*

*

Ads

Jumat, 29 Desember 2017

Harta Karun Jenghis Khan Jilid 23

"Diam!"

Pat-pi Mo-ko membentak dan orang itu surut ke belakang dengan mata terbelalak dan muka pucat. Tentu saja Kim Hong mencatat semua ini di dalam hatinya.

"Nah, nona Toan, kami bemaksud baik dan berniat untuk kerja sama dengan engkau dan Pendekar Sadis. Maka, harap kau ceriterakan semua yang kalian ketahui tentang rahasia harta pusaka ini."

Kim Hong maklum bahwa baginya tidak ada jalan lain kecuali menceritakannya, karena menceritakan hal itupun tidak ada salahnya. Akan tetapi ia tetap bersikap angkuh.

"Hemm, Pat-pi Mo-ko, engkau tentu mengerti bahwa dunia kita berlainan, kita saling berselisih jalan, engkau berkecimpung dalam dunia sesat dan kami bukanlah orang-orang yang suka mengejar harta dengan kejahatan. Mana mungkin kita dapat bekerja sama?"

Si tinggi besar itu menarik napas panjang dan berkata dengan suara bersungguh hati.
"Nona Toan, engkau tentu maklum bahwa tidak ada orang di dunia ini mau menempuh jalan sesat yang penuh dengan bahaya kalau tidak terpaksa. Kalau kita berhasil memperoleh harta karun Jenghis Khan dan bagianku lebih dari cukup, untuk apalagi aku mengambil jalan sesat? Aku akan mencuci tangan dan hidup makmur dan tenteram dengan harta itu."

"Hemm, hal itu masih harus dibuktikan. Akan tetapi, engkau bicara tentang kerja sama. Apakah begini caramu bekerja sama, Pat-pi Mo-ko? Yang diajak kerja sama harus terlentang di dipan penyiksaan dengan kaki tangan terbelenggu dan tubuh tertotok?"

"Maafkan dulu, nona. Engkau adalah seorang yang lihai dan dalam keadaan bebas akan mendatangkan banyak repot bagi kami. Aku harus yakin dulu bahwa engkau benar-benar mau bekerja sama, dan setelah aku yakin barulah kita akan bicara seperti antara sahabat dan rekan yang bekerja sama. Nah, sekarang ceritakanlah. Ceritamu akan menjadi pertimbangan apakah benar engkau mau bekerja sama denganku."

Seorang penjahat yang matang dan cerdik sekali. Seorang lawan yang tangguh dan berbahaya, pikir Kim Hong.

"Baiklah. Dengarkan. Kami berdua tidak sengaja mencampuri urusan harta karun Jenghis Khan ini. Di An-keng kami melihat kakek Ciang Gun dikejar-kejar dan diserang anak buah Liong-kut-pian Ban Lok. Kami turun tangan, akan tetapi tidak berhasil menyelamatkan kakek petani itu walaupun kami dapat membunuh Liong-kut-pian dan dari kakek itu kami menerima kunci emas dan kami ditugaskan untuk mencari puteranya, Ciang Kim Su, membantunya untuk mencari harta karun yang menjadi haknya. Sampai disini, kami mendengar dari orang she Su ini bahwa peta itu dibagi dua antara dia dan Kim Su dan bahwa peta bagiannya hilang dan Kim Su pun lenyap entah kemana. Nah, selanjutnya tentu engkau sudah tahu sampai aku terjebak olehmu waktu ini."

Pat-pi Mo-ko mengerutkan alisnya yang tebal.
"Kakek Ciang Gun itu tidak memberikan sebuah peta lain kepada kalian berdua?" tanyanya sambil memandang tajam.

Kim Hong maklum apa artinya pertanyaan ini. Kembali bukti kebenaran dan pemberitahuan Kok Siang tentang peta tulen. Penjahat ini bukan hanya mencari emas, melainkan juga peta aslinya! Ia menggeleng kepala dan berkata.

"Kami justeru hendak mencari peta itu yang katanya hilang dan kami yakin bahwa engkaulah yang menguasai peta itu, bukan?"

Pat-pi Mo-ko mengangguk.
"Memang benar."

"Akan tetapi peta itu tiada gunanya kalau engkau tidak memiliki kunci emasnya, bukankah begitu?"

Kim Hong memancing karena kiranya tidak perlu disembunyikan lagi kenyataan bahwa mereka saling memperebutkan peta dan kunci emas.

Kakek itu merogoh sakunya dan mengeluarkan sebuah benda.
"Sudah ada padaku."

Kim Hong terkejut, bahkan Kok Siang mengeluarkan seruan heran melihat bahwa benda di tangan kakek itu adalah sebuah kunci emas! Kim Hong segera mengenal kunci emas palsu yang biasanya dibawa oleh Thian Sin! Tentu saja jantungnya berdebar tegang. Bagaimana mungkin kunci emas itu, kunci emas yang palsu dapat dikuasai oleh kakek ini.






"Dari mana engkau memperoleh kunci emas itu?"

Kakek itu tersenyum.
"Tak perlu kau tahu, pokoknya kunci emasnya telah berada padaku."

Hening sejenak dan dengan pandang matanya yang tajam Kim Hong menatap wajah orang. Ia dapat melihat bahwa didalam mata kakek ini tidak ada sinar tanda kebanggaan atau kemenangan, maka hatinyapun lega. Entah bagaimana kunci itu dapat diambilnya, akan tetapi ia merasa yakin bahwa Thian Sin dalam keadaan selamat. Kalau kakek ini mampu merobohkan atau membunuh Thian Sin, tentu kakek ini akan merasa bangga sekali, akan membual di depannya atau setidaknya akan nampak dalam sinar matanya.

"Hemm, Pat-pi Mo-ko, peta sudah ada padamu juga kunci emasnya sudah ada padamu. Kenapa pula engkau masih mengganggu dan menjebakku? Apa artinya perbuatanmu yang curang ini?"

Kakek hitam tinggi besar itu nampak kecewa dan penasaran sekali. Dia menjatuhkan diri duduk di atas bangku dekat dipan dimana Kim Hong terbelenggu dan sambil menatap tajam wajah Kim Hong dia menggeleng kepala.

"Peta yang dibagi dua antara Ciang Kim Su dan Su Tong Hak itu adalah peta palsu! Sudah kuselidiki menurut peta dan aku tidak dapat menemukan apa-apa."

"Ha-ha-ha-ha!"

Terdengar Kok Siang tertawa bergelak dan diam-diam Kim Hong merasa kaget dan khawatir sekali. Apakah pemuda itu tidak dapat melihat suasana sehingga berani tertawa, mentertawakan iblis yang sedang dilanda kekecewaan dan penasaran itu?

Benar saja, Pat-pi Mo-ko Bouw Kim Seng menoleh ke arah pemada itu dan mukanya yang hitam itu menjadi semakin hitam karena marah, matanya mengeluarkan sinar kilat dan Kim Hong takkan merasa heran kalau iblis itu segera turun tangan membunuh Kok Siang.

"Orang she Bu, kenapa kau tertawa?"

Suara iblis itu terdengar tenang saja, akan tetapi di balik ketenangan itu jelas terbayang kemarahan besar.

Kok Siang yang sudah terbebas dari totokan oleh hawa panas tadi, masih tertawa geli, kemudian berkata.

"Siapa tidak akan tertawa mendengar kelucuan itu? Harta karun Jenghis Khan, sudah mengorbankan banyak nyawa, tenaga dan pikiran, dan ternyata hanya merupakan lelucon dari Jenghis Khan! Ha-ha, raja itu memang hebat, pandai, kuat, gagah, keras, kejam dan juga seorang pelawak besar!"

Pat-pi Mo-ko bangkit dari tempat duduknya, dan pada saat itu, Kim Hong yang melihat bahwa kemarahan iblis itu mungkin saja akan berarti tewasnya Kok Siang yang mengeluarkan ejeken bukan pada saat yang tepat itu, segera berkata.

"Hemm, Pat-pi Mo-ko, ternyata engkau yang sudah menjadi seorang tokoh kawakan di dunia kang-ouw, mudah saja ditipu orang. Kiranya tidak sukar untuk menyelidiki dimana adanya peta yang tulen."

Ucapan Kim Hong ini seperti sinar terang diantara kegelapan yang menyelubungi pikiran Pat-pi Mo-ko, juga membuat semua orang yang hadir disitu memandang ke arahnya. Tidak ketinggalan Kok Siang menoleh dan memandang kepada Kim Hong dengan alis berkerut dan pandang mata kaget.

Pat-pi Mo-ko sudah sering mendengar akan kelihaian dan kecerdikan Pendekar Sadis. Dan karena wanita cantik ini adalah sahabat dan kekasih Pendekar Sadis, maka tentu bukan merupakan seorang wanita sembarangan. Timbullah harapan di dalam hatinya.

Sudah berbulan-bulan dia tersiksa oleh rahasia harta karun Jenghis Khan ini. Ketika dia mula-mula dihubungi oleh Su Tong Hak, dia tidak percaya dan tidak begitu menaruh perhatian. Dia mengenal saudagar ini melalui Phang-taijin, jaksa di kota raja yang kini menjadi sahabat baik dan pelindungnya.

Pat-pi Mo-ko adalah seorang yang berilmu tinggi dan baru dua tahun dia tinggal dl kota raja setelah meninggalkan guha pertapaannya di sebuah gunung di barat. Begitu terjun ke dunia kang-ouw, dia mengalahkan dan menundukkan semua tokoh sesat dan diapun akhirnya diakui sebagai raja tanpa mahkota diantara tokoh sesat di kota raja dan daerahnya. Banyak tokoh-tokoh dari luar kota yang merasa penasaran dan datang untuk menentang jagoan baru ini, akan tetapi satu demi satu roboh di tangan Pat-pi Mo-ko sehingga akhirnya tak seorangpun lagi yang berani menantangnya.

Akan tetapi, kota raja bukanlah merupakan tempat dimana seorang tokoh sesat dapat bersimaharajalela seenaknya saja karena selain di kota raja terdapat banyak orang pandai dan pendekar-pendekar, juga jagoan-jagoan istana banyak yang memiliki kepandaian tinggi, di samping adanya para penjaga keamanan yang amat kuat dan terlampau kuat bagi para penjahat. Oleh karena itu, Pat-pi Mo-ko juga tidak berani menonjolkan dirinya.

Iblis tinggi besar berkulit hitam ini memang mempunyai seorang saudara, seorang adik yang kaya raya dan terkenal dengan sebutan Bouw wan-gwe (hartawan Bouw), yang tinggal di kota raja. Akan tetapi, adiknya ini sejak muda tidak suka kepada kakaknya yang mempunyai kebiasaan dan kesukaan yang lain dari pada dia. Kalau dia sejak kecil tekun berdagang dan mencari uang, kakaknya itu lebih suka berkeliaran, belajar ilmu silat, bergulang-gulung dengan orang-orang jahat.

Maka Bouw wan-gwe inipun diam-diam merasa tidak suka kepada Pat-pi Mo-ko! Bouw Kim Seng, biarpun dengan terpaksa karena takut dia juga memberi uang dan bahkan membelikan rumah untuk kakaknya itu. Dan pada suatu hari, Bouw wan-gwe memperkenalkan kakaknya itu dengan Phang-taijin, jaksa di kota raja yang pada waktu itu membutuhkan bantuan seorang yang berkepandaian tinggi, yaitu untuk menyingkirkan beberapa orang musuhnya.

Sebagai seorang jaksa, Phang-taijin mempunyai tiga orang musuh, dua diantaranya adalah sesama rekannya yang menentangnya karena persoalan sogokan orang yang terlibat dalam perkara dan dua orang itu mengancam untuk melaporkan kecurangannya dalam menangani perkara itu kepada atasan. Yang seorang lagi adalah seorang penjahat yang merasa dilakukan tidak adil secara sewenang-wenang oleh Phang-taijin.

Melihat bahwa kedudukan jaksa Phang-taijin akan dapat melindunginya, maka dengan senang hati Pat-pi Mo-ko Bouw Kim Seng memenuhi permintaan ini dan dengan mudah dia dapat membunuh tiga orang musuh yang membahayakan keselamatan Phang-taijin itu tanpa ada yang mengetahui dan menyangkanya.

Mulai saat itulah Pat-pi Mo-ko menjadi orang kepercayaan Phang-taijin. Pat-pi Mo-ko melindungi pembesar itu dari para saingannya, sebaliknya pembesar itu melindungi si penjahat untuk bersembunyi di kejaksaan. Bahkan dengan mudahnya Pat-pi Mo-ko menghubungi para tokoh penjahat di ibu kota, menguasai mereka dan menekan mereka agar mereka semua melakukan operasi di luar kota raja.

Dengan demikian, mereka tidak akan bentrok dengan kedudukan dan tugas Phang-taijin, sebaliknya pembesar inipun menutupkan matanya terhadap pembantunya yang menjadi raja tanpa mahkota diantara para tokoh penjahat di kota raja.

Ketika Pat-pi Mo-ko berhubungan dengan Su Tong Hak, dia berhasil menguasai dua peta yang berada di tangan Su Tong Hak dan Ciang Kim Su dan dengan perjanjian akan bekerja sama dan memperoleh bagian masing-masing, mereka berdua lalu mencari tempat rahasia menurut petunjuk peta itu. Namun, hasilnya selalu nihil dan gagal!

Sampai berbulan-bulan mereka mencari-cari, namun ternyata peta itu tidak membawa mereka ke tempat penyimpanan harta karun yang diidam-idamkan itu. Apalagi kunci emas belum juga dapat ditemukan. Mereka mendengar tentang kunci emas ini baru belakangan ini dan ketika Pat-pi Mo-ko mengutus orangnya menuju ke dusun Cin-bun-tang di daerah An-keng, utusan itu kembali dengan tangan kosong mengatakan bahwa kakek petani itu dan isterinya telah tidak ada lagi di dusun. Isterinya terbunuh orang jahat dan kakek itu sendiri lenyap tanpa ada yang mengetahui kemana perginya!

Tentu saja Pat-pi Mo-ko menjadi penasaran, marah dan kecewa. Sampai akhirnya dia mendengar dari sisa anak buah Liong-kut-pian Ban Lok yang dilaporkan oleh para pembantunya bahwa Ban Lok dan kawan-kawannya yang telah membunuh suami isteri petani itu juga betapa Ban Lok terbunuh oleh seorang pemuda dan seorang gadis yang lihai sekali, juga bahwa diduga, kunci emas itu berada di tangan pemuda dan dara itu.

Maka mulailah anak buahnya melakukan pengejaran dan pencarian, juga dia mengutus muridnya untuk mendekati mereka setelah dia mendengar bahwa pemuda itu adalah Pendekar Sadis!

Harta Karun Jenghis Khan







Tidak ada komentar: