*

*

Ads

Sabtu, 30 Desember 2017

Harta Karun Jenghis Khan Jilid 27

Ketika Thian Sin mendengar berita dari In Bwee tentang tertawannya Kim Hong dan Kok Siang oleh Pat-pi Mo-ko yang menggunakan pasukan pemerintah dan agaknya dibantu oleh Jaksa Phang, diam-diam dia merasa tekejut bukan main.

Kalau sampai Pat-pi Mo-ko mampu menjebak dan menawan Kim Hong dan Kok Siang, hal itu berarti bahwa Pat-pi Mo-ko merupakan lawan yang jauh lebih tangguh dan berbahaya dari pada yang dikiranya semula. Apalagi setelah dia tahu bahwa kepala penjahat itu bersekongkol dan dibantu oleh jaksa yang memimpin pasukan penjaga keamanan yang kuat! Sungguh merupakan lawan yang tak boleh dipandang ringan.

Diapun cepat menghilang ke dalam kegelapan malam dan sebentar saja dia telah berada di halaman sebelah belakang kompleks gedung Phang-taijin. Gedung-gedung besar itu merupakan tempat tinggal, juga kantor dan tempat-tempat tahanan. Biarpun tidak jelas benar, dia sudah memperoleh gambaran tentang kompleks perumahan jaksa ini.

In Bwee sendiri tidak hafal dan tidak mengenal betul tempat ini, akan tetapi mengetahui dimana kekasihnya ditawan, sudah cukup bagi Thian Sin. Dengan kepandaiannya yang tinggi, mudah saja baginya untuk menyelidiki. Demikianlah pikirnya. Akan tetapi ketika tiba di tempat itu, diam-diam dia terkejut. Tempat itu dijaga dengan ketat sekali! Bahkan di atas genteng-genteng ditaruh penjaga sehingga seekor kucing sekalipun yang memasuki kompleks itu tentu akan ketahuan oleh para penjaga!

Thian Sin maklum bahwa kalau sampai dia sendiri gagal dan tertawan, akan habislah riwayat mereka berdua! Dia harus berlaku hati-hati sekali. Ketika dia melihat sebuah kereta memasuki halaman depan dan ternyata yang keluar dari kereta itu adalah Su Tong Hak, dia memperoleh akal yang baik sekali. Kiranya Su Tong Hak, paman dari petani Ciang Kim Su, adalah seorang yang curang dan telah mengkhianati keluarganya sendiri.

Hadirnya Su Tong Hak disitu menjelaskan banyak hal baginya. Tentu pencurian peta, lenyapnya Ciang Kim Su, merupakan akibat dari pada persekongkolan pedagang itu dengan Pat-pi Mo-ko! Tahulah dia bahwa dari orang ini dia dapat memperoleh banyak keterangan.

Maka dengan kecepatan kilat, sebelum orang itu memasuki pintu gerbang, dia menyelinap dan dengan gerakan kilat, dia sudah dapat menyambar tubuh pedagang itu yang tidak sempat berteriak karena urat gagunya telah dicengkeram oleh Thian Sin. Pendekar Sadis ini membawanya agak menjauh, ke tempat gelap dan membawanya loncat ke atas pohon yang tinggi.

Tentu saja Su Tong Hak terkejut setengah mati, apalagi ketika dia dapat melihat wajah orang yang menangkapnya itu, yang dikenalnya sebagai pemuda yang diutus oleh kakak iparnya, Ciang Gun, dan yang telah didengarnya dari Pat-pi Mo-ko sebagai Pendekar Sadis!

Tubuhnya menggigil dan dia hampir pingsan saking takutnya, apalagi ketika dia dibawa ke atas pohon yang tinggi itu. Akan tetapi, di dalam pikiran pedagang yang cerdik ini, di samping rasa takutnya, muncul pula sebuah harapan baru. Pada beberapa hari terakhir ini dia selalu gelisah, makan tak enak dan tidur tidak nyenyak, memikirkan perobahan sikap dari Pat-pi Mo-ko Bouw Kim Seng terhadap dirinya. Dia bahkan mempunyai perasaan yang amat mengerikan, yaitu bahwa kalau semua ini telah selesai, bukan saja dia tidak akan diberi apa-apa oleh penjahat itu, bahkan mungkin untuk menutup rahasia, dia akan dibunuh, seperti yang telah dilakukan terhadap Louw siucai!

Kini, melihat munculnya Pendekar Sadis, satu-satunya lawan yang tangguh dan agaknya ditakuti oleh Mo-ko, timbul pikiran yang amat baik. Mengapa dia tidak bekerja sama dan berlindung kepada yang kuat? Yang penting adalah menyelamatkan diri, dan tentu saja mendapatkan harta karun Jenghis Khan itu.

"Su Tong Hak, kiranya engkau adalah komplotan Pat-pi Mo-ko. Nah, sekarang engkau harus menjelaskan segalanya kalau tidak ingin kucekik mampus dan kulemparkan dari atas pohon ini!" Thian Sin mengancam dengan suara mendesis.

"Taihiap... ampunkan saya, kebetulan sekali kita bertemu disini. Kita dapat saling membantu, taihiap. Jangan mengira bahwa saya komplotan mereka, bahkan nyawa saya terancam..."

"Huh, siapa percaya omonganmu? Jangan mencoba untuk membujuk atau menipu, karena sebelum kubasmi mereka, engkau akan kubunuh lebih dulu dengan penyiksaan yang akan membuat engkau menyesal telah dilahirkan di dunia ini."

"Taihiap... sungguh, percayalah padaku. Memang, tadinya aku sekutu Mo-ko. Akan tetapi sekarang dia berobah, dia tentu akan menguasai seluruh harta dan kemudian membunuhku. Taihiap, aku tahu bahwa pendekar wanita sahabatmu itu telah tertawan. Mari kita bekerja sama. Aku akan membantumu agar engkau dapat menolong sahabat-sahabatmu itu. Dan sebagai gantinya..."

"Sebagai gantinya apa? Orang she Su, ingat, engkaulah yang menjadi tawananku dan kalau aku menghendaki, sekali lempar engkau akan jatuh dan remuk. Bukan engkau yang mengajukan syarat, melainkan aku!"






"Ampun... ah, tentu saja, taihiap... akan tetapi, saya hanya minta agar dilindungi terhadap ancaman mereka. Saya mau membantumu dan... dan memperoleh bagian atas harta pusaka itu..."

Kalau menurutkan perasaan hatinya, ingin Thian Sin melemparkan pedagang yang loba ini ke bawah. Akan tetapi, dia membutuhkannya, maka ditekannya perasaan muak dan marahnya.

"Nah, baiklah. Aku ingin menolong mereka yang tertawan. Bagaimana engkau dapat menyelundupkan aku ke dalam?"

"Dengan menyamar sebagai perajurit penjaga atau sebagai pengawalku." jawab pedagang yang cukup cerdik itu.

Akhirnya, Thian Sin, dengan sedikit penyamaran pada wajahnya, berhasil memasuki kompleks kejaksaan itu bersama dengan Su Tong Hak dan setelah memperoleh keterangan lengkap dari pedagang itu tentang keadaan di dalam, tentang jalan-jalan rahasianya, Thian Sin lalu membekuk seorang penjaga, menelikungnya dan menyumbat mulutnya lalu menyembunyikannya di tempat gelap, kemudian melucuti pakaiannya. Dia lalu menyamar sebagai seorang perajurit dan dengan mudahnya dia lalu menggunakan pengetahuannya tentang keadaan di tempat itu untuk melakukan penyelidikan ke dalam.

Ketika Thian Sin berhasil mencampurkan diri dengan para penjaga di tempat gelap dan ikut mengurung ruangan tahanan dimana kekasihnya ditawan, kedatangannya tepat pada saat Kim Hong berkelahi dengan Kok Siang. Tentu saja ia terkejut sekali melihat mereka itu saling serang sendiri.

Akan tetapi, begitu dia melihat para penjahat di luar pintu dan jendela berjeruji sebagai penonton, dan melihat gerakan-gerakan kekasihnya yang membuat dia maklum bahwa Kim Hong sengaja mengalah terhadap Kok Siang. Tahulah pendekar yang cerdik ini bahwa dua orang itu sengaja diadu oleh pihak penjahat dengan maksud menguji.

Dia sudah mendapatkan keterangan dari Su Tong Hak tadi bahwa Kim Hong telah menyerah dan takluk, bahkan telah membantu Pat-pi Mo-ko untuk membasmi Sin-siang-to Tang Kin dan anak buahnya yang menjadi saingan. Mendengar ini, pendekar itu tidak merasa heran dan dapat menduga bahwa tentu di balik penyerahan diri dari kekasihnya ini ada suatu pamrih yang merupakan siasat tertentu. Entah karena terpaksa atau tentu ada hal lain.

Dan kini, melihat betapa kekasihnya mengalah terhadap Kok Siang, diapun dapat menduga bahwa mereka berdua itu tentu sedang bersandiwara. Tentu saja kedua tangannya sudah gatal-gatal untuk menyerbu para tokoh penjahat ini dan monolong mereka berdua yang diadu seperti binatang.

Akan tetapi diapun cukup cerdik untuk melihat kenyataan bahwa kalau dia menyerbu, keadaan dua orang kawannya itu malah terancam bahaya. Selain para tokoh sesat yang dia tahu memiliki ilmu kepandaian tinggi, terutama Pat-pi Mo-ko, juga tempat itu dikurung oleh pasukan pemerintah dan anak buah penjahat. Maka diapun hanya ikut menonton dan mencari kesempatan. Dia tahu bahwa kalau Kim Hong dan Kok Siang masih ditahan, bahkan diadu, tentu ada maksud-maksud tertentu dari Pat-pi Mo-ko. Kalau kedua orang itu tidak dibutuhkan, tentu sudah dibunuh oleh pihak penjahat. Keyakinan akan hal ini membuat Thian Sin bersabar menanti, walaupun hatinya terasa tegang dan khawatir sekali.

Ketika dia melihat Kim Hong roboh tertotok oleh pit di tangan Kok Siang, Thian Sin mengepal tinju. Dia maklum bahwa Kim Hong memiliki ilmu memindahkan jalan darah sehingga totokan yang nampaknya tepat sekali itu tentu dapat diterimanya tanpa membuat tubuhnya menjadi lemas atau lumpuh.

Akan tetapi dia tahu jelas bahwa itu hanya merupakan gerakan pura-pura belaka. Bagi orang lain mungkin akan tertipu, akan tetapi mungkinkah seorang tokoh jahat seperti Pat-pi Mo-ko dapat ditipu sedemikian mudahnya? Dan permainan apakah yang sedang dimainkan oleh Kim Hong dan Kok Siang? Dia tidak berani lancang turun tangan, khawatir kalau-kalau malah akan mengacaukan rencana kedua orang itu yang agaknya sudah diatur lebih dulu dan dilaksanakan dengan baiknya.

Ketika kakek tinggi besar muka hitam memerintahkan empat orang sisa Siang-to Ngo-houw untuk menangkap Kok Siang dan melihat mereka memasuki ruangan dan pintunya ditutupkan kembali, Thian Sin mengerutkan alisnya. Kalau dia tidak keliru perhitungan, agaknya kekasihnya itu merencanakan pemberontakan bersama Kok Siang, dengan pura-pura berkelahi sungguh-sungguh dan membiarkan ia kelihatan kalah.

Akan tetapi, dia merasa sangsi apakah akal itu akan berhasil melihat betapa empat orang Siang-to Ngo-houw saja yang disuruh masuk dan pintu besi itu ditutup kembali. Dia melihat kebenaran dugaannya ketika Kim Hong "bangkit" dari keadaan tertotok tadi dan bersama dengan Kok Siang merobohkan empat orang lawannya. Thian Sin kini merasa yakin bahwa dugaannya benar, bahwa kekasihnya bersama Kok Siang hendak melakukan penyerbuan keluar untuk meloloskan diri. Akan tetapi, baru saja dia hendak turun tangan membantu, tiba-tiba kakek hitam tinggi besar sudah menggerakkan alat rahasia dan Thian Sin sempat melihat kekasihnya dan Kok Siang terjatuh ke bawah karena lantai ruangan itu bergeser cepat ke kanan kiri. Dia hendak meloncat, akan tetapi tiba-tiba didengarnya teriakan Kok Siang

"Mo-ko! Peta asli itu berada pada kami!"

Thian Sin menahan gerakannya. Dia tahu bahwa kalau dia mengamuk sekalipun, dia tidak keburu menolong dua orang itu lagi, yang agaknya terjatuh ke dalam air di bawah ruangan rahasia itu. Dan teriakan Kok Siang itu ternyata amat berpengaruh. Dia melihat kakek hitam tinggi besar yang kini diduganya tentu Pat-pi Mo-ko adanya nampak gugup.

"Cepat...! Selamatkan mereka. Tawan mereka, jangan sampai mereka itu tewas dalam air!"

Perintah dari tokoh jahat ini membuat hati Thian Sin terasa lega dan diapun tidak mau lancang turun tangan, yang tidak banyak artinya untuk dapat menyelamatkan kekasihnya dan Kok Siang. Maka diapun hanya berjaga-jaga karena melihat para perajurit lain juga melakukan penjagaan ketat menerima perintah dari komandan mereka.

Ketika komandan pasukan mengumpulkan pasukannya untuk melakukan pemeriksaan, dengan menggunakan kepandaiannya, Thian Sin menyelinap pergi dan diapun mendapatkan sebuah tempat persembunyian didalam gudang barang lapuk di belakang. Tempat inipun adalah tempat sembunyi yang ditunjukkan oleh Su Tong Hak baginya, dimana dia dapat menyembunyikan dirinya.

Sementara itu, dalam keadaan lemas dan setengah pingsan, Kim Hong dan Kok Siang tertawan lagi. Ketika mereka sadar, keduanya mendapatkan diri mereka sudah terbelenggu lagi di atas dipan, dalam keadaan terlentang dan kaki tangan mereka dibelenggu dengan rantai baja yang kuat.

Pakaian mereka masih basah, juga rambut mereka. Di dalam ruangan itu nampak Pat-pi Mo-ko duduk bersama dengan Hai-pa-cu Can Hoa, Tiat-ciang Lui Cai Ko, Su Tong Hak dan diluar kamar itu nampak penjagaan yang ketat, oleh pasukan penjaga.

Wajah kakek berkulit hitam itu nampak berseri dan sepasang matanya berkilat-kilat ketika dia memandang kepada dua orang tawanan yang mulai siuman itu. Kemudian dia menghampiri Kok Siang dan melihat pemuda itu membuka mata, mengejap-ngejapkan matanya kemudian memandangnya dan wajah yang tampan itu nampak pucat akan tetapi sadar sepenuhnya.

"Selamat hidup kembali, Im-yang Siang-pit Bu Siucai!" kata Pat-pi Mo-ko dengan suara lantang. "Engkau tahu, apa yang menyebabkan kami menyelamatkan kalian dari bahaya tewas tenggelam dalam air. Nah, Bu Siucai, sekarang ceritakanlah kepada kami tentang peta asli itu!"

"Kalau aku menceriterakannya, engkau akan membebaskan kami berdua, Mo-ko?" tanya Kok Siang, suaranya meragu karena sesungguhnya dia tidak percaya kalau penjahat ini mau membebaskan mereka.

"Tentu saja! Bukankah kami juga sudah menyelamatkan kalian dari kematian baru saja ini? Ceritakan dengan sesungguhnya tentang peta itu dan kami akan membebaskan kalian. Kami sesungguhnya tidak bermaksud memusuhi kalian. Bukankah kami telah menawarkan kerjasama dengan sebaiknya kepada nona Toan? Sayang, ia mengkhianati kami. Akan tetapi, kami akan melupakan semua itu kalau kalian suka menceritakan tentang peta sehingga kami dapat memperolehnya."

"Dia bohong, Bu-twako. Jangan percaya omongannya!" tiba-tiba Kim Hong berkata.

"Hemm, yang membohong adalah engkau, nona Toan. Kami dengan sungguh-sungguh menarikmu sebagai kawan, akan tetapi engkau malah mengkhianati kami, membunuh empat orang sisa Siong-te Ngo-houw yang menjadi pembantu-pembantu kami. Dan engkau pura-pura kalah ketika melawan Bu Siucai, apa disangka kami tidak tahu?"

Harta Karun Jenghis Khan







Tidak ada komentar: