itu sudah tidak lagi makan minum, melainkan duduk di ruangan depan pengantin dengan sikap siap siaga. Pengantin pria juga tidak dapat menikmati malam pengantinnya, bahkan terpaksa dia tadi meninggalkan isterinya untuk ikut berjaga bersama kawan-kawannya.

Baru setelah kawan-kawannya mendesaknya dengan sikap setengah menggoda agar dia tidak membiarkan isterinya kedinginan seorang diri dalam kamar, pengantin pria memasuki kamarnya lagi.

"Aku mengandalkan penjagaan kalian di luar, sedangkan aku sendiri akan berjaga di dalam kamar," katanya.

Sebagian untuk menutupi rasa malunya kepada kawan-kawannya yang tentu sudah menggodanya pada malam pertama itu.

"Hayaaaa... kami mengerti, Si Kun!" kata seorang temannya.

"Sudahlah, nikmati malam pengantinmu, biar kami yang berjaga disini dan menangkap siluman itu kalau benar dia berani muncul."

"Hushh!" cela seorang kawan lain. "Jangan bicara sembarangan dimalam seperti ini. Dan masuklah Si Kun, engkau akan merasa aman dalam pelukan istrimu, ha-ha!"Dua belas orang itu tersenyum.

"Aihh, kalian ini bisa saja menggoda orang. Siapa dapat bersenang dalam keadaan seperti ini?"

The Si Kun lalu membuka pintu kamar dan masuk ke dalam, menutupkan kembali kamarnya.

Isterinya juga tidak tidur, melainkan duduk di tepi pembaringan sambil menundukkan muka karena malu. Muka yang cantik memang, dan kini setelah tidak tertutup kerudung, nampak betapa sepasang pipi itu halus kemerahan. Biarpun tadinya dia merasa tegang dan khawatir, kini melihat kecantikan istrinya, Si Kun tak dapat menahan hatinya dan duduklah dia disamping isterinya, tangannya merangkul dan dengan lembut dia menarik muka itu untuk diciumnya.

Tiba-tiba lilin yang berada di atas meja kamar itu padam. Hal ini diketahui oleh para penjaga di luar kamar, maka merekapun tertawa-tawa karena padamnya lilin dalam kamar itu membuat mereka mengira bahwa sepasang pengantin baru itu tentu merasa malu, memadamkan penerangan agar dapat mencurahkan perasaan hati mereka berdua dengan leluasa.

Akan tetapi, dapat dibayangkan betapa terkejut rasa hati dua belas orang itu ketika tiba-tiba terdengar teriakan The Si Kun disusul suara gedobrakan di dalam kamar dan tak lama kemudian terdengar jeritan pengantin wanita, akan tetapi jeritan itu terdengar jauh dari situ!

Dua belas orang itu segera menghampiri pintu kamar dan mendobraknya karena tidak ada jawaban dari dalam ketika mereka memanggil-manggil. Thio Ki dan isterinya dan seluruh penghuni rumah yang tadinya memang sudah gelisah itu keluar semua dari kamar masing-masing dan berlarian menuju ke kamar pengantin.

Pintu kamar didobrak jebol dan mereka berebut masuk. Dari penerangan lampu yang dibawa oleh mereka yang masuk, nampak pemandangan yang mengerikan. The Si Kun, pengantin pria itu, dengan tubuh bagian atas telanjang, hanya menggunakan celana saja, rebah di lantai dengan leher hampir putus. Darah merah masih mengalir dari lehernya dan membasahi lantai. Pemuda ini sudah tewas, dan pengantin wanitanya tidak nampak bayangannya.

Langit-langit kamar itu terbuka dan berlubang. Maka tahulah semua orang bahwa penjahat telah masuk dari atas genteng dengan membobol langit-langit kamar. Para wanita menjerit-jerit dan riuh rendah suara orang menangis. Siluman Guha Tengkorak benar-benar telah datang, menculik pengantin wanita dan membunuh pengantin pria!

Gegerlah dusun Ban-ceng! Mengapakah penjahat yang selama beberapa minggu ini mengacau di daerah Tai-goan dan sekitarnya dijuluki orang Siluman Guha Tengkorak? Pertama-tama adalah karena gambar itu. Setiap kali hendak melakukan kejahatan, terutama sekali mencuri perhiasan-perhiasan yang serba mahal dan menculik gadis-gadis cantik, penjahat itu pada siang atau sore harinya selalu tentu memberi tanda gambar tengkorak darah pada pintu atau dinding rumah yang akan didatangi!

Inilah yang mula-mula membuat dia dinamakan Tengkorak. Kemudian, pernah dia dikejar-kejar dan penjahat itu dapat berlari cepat seperti iblis, dan larinya menuju daerah pegunungan yang gundul, dimana terdapat penuh batu-batu besar dan guha-guha. Tempat ini dikenal dengan sebutan Guha Tengkorak, karena memang disitu terdapat banyak sekali guha-guha besar dan diantaranya memang ada guha-guha yang bentuknya seperti tengkorak. Karena inilah, maka penjahat yang telah menggegerkan daerah Tai-goan itu dinamakan Siluman Guha Tengkorak.

Siluman Gua Tengkorak







Tidak ada komentar: