*

*

Ads

Kamis, 28 Desember 2017

Harta Karun Jenghis Khan Jilid 16

Akal Kim Hong ini berhasil. Tadinya, kepala gerombolan yang sudah mendengar betapa pemuda sastrawan itu pernah mengalahkan Hai-pa-cu, bermaksud untuk lebih dulu mengeroyok dan membunuh si pemuda, baru kemudian, menawan gadis itu seperti yang telah diperintahkan kepadanya.

Akan tetapi, mendengar ucapan Kim Hong dan melihat betapa manisnya gadis itu tersenyum kepadanya, dengan janji yang demikiain mesra, diapun tak mampu menahan gejolak hatinya lagi. Bagaimanapun juga, dia percaya kepada kepandaiannya sendiri dan kepada kekuatan anak buahnya yang sebenarnya adalah beberapa orang sutenya dan murid-muridnya.

"Ha-ha-ha, bagus sekali! Nona manis, engkau agaknya belum pernah mendengar nama Tiat-ciang Lui Cai Ko, maka berani menantangku. Bersiaplah untuk menciumku sepuasnya, ha-ha-ha!"

Setelah tertawa bergelak, dia memberi isyarat kepada dua orang sutenya untuk membantunya, sedangkan kepada tujuh orang muridnya dia berkata tegas,

"Bunuh kutu buku itu!"

Tujuh orang kasar itu adalah murid-murid pilihan dari Tiat-ciang Lui Cai Ko. Mendengar perintah suhu mereka, tujuh orang ini lalu mencabut pedang masing-masing dan dengan gerakan gagah mereka melintangkan pedang di depan dada, lalu memasang kuda-kuda yang nampak kokoh kuat.

Kuda-kuda mereka bermacam-macam, ada yang memasang kuda-kuda dengan kedudukan kaki Jao-pian-se, Tu-li-se, Kung-se biasa atau Su-se, dengan kedudukan pedang yang bermacam-macam pula. Ada yang dilintangkan di depan dada, ada yang diangkat ke atas kepala, ada yang menuding ke bumi dan ada yang menjulang ke langit.

Akan tetapi, rata-rata mereka itu memiliki kuda-kuda yang indah dan kuat, tanda bahwa mereka telah memiliki ilmu pedang yang bukan sembarangan.

Melihat ini, diam-diam Kok Siang terkejut juga. Dia pernah mendengar nama Tiat-ciang (Tangan Besi) Lui Cai Ko itu, seorang begal atau perampok tunggal yang pernah membuat nama besar di sebelah utara kota raja. Maka dia amat mengkhawatirkan keadaan Kim Hong dan karena dia dapat melihat dari gerakan para pengepungnya yang tujuh orang itu bahwa mereka adalah orang-orang yang merupakan lawan tangguh, maka Kok Siang tidak berani bersikap ceroboh.

Diapun cepat mengeluarkan sepasang senjatanya, yaitu Im-yang Siang-pit (Sepasang Tangkai Pena Im Yang), yang kiri terbuat dari pada perak dan yang kanan terbuat dari pada emas. Dan sepasang pit ini memang benar-benar dapat dipergunakan untuk menulis di samping untuk senjata.

Melihat betapa pemuda itu mengeluarkan senjata sepasang pit itu, tiba-tiba seorang di antara para pengepung itu berseru,

"Kiranya engkau adalah Im-yang Siang-pit Bu Siucai!"

Memang sebenarnya, nama pemuda sastrawan itu banyak dikenal di dunia kang-ouw. Yang membuat dia terkenal, pertama adalah gurunya dan ke dua adalah sepasang senjatanya itulah. Gurunya adalah datuk kaum sesat di utara, yaitu Pak-san-kui, biarpun pemuda ini tidak menerima datuk itu sebagai guru langsung. Pak-san-kui tertarik melihat bakat pemuda ini dan menurunkan beberapa macam ilmunya yang tinggi, sedangkan Bu Kok Siang juga hanya tertarik akan ilmu silat yang tinggi dari datuk itu, akan tetapi dia tidak suka melihat cara hidup gurunya sehingga setelah menerima pelajaran ilmu-ilmu yang tinggi, terutama ilmu Im-yang Siang-pit itu, diapun melepaskan diri dan tidak pernah mau berdekatan atau mencampuri urusan suhunya yang terkenal sebagai seorang datuk sesat.

Dan di dunia kang-ouw, pemuda yang telah mempunyai titel siucai ini, yang menerima ilmu silat tinggi dari seorang datuk sesat, menggunakan senjatanya untuk menentang kejahatan itu sendiri. Maka nama julukannya adalah sepasang senjatanya itu yang lebih dikenal orang dari pada wajahnya. Kalau dia tidak mengeluarkan senjatanya itu, jarang ada yang mengenal mukanya.

"Hemm, bagus kalian mengenal senjataku. Lui Cat Ko adalah seorang perampok tunggal yang jahat, maka anak buahnya tentulah bukan manusia baik-baik!" kata Kok Siang sambil memasang kuda-kuda dan mengangkat pit emas di atas kepala, menunjuk ke langit, sedangkan pit perak dipegang ke bawah, menuding bumi. Inilah kuda-kuda yang dinamakannya Seng-thian Jip-te (Naik ke langit, Masuk ke tanah), pembukaan dari pada ilmu silat Im-yang Siang-pit.

Tujuh orang murid utama dari Tiat-ciang Lui Cai Ko itu menjadi marah mendengar ucapan ini dan dengan dahsyat merekapun mulai menerjang dengan pedang mereka. Setiap gerakan mereka cukup dahsyat karena memang Tiat-ciang Lui Cat Ko, selain terkenal memiliki sepasang tangan yang kuat dan keras seperti besi sehingga dia berjuluk Tiat-ciang, juga merupakan seorang ahli silat pedang yang tangguh.






Melihat datangnya serangan yang bertubi-tubi itu, yang membawa kilatan sinar pedang yang bergulung-gulung dan menyambar-nyambar ganas, Kok Siang cepat menggerakkan tubuhnya dan sekarang pemuda sastrawan ini baru memperlihatkan kepandaiannya. Gerakannya cepat bukan main dan ternyata sepasang senjatanya itu mengandung tenaga yang berlawanan.

Sepasang senjatanya diputar melindungi tubuhnya dan setiap kali pedang lawan bertemu dengan kim-pit (Pit emas) maka terdengar suara nyaring dan pedang itu tentu terpental keras, sebaliknya kalau bertemu dengan ghi-pit (Pit perak) tidak terdengar suara, akan tetapi tenaga si pemegang pedang seperti lenyap, seolah-olah pedang mereka bertemu benda lunak atau seperti membacok atau menusuk air saja.

Selain melindungi tubuhnya, juga sepasang pit itu mengirim serangan balasan berupa totokan-totokan ke arah jalan darah yang tidak kalah dahsyatnya, membuat tujuh orang itu berputaran saling melindungi teman sendiri. Terjadilah pertandingan keroyokan yang amat seru, namun sedikit juga pemuda sastrawan yang dikeroyok tujuh itu tidak nampak kewalahan!

Di lain pihak, Kim Hong yang dihadapi oleh Tiat-ciang Lui Cai Ko dan dua orang sutenya itu, menarik napas lega. Kalau si juling ini yang diduganya paling lihai telah menghadapinya dan tidak ikut mengeroyok, ia tidak begitu mengkhawatirkan keadaan pemuda itu. Apalagi setelah ia melihat cara Kok Siang memutar sepasang pitnya, membuat ia merasa yakin bahwa pemuda itu akan dapat mengatasi para pengeroyoknya, walaupun tujuh orang pengeroyok itu tidak boleh dipandang ringan.

Setelah ia tidak lagi mengkhawatirkan pemuda keponakan mendiang Louw-siucai itu, Kim Hong dengan tersenyum tenang menghadapi tiga orang calon lawannya. Tidak seperti tujuh orang yang bertugas membunuh Kok Siang, si juling bersama dua orang sutenya itu tidak mengeluarkan senjata. Mereka bertugas untuk menawan nona ini hidup-hidup, dan hal inipun diketahui baik-baik oleh Kim Hong. Para penjahat itu tidak membutuhkan dirinya, melainkan kunci emas, maka tentu saja mereka tidak akan membunuhnya sebelum mereka menemukan kunci emas itu!

Tiat-ciang Lui Cai Ko juga sudah mondengar bahwa nona ini pandai ilmu silat dan biarpun dia tidak merasa takut, akan tetapi diapun tidak berani memandang rendah. Maka diapun lalu menubruk ke depan sambil menampar dengan tangan kirinya, sedangkan tangan kanannya sudah mencengkeram ke arah pundak nona itu.

Tamparan tangan kirinya itu antep sekali dan agaknya jagoan ini memang telah mengerahkan tenaga dan mempergunakan tenaga sakti Tiat-ciang-kang (Tenaga Tangan Besi) untuk menggertak. Telapak tangan orang she Lui ini nampak hitam kehijauan. Belasan tahun dia melatih kedua tangannya itu, setiap hari menggunakan telapak tangan untuk memukuli bubuk besi dan pada malam harinya merendam kedua tangan itu ke dalam adonan bubuk besi dengan racun yang membuat tangan itu selain kuat, juga beracun dan amat berbahaya bagi lawan.

Demikian kuat dan kerasnya telapak tangan Lui Cai Ko ini sehingga kedua telapak tangannya tidak hanya mampu memukul hancur batu karang seperti sepasang palu besi yang kuat, akan tetapi juga mampu menangkis senjata tajam tanpa khawatir terluka! Itulah sebabnya maka dia terkenal dengan julukan Tiat-ciang (Si Tangan Besi).

"Wuuuttt...! Plakk!"

Kim Hong mengelak dengan mudah dan membiarkan tamparan itu lewat, kemudian ketika cengkeraman tangan kanan itu sudah mendekati pundaknya, tangan kirinya menyambar dari bawah, bukan menangkis melainkan menampar dengan tangannya ke arah sambungan siku tangan kanan itu. Biarpun tamparan itu tidak dilakukan dengan sepenuh tenaga, namun sambungan siku bagian bawah yang seperti hanya diusap itu, tiba-tiba terasa nyeri dan lengan kanan itu seperti menjadi lumpuh seketika!

Tentu saja Lui Cai Ko tidak dapat melanjutkan cengkeramannya, bahkan mengeluarkan seruan kaget dan cepat melompat ke belakang dengan mata terbelalak. Tak disangkanya bahwa wanita itu sedemikian hebatnya, dalam segebrakan saja membuat lengan kanannya terasa lumpuh! Hanya orang yang berilmu sangat tinggi sajalah yang begitu tenangnya menghadapi cengkeraman mautnya, bukan mengelak atau menangkis untuk menghadapinya, melainkan mendahului menyerang siku sehingga lengan itu menjadi lumpuh dan tentu saja serangan cengkeraman itupun gagal.

Kim Hong hanya berdiri tenang sambil tersenyum. Ia maklum akan kelihaian Tiat-ciang Lui Cai Ko ini, akan tetapi tentu saja ia tidak merasa gentar, yakin benar akan kelebihannya dibandingkan dengan tiga orang pengeroyoknya.

Dua orang sute dari Si Tangan Besi segera menyerang dari kanan kiri, bukan menyerang untuk merobohkan, melainkan untuk membuat nona itu tidak berdaya dan dapat ditawan. Merekapun, seperti suheng mereka, mendapat perintah untuk menawan si nona cantik ini.

Namun, Kim Hong dapat menghindarkan diri dari tubrukan kanan kiri itu dengan langkah-langkah ajaibnya. Dengan seenaknya saja kedua kakinya bergeser, melangkah mundur maju dan tubrukan-tubrukan mereka itu semua hanya mengenai tempat kosong saja walaupun tadinya nampak seolah-olah akan berhasil.

Kok Siang juga mengamuk dan sepasang pit-nya menyambar-nyambar seperti sepasang naga. Lewat tiga puluh jurus saja, dua orang diantara para pengeroyoknya telah roboh tertotok sehingga lima orang sisa pengeroyoknya menjadi agak gentar.

Di lain pihak, Kim Hong mempermainkan tiga orang pengeroyoknya dengan langkah-langkah ajaibnya yang membuat Tiat-ciang Lui Cai Ko dan dua orang sutenya kewalahan dan juga semakin penasaran. Mereka menubruk dan mencoba untuk menangkap, akan tetapi jangankan orangnya, ujung baju gadis itupun tak pernah dapat tersentuh oleh tangan mereka.

Hal ini membuat mereka menjadi penasaran dan marah sehingga kini mereka tidak hanya menubruk dan mencoba untuk menangkap saja, melainkan juga mulai menyerang dengan sungguh-sungguh untuk morobohkan nona yang amat lincah itu. Betapapun juga, makin ganas mereka bergerak, makin cepat pula nona itu mengelak, sehingga pandang mata mereka seperti kabur dan kadang-kadang mereka tidak tahu kemana nona itu mengelak atau bergerak.

"Duk-duk-duk-dukk...!"

Empat kali Lui Cai Ko terpaksa menangkis sambil mundur terdesak hebat. Padahal, sejak menampar sikunya tadi, baru sekaranglah Kim Hong membalas serangan tiga orang lawannya yang bertubi-tubi sampai tigapuluh jurus itu! Dan sekali membalas, Kim Hong telah mendesak Si Tangan Besi dengan empat kali tamparan berturut-turut. Setiap tamparan mengandung tenaga sin-kang yang membuat tubuh si gendut yang rambutnya riap-riapan itu terhuyung-huyung.

Melihat ini dua orang sutenya cepat menubruk dari kanan kiri membantu, akan tetapi Kim Hong menanti sampai keduanya menyerang dekat, lalu tiba-tiba tubuhnya meloncat ke atas dan kedua kakinya terpentang ke kanan kiri. Itulah tendangan yang istimewa sekali, yang sekaligus menghantam dada kedua orang yang menyerang dari kanan kiri itu, mendahului serangan mereka dengan tangan yang belum sampai!

"Dess! Desss!"

Tubuh dua orang itu terlempar ke kanan kiri dan mereka menyeringai karena dada mereka terasa sesak dan napas mereka seperti berhenti. Sambil memegangi dada mereka bangkit dan mata mereka menjadi merah. Juga Lui Cai Ko marah sekali. Tak disangkanya bahwa dia, jagoan yang terkenal, dibantu oleh dua orang sutenya, bukan hanya tidak mampu menawan gadis ini, bahkan mereka bertiga sudah mengalami malu karena terpukul dan tertendang oleh gadis itu.

Akan tetapi, ada kekuasaan yang lebih tinggi dari pada Lui Cai Ko yang membuat dia masih ingat akan perintah yang diberikan kepadanya. Dia tidak berani melanggar perintah itu hanya karena perasaan pribadi yang marah dan penasaran. Dia tidak berani mempergunakan senjata untuk menyerang, tidak berani melukai apalagi membunuh wanita ini karena hal itu berarti melawan perintah dan dia merasa ngeri untuk mempertanggung jawabkan hal itu. Maka, biarpun dia merasa marah dan mendongkol sekali, terpaksa dia lalu membuka mulut dan terdengarlah suara suitan panjang dan nyaring keluar dari mulut si gendut ini.

Kim Hong terkejut dan menduga-duga apa maksud tanda rahasia itu. Memanggil kawan? Dia tentu merasa kewalahan dan memanggil kawannya, pikir Kim Hong. Mungkinkah sekarang ia memperoleh kesempatan untuk berhadapan dengan kepala penjahat yang mendalangi ini semua dan yang menguasai peta? Jantungnya berdebar tegang dan iapun menanti saja.

Ia mengerling ke arah Kok Siang dan melihat bahwa lawan pemuda itu kini tinggal empat orang lagi karena yang tiga telah roboh oleh pena sastrawan yang lihai itu, dan empat orang itupun kini mundur sambil mengepung setelah mendengar guru mereka mengeluarkan suara bersuit tadi.

Harta Karun Jenghis Khan







Tidak ada komentar: