*

*

Ads

Jumat, 29 Desember 2017

Harta Karun Jenghis Khan Jilid 24

Setelah dia berhasil menerima kunci emas dari muridnya sebagai hasil bujuk rayu muridnya atau keponakannya yang cantik itu terhadap Pendekar Sadis, hatinya menjadi semakin kecewa dan penasaran lagi. Kunci emas sudah didapatkan, akan tetapi peta itu ternyata palsu dan tidak mampu membawanya ke tempat penyimpanan harta karun Jenghis Khan.

Inilah yang membuat dia semakin kecewa dan penasaran. Kini, dalam keadaan hampir putus asa mendengar ucapan Kim Hong yang mengatakan bahwa tidak sukar untuk menyelidiki dimana adanya peta yang tulen, tentu saja semangatnya tergugah dan harapannya timbul kembali. Wajahnya berseri ketika dia mendekati dipan dimana Kim Hong terbelenggu.

"Nona Toan, maukah engkau bekerja sama dengan kami?"

Kim Hong mengerutkan alisnya, mengambil sikap seperti orang berpikir. Padahal, ia memang sengaja mencari kesempatan untuk membuat penjahat ini membutuhkannya. Melihat kunci emas itu telah berada di tangan penjahat ini, biarpun ia tidak melihat tanda-tanda bahwa kekasihnya mengalami bencana, namun hatinya merasa gelisah dan ragu.

Bagaimanapun juga, kenyataan membuktikan bahwa kekasihnya telah menyerahkan kunci itu atau dipaksa menyerahkan dan tentu telah terjadi sesuatu dengan Thian Sin. Kalau hal ini benar, maka sebaiknyalah kalau ia mendekati dan berbaik dengan Pat-pi Mo-ko, bukan karena harta karun itu karena ia tahu bahwa kepala penjahat ini hanya memiliki peta dan kunci palsu belaka.

Akan tetapi ia harus lebih dulu tahu bagaimana keadaan Thian Sin. Pula, ia harus pula melindungi Kok Siang yang masih tertawan, karena ia berkeyakinan bahwa pemuda inilah yang menguasai peta aslinya, sedangkan kunci emas yang aslinya ada pada ia dan Thian Sin.

"Pat-pi Mo-ko, kita sama-sama adalah petualang-petualang dan dimana ada kesempatan memperoleh keuntungan besar, tentu saja kami mau bekerja sama denganmu. Akan tetapi, bekerja sama yang bagaimana maksudmu?"

"Engkau membantuku dahulu mencari peta asli dan menemukan harta karun Jenghis Khan."

"Imbalannya?"

"Engkau mendapatkan seperempat bagian."

"Aku tidak mau menyerahkan sebagian dari hakku yang setengahnya atas harta karun itu kepadanya!" Tiba-tiba Su Tong Hak berkata.

"Diam dan jangan mencampuri urusan kami!" Bouw Kim Seng membentak dan pedagang itu undur kembali dengan alis berkerut.

"Pat-pi Mo-ko, engkau berkali-kali mengajak aku untuk bekerja sama, akan tetapi engkau memperlakukan aku sebagai tawanan. Mana mungkin ini?"

"Maukah engkau? Berjanjilah lebih dahulu dan aku akan membebaskanmu."

"Aku berjanji akan bekerja sama denganmu!" Kim Hong berkata dengan suara bersungguh-sungguh.

"Toan Kim Hong!" Tiba-tiba Kok Siang berteriak dan nampak marah sekali "Kiranya sebegitu saja keteguhan hatimu! Setelah terjepit, nampak belangmu dan engkau mau saja bekerja sama dengan kaum sesat? Huh, kiranya engkau hanyalah petualang yang haus akan harta kekayaan!"

"Bu Kok Siang! Tutup mulutmu dan jangan mencampuri urusanku!" Kim Hong juga membentak dengan marah.

"Engkau tak tahu malu! Engkau pengecut, huh, kalau aku bebas, sebelum menggempur para penjahat ini, engkau akan kuhancurkan lebih dulu!" Kok Siang berteriak marah.

"Kutu buku yang pura-pura menjadi orang gagah! Siapa takut akan ancamanmu? Engkau takkan lolos dari tempat ini dengan hidup!"

Kim Hong memaki dan kedua orang itu saling mencela dan memaki. Melihat ini, Pat-pi Mo-ko diam-diam memandang dengan sinar mata berkilat dan wajah berseri. Lalu dia menghampiri Kim Hong dan dengan kedua tangannya sendiri dia melepaskan belenggu besi dari kaki dan tangan gadis itu dengan kunci, kemudian memulihkan jalan darah gadis itu yang masih tertotok.

Kim Hong mengurut-urut pergelangan kaki dan tangannya yang terasa nyeri bekas belenggu besi. Pat-pi Mo-ko dan para pembantunya siap menghadapi kalau-kalau gadis itu akan melanggar janjinya dan mengamuk. Akan tetapi Kim Hong tidak mengamuk, membereskan pakaiannya, lalu memandang kepada Pat-pi Mo-ko sambil tersenyum.






"Mana siang-kiamku, apakah tidak dikembalikan kepadaku setelah kita menjadi rekan?"

"Nanti dulu, nona Toan, jangan tergesa-gesa. Pedang pasangan itu berada padaku dan kalau engkau membutuhkan, tentu akan kuberikan kepadamu. Sekarang katakan dulu, apa maksudmu tadi mengatakan bahwa tidak sukar untuk menyelidiki dimana adanya peta yang tulen?"

Kim Hong duduk di atas dipan bekas tempat ia dibelenggu, melonjorkan kedua kakinya dan menarik otot-ototnya yang tegang sebelum menjawab. Ia menatap wajah penjahat besar itu dan tahu bahwa ia harus berhati-hati. Sikap Pat-pi Mo-ko dan para pembantunya jelas menaruh kecurigaan besar kepadanya. Ia harus berdaya upaya menarik kepercayaan mereka. Hanya dengan demikianlah ia akan dapat mencari kesempatan untuk meloloskan diri dari tempat itu, juga untuk menyelamatkan Kok Siang, dan kalau perlu menolong Thian Sin, kalau benar seperti yang dikhawatirkannya bahwa kekasihnya itu mungkin saja terjebak pula seperti ia dan Kok Siang.

"Pat-pi Mo-ko, apa sih sukarnya menyelidiki hal itu? Pertama-tama, pembawa peta itu adalah Ciang Kim Su dan dialah orang pertama yang mungkin saja menyembunyikan peta asli karena dia penemunya dan menggantikannya dengan peta palsu untuk melindungi yang tulen kalau terjadi sesuatu. Maka kepadanyalah harus ditanyakan dimana adanya peta yang tulen, yakni kalau dia masih hidup."

Pat-pi Mo-ko mengangguk.
"Sudah kami lakukan itu akan tetapi tanpa hasil."

"Hemm, apa sukarnya menyiksanya sampai dia mengaku? Dia hanya seorang pemuda petani lemah, disiksa sedikit saja tentu akan mengaku." kata pula Kim Hong dengan sikap kejam. "Aku tahu tentang beberapa cara penyiksaan yang akan membuat orang lemah mengaku. Misalnya, mencabuti kuku jari kaki dan tangan satu demi satu, menusukkan jerum ke bawah kuku jari tangan, merobek kulit pelipis melalui tarikan rambut pelipis ke atas. Biarkan aku yang menyiksanya, tentu dia mengaku."

"Tidak, jangan siksa lagi dia! Dia sudah hampir... hampir mati..."

"Plakk!"

Tubuh pedagang itu terpelanting ketika terkena sambaran tangan Pat-pi Mo-ko yang menamparnya.

"Sudah beberapa kali kuperingatkan. Jangan engkau lancang mulut dan mencampuri urusan ini! Sekali lagi melanggar, aku akan lupa diri dan akan membunuhmu pula!"

Su Tong Hak yang tadinya merasa menjadi sekutu tokoh sesat itu, kini berdiri dengan muka pucat dan baru dia menyadari bahwa dia sendiri berada di dalam bahaya, bahwa nyawanya seperti telor di ujung tanduk. Mulailah dia merasa ketakutan dan bingung, hanya mengangguk-angguk dan mundur sampai ke sudut ruangan.

Tentu saja semua ucapan dan sikap ini tidak terlepas dari pandang mata Kim Hong yang tajam. Ia menduga bahwa agaknya pemuda petani itu masih hidup, akan tetapi dalam keadaan parah karena disiksa. Mulailah ia dapat mengerti dan menggambarkan keadaan. Agaknya pemuda petani itu telah datang ke kota raja dan diantar oleh pamannya yang berhati busuk itu kepada Louw siucai. Dan siucai tua itu telah menterjemahkan peta, akan tetapi mungkin sekali siucai itu telah menukarnya dengan yang palsu. Peta itu setelah diterjemahkan lalu diterima oleh Kim Su dan dibagi dengan pamannya.

Akan tetapi agaknya Su Tong Hak bersekongkol dengan Pat-pi Mo-ko dan pemuda petani yang sedang menuju pulang itu lalu diciduk dan dirampas bagian petanya. Kemudian, setelah gagal menemukan tempat rahasia harta karun melalui peta, Pat-pi Mo-ko baru sadar bahwa peta itu palsu dan mereka lalu menyiksa Ciang Kim Su yang mereka kira mengetahui dimana adanya peta yang aseli.

"Nona Toan, perkiraanmu itupun telah menjadi perkiraan kami. Akan tetapi agaknya peta tulen tidak berada di tangan pemuda petani itu."

"Kalau begitu, masih ada beberapa kemungkinan lain. Peta tulen itu bisa saja berada di tangan sasterawan yang menterjemahkan itu yang menukarnya dengan yang palsu. Akan tetapi, sasterawan itu kabarnya telah mati terbunuh, jadi tentu peta itu berada di tangan pembunuhnya." Berkata demikian, Kim Hong menanti dan memandang penuh perhatian.

"Tidak! Tidak...!"

Tiba-tiba Su Tong Hak berteriak ketika melihat betapa Pat-pi Mo-ko menoleh dan memandang kepadanya dengan sinar mata mencorong.

"Kami sudah memeriksa dengan teliti dan tidak menemukan apa-apa di rumahnya. Tanya saja kepada Hai-pa-cu Can Hoa kalau tidak percaya!"

"Sesungguhnyalah, kami berdua tidak menemukan apa-apa disana."

Kata Hai-pa-cu Can Hoa dengan suara tenang. Tentu saja jawaban kedua orang ini sudah menjelaskan kepada Kim Hong dan juga kepada Kok Siang siapa orangnya yang membunuh Louw siucai. Bukan lain adalah Su Tong Hak yang mungkin menjadi petunjuk jalan dan yang melaksanakan adalah Hai-pa-cu Can Hoa!

Akan tetapi Kok Siang sama sekali tidak memperlihatkan reaksi apapun pada wajahnya yang masih memandang kepada Kim Hong dengan marah.

"Hemm, dalam urusan ini banyak orang tersangkut dan kita tidak tahu siapa yang palsu. Akan tetapi, kalau kita bekerja sama, aku akan menemukan peta itu, Pat-pi Mo-ko! Aku berjanji akan menemukannya dan menemukan orangnya yang bertindak curang kepadamu!"

Pat-pi Mo-ko tersenyum,
"Bagaimanapun juga, engkau yang tadi masih menjadi musuh kami, mana mungkin dapat kupercaya kalau tidak ada bukti tentang kesetia kawananmu lebih dulu?"

"Engkau hendak mencoba? Cobalah!" kata Kim Hong.

"Memang, kami harus menguji kesetiaanmu. Malam ini juga. Engkau harus membantu kami menundukkan saingan kita. Engkau sudah membunuh Liong-kut-pian Ban Lok. Nah, gerombolannya itulah saingan kita dan hampir saja mereka berhasil merampas kunci emas dari kakek Ciang Gun. Liong-kut-pian Ban Lok masih mempunyai seorang suheng yang jauh lebih lihai dari padanya, dan suhengnya itulah yang kini memimpin gerombolan mereka untuk menyaingi kita. Siapa tahu, mereka telah berhasil mendapatkan peta yang tulen! Maka, sebelum mereka bergerak mendapatkan kunci emasnya yang telah ada padaku, kita harus mendahului mereka dan menghancurkan mereka. Musuh-musuh yang akan mendatangkan kerepotan harus sampai ke akar-akarnya. Nah, sanggupkah engkau membantuku?"

"Baik, aku akan membantumu, Mo-ko. Akan tetapi kutu buku itu tidak ada sangkut pautnya dengan urusan kita. Lebih baik tendang dia keluar saja!"

Pat-pi Mo-ko memandang tajam.
"Apakah engkau tidak ingin melihat dia tersiksa dan terbunuh dan menghendaki dia bebas, nona?"

Kim Hong tersenyum mengejek.
"Apa peduliku dengan dia? Kami bukan apa-apa, hanya secara kebetulan saja berkenalan!"

"Kalau begitu, biarlah dia sementara menjadi tahanan kita disini sampai selesai urusan ini. Kalau sekarang dia dibiarkan bebas, tentu dia hanya akan mendatangkan kerepotan saja. Dia telah berani menentangku, karena itu dia harus dihukum!"

Pat-pi Mo-ko lalu memerintahkan anak buahnya untuk menjaga baik-baik pemuda itu agar jangan sampai lolos, akan tetapi juga melarang pemuda itu diganggu atau dibunuh. Setelah itu, diapun mengajak Kim Hong pergi meninggalkan Kok Siang.

Ketika Kim Hong melihat bahwa pasukan yang hendak dibawa oleh tokoh sesat itu sama sekali bukan anak buahnya atau orang-orang biasa, melainkan pasukan pemerintah, ia merasa heran sekali. Ditanyakannya hal ini kepada Bouw Kim Seng dan orang ini tertawa.

"Memang sebaiknya kita berlindung di balik pasukan pemerintah yang hendak mengadakan pembersihan terhadap sarang penjahat, bukan? Ha-ha-ha, nona Toan. Orang harus mempergunakan kecerdikan otak, bukan hanya mengandalkan kekuatan otot belaka."

"Dimana pedangku?"

"Jangan khawatir, pedangmu sudah dibawa dan sewaktu-waktu kau membutuhkan tentu akan kuserahkan kepadamu."

Harta Karun Jenghis Khan







Tidak ada komentar: