*

*

Ads

Kamis, 10 Agustus 2017

Pendekar Sadis Jilid 177

Mereka tidak tahu bahwa sebetulnya Gouw Gwat Leng amat mencinta sutenya, yaitu Toan Su Ong. Mereka berdua telah mewarisi ilmu-ilmu silat tinggi dari guru mereka. Sayang sekali bahwa Toan Su Ong kemudian dinyatakan sebagai pemberontak karena terlalu berani menentang kebijaksanaan kaisar. Sebetulnya, kalau kaisar menghendaki, dengan pengerahan bala tentara, apa sukarnya menangkap dan membunuh seorang manusia saja, betapapun lihainya dia itu?

Gouw Gwat Long melihat hal ini dan diapun menghadap kaisar dan menyatakan bahwa dialah yang akan mengejar sutenya dan menghalangi sutenya agar tidak memberontak. Dan memang dia melakukan pengejaran. Toan Su Ong tidak berani melawan suhengnya yang menjadi ahli waris bendera pusaka guru mereka, maka diapun terus pergi menyembunyikan diri sampai matinya di Pulau Teratai Merah, terbunuh dalam pertikaian oleh isterinya sendiri.

Dan memang inilah yang dikehendaki oleh Gouw Gwat Leng, yaitu agar sutenya tidak sampai dikeroyok oleh bala tentara dan tidak sampai terbinasa oleh kaisar. Akan tetapi, diapun merasa menyesal dan berdosa karena biarpun dia telah menyelamatkan nyawa sutenya, sebaliknya diapun membuat sutenya hidup merana dan menderita, selalu bersembunyi.

Penyesalan inilah, ditambah kedukaan bahwa sejak muda ia terpaksa harus berpisah dari sutenya yang tercinta, yang membuat Gouw Gwat Leng menjadi semakin berduka ketika mendengar akan tewasnya sutenya itu. Dia lalu pergi ke Kun-lun-pai, minta kepada para tokoh Kun-lun-pai yang menjadi sahabat baiknya untuk menerimanya menjadi tosu dan memberi pelajaran Agama To kepadanya. Diapun menurunkan beberapa ilmu silat tinggi kepada para pimpinan Kun-lun-pai sehingga dia dianggap sebagai saudara tua dan diperbolehkan untuk bertapa di dalam gua-gua di Kun-lun-san.

Ketika puteri sutenya itu menghadapinya sebagai musuh, sampailah Gouw Gwat Leng yang sudah menjadi Jit Goat Tosu itu pada puncak penyesalannya. Puteri sutenya itu sebetulnya merupakan ahli waris tunggal dari ilmu-ilmu perguruan yang berikut bendera pusaka itu.

Akan tetapi gadis itu malah menghina bendera pusaka dan menghadapinya sebagai seorang musuh besar yang menyengsarakan kehidupan ayah gadis itu. Maka, untuk menebus penyesalannya, kakek yang sudah tua sekali itu akhirnya menyimpan bendera pusaka ke dalam tubuhnya dan membunuh diri di depan Kim Hong tanpa penyesalan karena diapun sudah puas melihat puteri sutenya itu menjadi seorang gadis yang demikian lihai, berjodoh dengan seorang pemuda yang lihai pula, bahkan seorang pemuda Cin-ling-pai pula.

Mendengar gerakan di belakang mereka, Thian Sin dan Kim Hong baru sadar dan memutar tubuh. Mereka melihat bahwa di situ telah berdiri dua orang tosu tua yang bukan lain adalah Kui Yang Tosu dan seorang tosu lain yang juga tinggi kurus akan tetapi wajahnya muram tidak segembira wajah Kui Yang Tosu. Mereka dapat menduga bahwa tentu tosu inilah yang menjadi ketua Kun-lun-pai dan memang benar, tosu itu adalah Kui Im Tosu!

Di belakang ketua dan wakil ketua Kun-lun-pai ini berdiri para sute mereka, lalu para murid mereka dari tingkat tertinggi sampai tingkat terbawah. Semua penghuni asrama Kun-lun-pai telah keluar dan menghadapi dua orang muda itu agaknya.

"Siancai, siancai, siancai... Saudara tua Jit Goat Tosu telah tewas dalam keadaan yang menyedihkan sekali..." kata Kui Im Tosu sambil memandang ke arah tubuh kurus yang rebah miring itu dengan nada suara penuh kedukaan dan wajahnya semakin muram.

"Puluhan tahun lamanya beliau tidak pernah mengganggu siapa atau apapun, tidak akan mau membunuh seekor semut, akan tetapi sekarang tewas oleh kekerasan. Di mana Pendekar Sadis tiba di situ tentu ada bekas tangannya yang kejam," kata Kui Yang Tosu, kini senyumnya lenyap dari wajahnya yang biasanya gembira itu.

"Aku yang datang untuk membunuhnya, dia hanya datang menemani dan membantuku!" kata Kim Hong dengan lantang.






"Jit Goat Tosu membunuh diri, kalau tidak mana kalian akan mampu membunuhnya?" kata Kui Yang Tosu. "Akan tetapi bagaimanapun juga, kalian yang telah mendesaknya, sehingga dia membunuh diri."

"Locianpwe, sudah kukatakan bahwa kedatanganku kesini bukan untuk berurusan dengan Kun-lun-pai, melainkan urusan pribadi dengan Jit Goat Tosu yang masih terhitung supekku. Kami membuat perhitungan lama antara dia dan ayahku, dan sama sekali tidak ada sangkut-pautnya dengan Kun-lun-pai. Maka kuminta agar Kun-lun-pai jangan mencampuri urusan pribadi orang lain!"

"Siancai... tidak begitu mudah, nona," kata Kui Yang Tosu yang agaknya lebih pandai bicara daripada suhengnya yang pendiam. "Kami sudah mendengar dan melihat semua. Engkau sebagai murid keponakan telah berani melawan supek, berarti engkau telah mengkhianati bendera pusaka perguruan. Ini termasuk perbuatan jahat sekali. Dan kalian berdua telah menyebabkan kematian seorang saudara angkat kami. Tak mungkin kami mendiamkan saja kejahatan dilakukan orang di wilayah Kun-lun-pai."

"Habis, kalian mau apa?" tanya Kim Hong, nadanya tidak menghormat lagi dan mengandung tantangan.

Kumat lagi sikapnya sebagai Lam-sin yang memandang rendah siapapun juga di dunia ini.

"Siancai!" kata Kui Im Tosu. "Kami terpaksa harus menangkapmu untuk dimintakan pengadilan kepada rapat pertemuan para tokoh kang-ouw!"

"Singgg!"

Kim Hong sudah mencabut pedang hitamnya.
"Bagus! Seekor semutpun kalau diinjak pasti balas menggigit, seekor ayampun kalau akan ditangkap pasti melarikan diri dan seekor harimaupun kalau akan dibunuh pasti melawan. Apalagi manusia! Aku Toan Kim Hong tidak berniat memusuhi Kun-lun-pai, akan tetapi kalau ada yang mendesakku, menangkap atau membunuhku, silakan maju. Jangan disangka aku takut terhadap Kun-lun-pai!"

"Tangkap mereka!" kata Kui Yang Tosu kepada anak buahnya.

Dia tahu bahwa dua orang muda itu lihai sekali, maka dia sendiripun bersama sang ketua sudah siap untuk bantu mengeroyok dan menangkap, walaupun sebagai orang yang berkedudukan tinggi dan tidak tergesa-gesa turun tangan. Dan dia maklum bahwa para murid Kun-lun-pai akan mentaati perintahnya, yaitu menangkap mereka, bukan membunuh. Melihat para tosu dan para murid Kun-lun-pai sudah bergerak, Thian Sin memegang lengan gadis itu.

"Jangan lukai atau bunuh orang. Simpan pedangmu!"

Dalam kemarahannya, Kim Hong masih dapat diingatkan dan cepat iapun menyimpan kembali sepasang pedangnya, kemudian berdiri saling membelakangi dengan Thian Sin, memandang kepada anak murid Kun-lun-pai yang telah mengepung mereka itu.

Ketika para murid Kun-lun-pai itu bergerak maju, keduanya segera mengamuk. Dengan gerakan mereka yang cepat, Kim Hong dan Thian Sin menggerakkan kaki tangan dan merobohkan tanpa membuat mereka terluka parah.

Akan tetapi, segera murid-murid yang tingkatnya lebih tinggi sudah menyerbu, membuat mereka berdua berloncatan ke sana-sini sebelum akhirnya membalas dengan tenaga yang lebih kuat. Para anak buah Kun-lun-pai itu, dari murid-murid kepala sampai murid-murid yang tingkatnya paling rendah, menjadi sibuk sekali seperti sekumpulan semut mengeroyok dua ekor jengkerik yang besar dan setiap gerakan jengkerik-jengkerik itu membuat semut-semut yang mengeroyok terlempar ke sana-sini.

"Mundur!" Tiba-tiba terdengar bentakan nyaring dan berkelebatlah dua bayangan orang.

Kiranya Kui Yang Tosu dan Kui Im Tosu sendiri yang telah maju menghadapi dua orang muda itu. Thian Sin terkejut sekali. Dua orang ketua Kun-lun-pai telah maju sendiri! Permusuhan dengan Kun-lun-pai tak dapat dihindarkan lagi! Dan untuk melarikan diri tidaklah mudah karena dengan rapi para murid Kun-lun-pai telah mengurung tempat itu dengan ketatnya.

"Ji-wi locianpwe," kata Thian Sin dengan suara merendah. "Kami dua orang muda sama sekali tidak berniat untuk bentrok dan bermusuhan dengan Kun-lun-pai, mengapa ji-wi tidak membiarkan kami pergi dengan aman?"

"Hemm, kalian telah membunuh Jit Goat Tosu dan mengatakan tidak berniat memusuhi kami? Kalau benar kalian berniat baik, menyerahlah agar kami bawa ke depan pertimbangan dan pengadilan para tokoh kang-ouw," kata Kui Yang Tosu.

"Kami bukan penjahat!" bentak Kim Hong. "Kalau terpaksa kami melawan Kun-lun-pai, adalah karena kami didesak!"

"Hemm, kalian telah melakukan pembunuhan, masih berani berkata bukan penjahat?"

Kui Im Tosu berseru, dan Kui Yang Tosu sudah menerjang maju disambut oleh Kim Hong. Kui Im Tosu juga maju, disambut oleh Thian Sin.

Kui Yang Tosu terkejut bukan main ketika tangannya bertemu dengan Kim Hong dan dia merasa betapa seluruh lengannya menjadi tergetar hampir lumpuh. Tak disangkanya bahwa murid keponakan dari mendiang Jit Goat Tosu memiliki tenaga sin-kang yang demikian dahsyatnya.

Sebaliknya, dari pertemuan tenaga itupun Kim Hong maklum bahwa ia menghadapi lawan yang berat, maka ia tidak banyak cakap lagi, lalu cepat menyerang dengan kedua pukulan dan kedua kakinya dibantu oleh rambutnya. Kui Yang Tosu bergerak dengan mantap dan tenang, akan tetapi dia terkejut melihat sambaran kuncir rambut yang amat cepat dan kuat itu yang nyaris menotok jalan darah di lehernya.

Cepat tangan kirinya bergerak dan terdengar suara berkerotokan nyaring ketika tasbehnya menyambar ke depan menyambut rambut itu. Kui Yang Tosu balas menyerang, namun semua serangannya dapat dielakkan dengan baik oleh Kim Hong dan mereka bertanding dengan amat seru, dan ternyata bahwa tingkat kepandaian mereka seimbang, hal yang amat mengejutkan wakil ketua Kun-lun-pai itu.

Sementara itu pertandingan antara Thian Sin dan ketua Kun-lun-pai juga terjadi dengan amat seru dan hebatnya. Angin pukulan menyambar-nyambar ganas dan Thian Sin mendapat kenyataan betapa lihainya ketua Kun-lun-pai ini. Dia merasa repot sekali karena tosu yang bersilat dengan amat tenang itu seolah-olah dilindungi oleh hawa murni yang sukar diterobos, amat kuat sehingga semua serangannya, kalau tidak dapat dielakkan atau ditangkis lawan, selalu membentur tenaga yang membuat serangannya menyeleweng.

Akhirnya, secara terpaksa sekali Thian Sin yang tidak ingin bermusuhan dengan Kun-lun-pai itu mengeluarkan ilmu simpanannya. Tiba-tiba dia berjungkir balik dan dengan tenaga dari tanah dia menerjang ke atas dan mempergunakan Ilmu Hok-te Sin-kun.

"Hiaaaaattt...!"

Dia memekik dengan nyaring sekali seketika bersamaan dengan pekik itu, tubuhnya sudah mencelat dari atas tanah dengan serangan yang amat dahsyat.

"Bresss...!"

Ketua Kun-lun-pai menangkis dengan kedua lengannya, akan tetapi kakek ini terlempar sampai empat meter dan biarpun jatuh berdiri, akan tetapi wajah kakek ini pucat dan matanya terbelalak, tanda bahwa dia terkejut bukan main menghadapi serangan yang amat luar biasa itu.

"Kim Hong, lari...!" teriak Thian Sin.

Kim Hong maklum bahwa amat sukarlah melawan dua orang pimpinan Kun-lun-pai itu tanpa merobohkan mereka dengan serangan maut yang amat tidak dikehendakinya, maka tiba-tiba tangan kirinya bergerak dan sinar halus merah menyambar ke arah tubuh jalan darah di tubuh lawan bagian depan.

"Siancai...!"

Kui Yang Tosu berseru kaget dan cepat mengebut dengan kedua lengan bajunya sehingga sinar merah itu runtuh.

Sebatang jarum merah menancap di lengan bajunya. Mempergunakan kesempatan ini, Kim Hong meloncat jauh dan bersama Thian Sin melarikan diri. Para murid Kun-lun-pai hendak mengejar, akan tetapi Kui Im Tosu berseru dengan tenang,

"Jangan kejar!"

Kui Yang Tosu memperlihatkan jarum merah itu kepada suhengnya.
"Suheng mengenal ini?"

Kui Im Tosu memeriksa jarum itu.
"Hemmm, bukankah jarum seperti ini, juga permainan rambut itu, menjadi ilmu yang terkenal dari datuk sesat bagian selatan yang berjuluk Lam-sin?"

Kui Yang Tosu mengangguk-angguk.
"Benar, suheng. Jelaslah bahwa Nona Toan puteri mendiang Pangeran Toan Su Ong itu tentu ada hubungannya dengan Lam-sin. Akan tetapi, menurut berita tingkat kepandaian Lam-sin seperti tingkat para datuk lain, jadi tidak banyak berbeda dengan tingkat kita. Dan gadis itu lihai bukan main, agaknya tidak mudah bagi pinto untuk mengalahkannya, agaknya kami setingkat. Kalau ia murid Lam-sin, apakah ia telah mencapai tingkat seperti gurunya?"

Kui Im Tosu menggeleng kepala.
"Pinto rasa tidak begitu, sute. Menurut perasaan pinto, ia sendirilah Lam-sin itu!"

"Ehh...?"

Kui Yang Tosu memandang kepada suhengnya dengan heran,
"Akan tetapi, bukankah menurut berita Lam-sin adalah seorang nenek yang lihai sekali?"

"Seorang nenek yang jarang sekali bertindak sendiri, bukan? Hanya perkumpulannya saja yang bernama Bu-tek Kai-pang yang mewakilinya dan bukankah berita terakhir mengatakan bahwa setelah Pendekar Sadis muncul maka nenek itupun menghliang, dan Bu-tek Kai-pang juga dibubarkan? Kemudian, ke manapun Pendekar Sadis pergi, gadis yang lihai itu ikut, ikut pula menyerbu See-thian-ong, Pak-san-kui dan bahkan Tung-hai-sian? Pinto berpendapat bahwa gadis itulah yang dahulu menjadi Lam-sin, mungkin menggunakan alat penyamaran sebagai seorang nenek."

Sutenya mengangguk-angguk. Kini dia dapat melihat kemungkinan itu dan biasanya, biarpun suhengnya tidak pernah keluar, namun suhengnya memiliki kecerdasan yang luar biasa.

"Kita harus mengumpulkan para tokoh pendekar dan membicarakan urusan ini. Tak mungkin sepak terjang Pendekar Sadis dibiarkan saja," katanya.

Kui Im Tosu mengangguk-angguk.
"Dia sudah berani mengacau ke sini, dan pula sedikit banyak Cin-ling-pai bertanggung jawab, karena bukankah Pangeran Ceng Han Hduw itu masih ada hubungannya dengan Cin-ling-pai? Menurut kabar yang kita peroleh, dia adalah anak pungut Pendekar Lembah Naga. Nah, kita harus minta pertanggungan jawab para pendekar itu."

Demikianlah, orang-orang Kun-lun-pai lalu mengurus jenazah Jit Goat Tosu kemudian mereka mengirim undangan kepada para tokoh pendekar dan wakil partai-partai persilatan besar untuk membicarakan tentang Pendekar Sadis yang biarpun termasuk pendekar yang menentang orang-orang jahat, namun sepak terjangnya liar dan kekejamannya tidak patut dilakukan oleh seorang pendekar.

Di samping itu, juga Kun-lun-pai perlu memberitahukan tentang pembunuhan yang terjadi di Kun-lun-pai dan minta pertanggungan jawab para pendekar yang masih ada hubungannya dengan Pendekar Sadis. Maka, tidak lupa dia mengundang Cin-ling-pai, juga mengirim utusan untuk mengundang Pendekar Lembah Naga!

**** 177 ****
Pendekar Sadis







Tidak ada komentar: