*

*

Ads

Kamis, 17 Agustus 2017

Pendekar Sadis Jilid 184

Kim Hong tersenyum.
"Tidak perlu sungkan, locianpwe. Saya kira locianpwe tidak memiliki permusuhan pribadi dengan Pendekar Sadis, melainkan karena sebagai tamu di Kun-lun-pai maka locianpwe hendak melakukan kewajiban sebagai seorang tamu dan sahabat baik Kun-lun-pai untuk melawannya, bukan? Dan locianpwe juga menganggap bahwa peristiwa di Kun-lun-pai yang menyebabkan kematian Jit Goat Tosu disebabkan oleh kesalahan Pendekar Sadis, maka untuk itu pula kini locianpwe hendak melawannya, bukan?"

Tentu saja kakek itu merasa enak dituntun seperti itu, dicarikan alasan yang demikian tepat dan kuat, maka diapun mengangguk dan berkata,

"Benar... benar sekali, nona."

Dia tidak tahu bahwa dia dituntun ke dalam perangkap oleh gadis yang pandai itu. Setelah kakek itu menjawab demikian, Kim Hong tertawa, menutupi mulut dengan tangan kirinya.

"Nah, ketahuilah, locianpwe, yang bertanggung jawab atas peristiwa yang terjadi di Kun-lun-pai itu adalah aku! Jit Goat Tosu adalah supekku, juga musuhku dan karena akulah maka dia membunuh diri. Pendekar Sadis hanya menemaniku saja memasuki Kun-lun-pai. Oleh karena itu, kalau engkau hendak maju, bukan Pendekar Sadis lawanmu melainkan aku! Nah, aku sudah siap, locianpwe, majulah dan mari kita main-main sebentar!"

Tentu saja Liang Sim Cinjin menjadi terkejut. Dia memang sudah tahu akan hal itu, akan tetapi sama sekali tidak pernah dibayangkannya bahwa dia harus bertanding melawan gadis muda ini. Kalau dia tahu bahwa dia harus melayani gadis ini, tentu dia akan berpikir dua kali untuk maju. Bukan takut kalah, melainkan baru maju saja sudah harus malu.

Masa seorang tokoh besar seperti dia, seorang kakek yang menduduki tempat tinggi di dunia kaum pendekar, kini harus menandingi seorang gadis remaja? Dia tidak tahu sama sekali bahwa yang dihadapinya itu bukanlah sembarang gadis remaja, melainkan orang yang pernah menjadi Lam-sin dan yang telah menggegerkan dunia persilatan dengan sepak terjangnya sebagai datuk kaum sesat di dunia selatan!

"Kecuali kalau locianpwe merasa takut untuk melawanku, boleh saja locianpwe mundur, biar diganti oleh siapa saja yang lebih berani!"

Memang pandai sekali Kim Hong. Setelah memojokkan kakek itu sehingga kakek itu tidak mungkin memaksa Thian Sin untuk melawannya, kini dia memaksa pula kakek itu agar tidak mundur kembali. Gadis ini tidak ingin melihat Thian Sin seorang diri saja menghadapi mereka semua itu, kalau sampai terjadi perkelahian satu lawan satu secara bergiliran. Bagaimanapun juga, ialah yang menyebabkan Thian Sin dihadapi oleh para pendekar untuk diadili!

"Nona muda, kesombonganmu tidak kalah oleh Pendekar Sadis agaknya. Kalau aku tidak mau melayanimu, tentu semua orang akan mentertawakan dan menganggap aku benar-benar takut. Nah, majulah dan ingin kulihat apakah benar penuturan para pimpinan Kun-lun-pai bahwa engkaupun memiliki ilmu kepandaian yang amat lihai."

"Locianpwe ingat bahwa kami datang bukan untuk mencari permusuhan, melainkan kalian semua di sinilah yang sengaja mengajak berkelahi. Kalau locianpwe dan semua orang disini tidak menantang, kamipun akan pergi dengan aman. Kalau sebaliknya locianpwe mengajak mengadu ilmu, majulah dan tidak perlu sungkan-sungkan lagi, aku sudah siap!"






Bocah ini sungguh tekebur, pikir Liang Sim Cinjin, akan tetapi pandai bicara dan sikapnya seolah-olah seorang yang memiliki kedudukan tinggi menghadapi lawan yang seimbang atau setidaknya lebih tinggi daripada tingkatnya. Pantasnya bukan sikap seorang gadis remaja, melainkan seorang locianpwe. Dia tidak tahu bahwa sikap itu adalah sikap Lam-sin, datuk kaum sesat bagian selatan!

"Nona muda, jagalah seranganku ini!" bentaknya halus dan diapun mulai melangkahkan kakinya maju dan mengirim pukulan dengan telapak tangan kiri, menampar ke arah pundak.

Pukulan yang kelihatannya sederhana dan sembarangan saja, akan tetapi begitu tangan itu bergerak, terdengar suara bercuitan yang nyaring dan tentu saja Kim Hong segera mengenal ilmu pukulan ampuh yang mengandung tenaga sin-kang yang amat kuat. Maka cepat iapun mengelak.

Akan tetapi gerakan kakek itu ternyata cepat dan otomatis karena begitu dielakkan pukulan pertama itu Kim Hong merasakan adanya sambaran angin keras sekali dari arah kirinya dan ternyata kakek itu sudah menggerakkan topi capingnya yang bundar itu. Angin berdesir diikuti suara berdesing ketika caping itu menyambar ke arah leher Kim Hong.

Kembali Kim Hong mengelak, mempergunakan gin-kangnya yang memang istimewa itu sehingga sekali tubuhnya berkelebat sambaran caping itupun tidak mengenai sasaran dan kini Kim Hong cepat pula membalas dengan tamparan jari tangannya.

"Plak-plak-plak!" Tiga kali berturut-turut ia menampar dan tiga kali pula kakek itu dapat menangkis.

Liang Sim Cinjin terkejut ketika merasa betapa tangan lawan itu lunak sekali, akan tetapi kelunakan yang membuat tenaga sin-kangnya sendiri seolah-olah besi bertemu dengan kapas, tenaganya seperti tenggelam dan tidak menimbulkan bekas apa-apa. Tahulah dia bahwa lawannya itu pandai mempergunakan Ilmu Bian-kun, semacam ilmu silat yang menggunakan tenaga lemas yang dinamakan Tangan Kapas, namun sesungguhnya merupakan sin-kang tingkat tinggi yang selain dapat dipergunakan untuk melawan sin-kang yang sifatnya keras, juga bahkan berani dipakai menyambut senjata lawan.

Maka kakek ini berlaku hati-hati, akan tetapi diapun cepat mengirim serangan bertubi-tubi dengan tangan kirinya, dengan capingnya, juga dengan kedua kakinya yang mengirim tendangan-tendangan berantai.

Kakek ini terkenal sekali dengan langkah-langkah Cap-sha-seng-pouw (Tiga Belas Bintang) dan ke manapun lawan menyerang tubuhnya dan menghindarkan dengan menggunakan langkah-langkah ajaib itu. Dan hebatnya, dengan langkah-langkah itu, bukan hanya dia pandai menghindarkan serangan, bahkan juga dapat langsung dan secara kontan keras membalas setiap serangan lawan hanya dengan langkah-langkah ajaib itu.

Setelah lawan mempergunakan langkah-langkah ajaib, terutama sekali dengan adanya serangan-serangan hebat dengan senjata caping, Kim Hong menjadi repot juga. Belum pernah ia menghadapi senjata seperti itu, yang kadang-kadang dapat berputar dengan cepatnya dan mengeluarkan suara mengiang-ngiang dan berdesing-desing dan juga harus diakuinya bahwa langkah-langkah ajaib kakek itu benar-benar luar biasa sekali.

Bahkan keunggulannya dalam hal gin-kang tidak banyak menolong. Gerakannya memang lebih cepat, akan tetapi dengan langkah-langkah aneh, tahu-tahu kakek itu sudah berada di belakangnya dan sudah menghujaninya dengan serangan-serangan dahsyat!

Beberapa kali hampir saja ia menjadi korban serangan tiba-tiba yang tidak tersangka-sangka datangnya itu. Biarpun ia sudah membalas dengan serangan-serangan dahsyat juga, namun tetap saja perpaduan antara senjata caping dan langkah-langkah ajaib itu membuatnya benar-benar kewalahan.

"Srattt..." tiba-tiba nampaklah sepasang sinar hitam berkelebat dan ternyata Kim Hong telah mencabut keluar Hok-mo Siang-kiam, sepasang pedang hitamnya.

Dua batang pedang hitam itu segera digerakkan dengan kecepatan kilat, lenyap bentuk pedangnya dan yang nampak hanyalah gulungan sinar hitam yang menyambar-nyambar, yang segulung menahan gerakan caping setiap kali menyambar ke arahnya dan yang ke dua membalas dengan serangan balasan yang dahsyat pula.

Akan tetapi, tentu saja Kim Hong juga menjaga perasaan Thian Sin dan ia tidak mau kalau sampai pedangnya melukai apalagi membunuh lawan. Oleh karena itu, begitu ia sudah berhasil memecahkan desakan lawan dan berbalik ia kini mendesak dengan ilmu Pedang Hok-mo Kiam-sut yang lihai, tiba-tiba ia melihat bayangan caping menyambar ke arah kepalanya.

Ia tidak menangkis, melainkan cepat menundukkan kepala dan gerakan kepalanya yang mengelak ini dilakukan dengan keras-keras. Lawannya hanya mengira bahwa gadis itu mengelak dengan menggerakkan kepala, tidak tahu bahwa dengan gerakan kepala itu, tiba-tiba sanggul rambut Kim Hong terlepas, dan gumpalan rambut itu mengirim totokan ke arah pergelangan tangan lawan!

"Tukkk! Ahhhhh...!"

Liang Sim Cinjin sama sekali tidak pernah mengira akan serangan hebat ini dan tahu-tahu pergelangan tangannya sudah tertotok, membuat jari-jari tangannya yang memegang caping menjadi lumpuh dan tentu saja caping itu terlepas dari pegangannya. Ketika dia hendak menyambar caping itu dengan tangan, dua sinar pedang menghalangnya. Terpaksa dia meloncat mundur dan caping itu menggelinding di atas tanah.

Kakek itu menarik napas panjang dan berkata,
"Sungguh luar biasa sekali kepandaian nona. Aku yang sudah tua dan tidak berguna ini mengakui keunggulanmu!"

Kim Hong menyimpan sepasang pedangnya dan menjura sambil tersenyum.
"Terima kasih, locianpwe telah mengalah, dan akupun tidak ingin bermusuh dengan siapapun juga kecuali orang-orang yang berbuat jahat. Aku tidak berani mengangkat diri sebagai pendekar, akan tetapi saat ini tidak ada sedikitpun niat jahat dalam hatiku." Dan iapun mundur.

Thian Sin meloncat maju ke depan.
"Kuharap cu-wi sekalian dapat menginsyafi keadaan kami berdua. Kami tidak sengaja memusuhi Kun-lun-pai, dan tentang sikap kami terhadap para penjahat, hal itu tidak ada sangkut-pautnya dengan orang lain. Akan tetapi, kami telah datang ke sini untuk mempertanggung jawabkan semuanya, bukan untuk membiarkan diri ditangkap karena kami tidak merasa bersalah. Maka, kalau masih ada yang penasaran dan hendak memberi hukuman kepadaku, silakan maju, selagi aku berada disini!"

Kata-kata ini cukup keras dan wajah kedua orang pemimpin Kun-lun-pai sudah berubah merah karena penasaran dan marah melihat betapa dua orang diantara tamu-tamu mereka telah dikalahkan oleh dua orang muda pengacau itu.

Kesalahan-kesalahan lama dari Pendekar Sadis belum diadili, kini telah dibuatnya kesalahan-kesalahan baru dengan menandingi dan mengalahkan tamu-tamu terhormat dari Kun-lun-pai yang berarti menghina Kun-lun-pai pula! Mereka sudah bangkit dan hendak maju, akan tetapi pada saat itu, Han Tiong sudah meloncat ke depan. Wajah pemuda ini agak pucat ketika dia menghadapi Thian Sin.

"Bagus sekali, Ceng Thian Sin! Engkau memang gagah perkasa! Nah, coba kau perlihatkan bagaimana engkau akan membunuh aku!"

Setelah berkata demikian, Han Tiong sudah maju menyerang dengan totokan It-sin-ci (Totokan Satu Jari), tujuh kali berturut-turut.

"Tiong-ko... jangan...!"

Thian Sin mengelak ke sana-sini dan karena dia tidak mau melawan, tentu dia akan terkena totokan-totokan maut itu kalau saja tidak tiba-tiba Kim Hong menarik lengannya dari belakang.

"Tiong-ko... jangan mengangkat tangan terhadap diriku..." Thian Sin meratap, suaranya terdengar penuh kepiluan.

"Agaknya hanya kalau aku menyerahkan nyawa kepadamu maka engkau akan puas!" kata Han Tiong dan dia sudah menerjang lagi.

"Dukkk...!" Kim Hong yang menangkis.

"Bagus, kalian berdua boleh maju dan membunuhku, lebih baik begitu!" kata Han Tiong kepada kedua orang itu.

Keadaan menjadi tegang sekali dan saat itu dipergunakan oleh Kui Yang Tosu untuk berseru dengan lantang.

"Saudara-saudara sekalian, ketahuilah bahwa Nona Toan Kim Hong ini bukan lain adalah Lam-sin, datuk kaum sesat dari dunia selatan itu! Nah, kalau sahabatnya adalah Lam-sin, mudah kita ketahui manusia macam apa adanya Pendekar Sadis."

Sebelum Thian Sin menjawab, Kim Hong sudah mendahuluinya, bukan jawaban langsung kepada Kui Yang Tosu, melainkan ditujukan kepada semua orang yang hadir di tempat itu, suaranya lantang, sikapnya menantang,

"Benar sekali! Memang aku pernah menjadi Lam-sin! Akan tetapi kini Lam-sin telah tidak ada, yang ada hanyalah Toan Kim Hong! Semenjak aku berjumpa dengan Pendekar Sadis, telah kuenyahkan Lam-sin dan Bu-tek Kai-pang telah kububarkan. Pendekar Sadis yang telah membuat aku sadar dan meninggalkan dunia hitam!"

Thian Sin yang melihat kakaknya sudah maju, kini tidak mau banyak ribut lagi. Dia menarik tangan Kim Hong sambil berkata,

"Sudahlah, Kim Hong. Mari kita tinggalkan orang-orang yang baik-baik ini, kita orang-orang yang jahat tidak ada harganya untuk berbincang-bincang dengan orang-orang yang baik-baik dan bersih ini. Tiong-ko, maafkan aku, sungguh tak kusangka akan begini jadinya diantara kita. Maafkan, Tiong-ko..."

Suaranya mengadung isak dan dia sudah menarik tangan Kim Hong, diajaknya pergi dengan cepat dari tempat itu.

Kui Yang Tosu yang sudah marah itu lalu berseru,
"Kejar mereka!"

"Tahan...!"

Tiba-tiba Han Tiong berteriak dan diapun sudah melompat ke depan dan menghadang Kui Yang Tosu dan yang lain-lain. Semua orang memandang kepadanya dan Kui Yang Tosu mengerutkan alisnya.

"Cia-taihiap, apakah sekarang engkau berbalik hendak melindunginya?"

Han Tiong menggelengkan kepalanya.
"Tidak, akan tetapi lupakah totiang bahwa totiang mengundang kami untuk rapat besok pagi dimana akan dibicarakan tentang Pendekar Sadis? Mereka yang berkepentingan belum datang, rapat belum diadakan, keputusan belum diambil, apakah totiang kini sudah hendak melakukan tindakan tanpa adanya keputusan rapat terlebih dahulu? Apakah totiang atau Kun-lun-pai hendak membelakangi Cin-ling-pai dan Lembah Naga?"

Semua orang terkejut dan Kui Im Tosu berseru,
"Siancai... siancai... siancai...! Sute, kesabaran harus diutamakan, hati boleh panas akan tetapi kepala harus dingin. Ucapan Cia-taihiap memang tepat. Kita harus menanti sampai rapat besok."

Kui Yang Tosu merangkap kedua tangan depan dada sambil berkata,
"Siancai... pinto mohon maaf..."

Sambil menanti datangnya esok hari, Han Tiong menyendiri di dalam markas Kun-lun-pai itu. Dia merasa berduka sekali dan juga bingung memikirkan Thian Sin. Dia membutuhkan nasihat orang-orang tua dan dia mengharapkan kedatangan ayahnya dan juga ketua Cin-ling-pai. Dia sendiri kini tidak mungkin dapat mempertanggung jawabkan perbuatan Thian Sin setelah adiknya itu datang sendiri tadi.

**** 184 ****
Pendekar Sadis







Tidak ada komentar: