*

*

Ads

Kamis, 10 Agustus 2017

Pendekar Sadis Jilid 172

Kun-lun-pai adalah satu diantara partai-partai persilatan terbesar di seluruh Tiongkok. Kalau Siauw-lim-pai sejak pertama dipimpin oleh para tokoh beragama Buddha, maka Kun-lun-pai pada beberapa abad terakhir ini dipimpin oleh para tokoh beragama To yang berilmu tinggi.

Seperti juga Siauw-lim-pai, Kun-lun-pai mempunyai banyak sekali murid-murid yang lihai, bahkan kalau Siauw-lim-pai agak ketat mengambil murid yang bukan hwesio, Kun-lun-pai mempunyai banyak murid yang menjadi anggauta Agama To atau To-kauw.

Memang dalam hal tertib keagamaan, Agama To-kauw agak lebih bebas daripada Agama Hud-kauw (Buddhis). Namun, mengenai tertib pelajaran ilmu silat Kun-lun-pai juga ketat menjaga murid-muridnya dan baru membiarkan atau memperbolehkan seorang murid Kun-lun-pai "turun gunung" kalau ilmu silatnya sudah mencapai tingkat tinggi dan sudah lulus dari ujian. Hal ini dilakukan oleh partai-partai persilatan besar untuk menjaga nama mereka, sehingga para murid itu kelak tidak akan memalukan nama partai kalau sampai bergerak di dunia ramai.

Agaknya karena peraturan yang keras inilah maka nama partai-partai seperti Siauw-lim-pai atau Kun-lun-pai menjadi semakin terkenal, karena setiap murid kedua partai ini selain dapat mengangkat nama besar perkumpulan dengan sepak terjang mereka yang gagah dan juga lihai.

Yang menjadi pimpinan dari Kun-lun-pai pada waktu itu adalah Kui Im Tosu dan Kui Yang Tosu, dua orang tosu yang usianya sudah mendekati tujuh puluh tahun, dan tentu saja selain kedua orang yang tingkatnya tertinggi di Kun-lun-pai ini, masih ada beberapa orang sute mereka yang menjadi pembantu-pembantu mereka dalam mengurus perkumpulan yang mempunyai banyak anggauta itu.

Kui Im Tosu merupakan ketuanya dan tosu ini lebih banyak berdiam di kuil, bertapa atau mengajarkan ilmu-ilmu keagamaan kepada para murid dan kalaupun dia mengajarkan ilmu silat, maka yang diajarkan hanyalah murid-murid tingkat tinggi saja.

Yang bertugas keluar adalah wakilnya, yaitu sutenya yang bernama Kui Yang Tosu. Oleh karena itu, yang lebih banyak dikenal oleh dunia luar terutama di dunia persilatan, adalah Kui Yang Tosu. Jaranglah kedua orang tosu ini memperlihatkan ilmu kepandaian mereka. Akan tetapi melihat sepak terjang para murid mereka, yaitu jagoan-jagoan atau pendekar-pendekar Kun-lun-pai yang demikian lihai dan gagah, mudah diduga bahwa kedua orang tosu ini telah mencapai tingkat yang tinggi dalam ilmu silat.

Murid-murid Kun-lun-pai tersebar luas di seluruh pelosok, dan yang tinggal di dalam kuil hanyalah belasan orang tosu sebagai penghuni tetap dan ada dua puluh lebih murid-murid yang belum lulus dari tempat penggemblengan jiwa raga itu.

Perumahan untuk para penghuni kuil dan para murid ini dikurung pagar tembok yang tingginya ada tiga meter, di lereng Pegunungan Kun-lun-san. Di dalam daerah yang cukup luas ini terdapat sebuah kuil besar dan di belakang kuil inilah tempat para murid yang tinggal dalam rumah-rumah yang dibangun untuk mereka, merupakan bangunan panjang.

Daerah ini luas sekali, ada tamannya, ada kebun dimana mereka menanam sayur-sayur dan berladang, ada pula kebun yang penuh pohon-pohon berbuah. Bahkan ada pula bagian bukit yang berbatu-batu yang mempunyai banyak gua-gua buatan alam dimana sering dipergunakan oleh para murid Kun-lun-pai untuk bersamadhi untuk menggembleng batin.

Karena tempat itu memang amat sunyi dan jarang sekali didatangi orang luar, maka para murid Kun-lun-pai dapat melatih diri tanpa ada gangguan dan dapat mencurahkan perhatian mereka baik terhadap pelajaran silat maupun pelajaran agama sebagai penggemblengan mental.






Semua perguruan silat yang tinggi, juga para guru silat yang benar-benar baik, tidak pernah melupakan penggemblengan mental ini, karena mereka semua tahu betul betapa berbahayanya kalau orang muda dibiarkan belajar ilmu silat tanpa disertai penggemblengan watak dan batin ini.

Ilmu silat sama dengan senjata yang ampuh dan berbahaya, maka kalau sampai terjatuh ke tangan orang yang tidak kuat batinnya, tentu saja dengan mudah disalah gunakan, diambil manfaatnya untuk keuntungan diri sendiri sehingga muncullah perbuatan-perbuatan sewenang-wenang mengandalkan ilmu silat.

Sebaliknya, kalau ilmu silat dikuasai orang yang memiliki batin yang kuat, maka ilmu itu akan berguna sekali, baik bagi diri sendiri maupun bagi masyarakat, karena ahli silat yang bermoral tinggi tentu akan mempergunakannya untuk membela kebenaran dan keadilan, menentang yang lalim dan membela yang lemah.

Biarpun tempat itu merupakan pegunungan yang sunyi dan aman, namun para murid Kun-lun-pai tidak pernah lengah melakukan penjagaan secara bergilir. Mereka tidak memusuhi orang-orang tertentu, akan tetapi mereka tahu bahwa Kun-lun-pai banyak dimusuhi orang-orang dari golongan hitam, karena mereka yang tergolong penjahat-penjahat dan yang pernah ditentang oleh para murid Kun-lun-pai sebagai musuh.

Pula, selain untuk menjaga segala kemungkinan buruk, juga penjagaan itu merupakan pelaksanaan ketertiban yang dilaksanakan dengan ketat, yaitu para murid yang sedang digembleng di asrama itu tidak diperkenankan keluar tanpa ijin dari guru mereka.

Kui Im Tosu dan Kui Yang Tosu memimpin Kun-lun-pai dengan bijaksana sehingga nama partai persilatan itu menjadi semakin terkenal. Digalangnya persatuan dan persahabatan yang makin erat dengan partai-partai bersih lainnya, maka nama Kun-lun-pai dibicarakan dengan rasa hormat dan segan.

Hal ini dimengerti benar oleh Thian Sin dan juga Kim Hong yang melakukan perjalanan jauh menuju ke Pegunungan Kun-lun-san itu. Mereka telah melakukan penyelidikan dan mendengar betapa angkernya nama Kun-lun-pai sehingga mereka sudah bersepakat untuk bersikap hati-hati dan sedapat mungkin menghindarkan bentrokan atau kesalah pahaman dengan fihak Kun-lun-pai.

Karena nama besar Kun-lun-pai itulah maka biarpun pada suatu senja mereka telah tiba di daerah Kun-lun-pai, mereka tidak mau mengunjungi asrama itu di waktu malam karena hal itu dianggap kurang sopan. Juga mereka membuang niat mereka untuk melakukan penyelidikan secara diam-diam, yaitu mempergunakan kepandaian untuk malam-malam memasuki asrama secara menyelundup.

Mereka bersikap hati-hati, karena memasuki Kun-lun-pai sebagai maling adalah amat berbahaya dan sukar, juga kalau sampai mereka ketahuan, hal itu tentu akan menimbulkan permusuhan dan akan mempersulit maksud mereka berurusan dengan Jit Goat Tosu tanpa melibatkan Kun-lun-pai.

Mereka bermalam di sebuah gua batu yang banyak terdapat tak jauh dari asrama Kun-lun-pai itu dan baru pada keesokan harinya setelah matahari naik tinggi, setelah mereka membersihkan diri di sumber air dan sarapan pagi daging ayam hutan panggang, mereka berdua pergi mengunjungi asrama Kun-lun-pai.

Kuil Kun-lun-pai bukanlah kuil umum dimana umum suka datang bersembahyang, melainkan kuil yapg khusus dipergunakan belajar agama oleh para murid Kun-lun-pai. Oleh karena itu, tidak ada orang luar datang bersembahyang dan ketika Thian Sin dan Kim Hong tiba di pintu gerbang asrama dimana terpancang sebuah papan nama dengan huruf-huruf besar yang berbunyi KUN LUN PAI, beberapa orang tosu dan beberapa orang murid Kun-lun-pai yang bertugas jaga segera menyambut mereka dengan pandang mata heran dan juga bercuriga.

"Ji-wi (anda berdua) siapakah dan ada keperluan apakah mengunjungi tempat kami?" tanya seorang diantara para murid yang bertugas jaga, tanpa menyembunyikan kekaguman terhadap Kim Hong, kekaguman yang jujur, tidak mengandung berahi atau sikap kurang ajar.

"Kami mohon bertemu dengan ketua Kun-lun-pai," kata Thian Sin, sikapnya hormat dan bicara singkat, setelah dia dan Kim Hong memberi hormat dan dibalas oleh mereka.

"Maaf," kata seorang di antara para tosu, "akan tetapi sungguh tidak mudah untuk menghadap para pimpinan kami. Ketua kami sibuk dengan pekerjaan beliau atau sedang siulian (samadhi), sedangkan wakil ketua kami juga lebih banyak lagi pekerjaannya. Kalau tidak ada keperluan penting sekali, kami sungguh tidak berani lancang mengganggu beliau berdua."

"Totiang," kata Kim Hong. "Kalau tidak ada keperluan penting, untuk apa kami jauh-jauh datang ke tempat sunyi seperti ini? Terus terang saja, yang mempunyai kepentingan adalah aku, dan kawanku ini hanya menemaniku saja. Nah, sekarang bagaimana caranya kalau kami hendak menghadap para pimpinan?"

"Caranya hanya satu, yaitu nona memperkenalkan nama dan memberitahukan kepentingan nona agar dapat kami laporkan kepada pimpinan. Itupun belum dapat kami menanggung bahwa nona akan pasti diterima menghadap, namun setidaknya kedatangan nona akan kami sampaikan sebagai laporan."

"Baiklah, katakan bahwa aku Toan Kim Hong bersama temannya minta dapat menghadap pimpinan Kun-lun-pai karena ada urusan yang amat penting."

"Maaf, Nona Toan. Kami minta agar urusan itu disebutkan sehingga kalau pimpinan kami menanyakan, kami dapat menjawab dan tidak akan mendapat teguran. Kami tidak ingin permintaan nona ditolak hanya karena nona tidak memberitahukan kepentingan nona."

Kim Hong mengerutkan alisnya. Bagaimanapun juga, permintaan tosu ini masuk di akal dan pantas, maka terpaksa iapun harus mengaku terus terang.

"Aku minta menghadap pimpinan Kun-lun-pai untuk minta perkenan mereka agar aku diperbolehkan bertemu dengan Jit Goat Tosu yang sedang bertapa di daerah Kun-lun-pai."

Tosu itu nampak terkejut.
"Siancai..." katanya lirih penuh keheranan karena sesungguhnya dia sendiri sudah hampir lupa kepada seorang kakek yang telah bertahun-tahun bertapa di dalam gua di sebelah belakang ladang Kun-lun-pai di belakang perumahan itu.

Seorang kakek yang penuh rahasia dan yang menurut pimpinan Kun-lun-pai, amat sakti dan tidak boleh diganggu sama sekali.

"Ada apa, totiang? Aku sudah berterus terang, masih kurang apa lagi?"

"Ah, tidak apa-apa, nona. Baik kami akan segera melaporkan ke dalam dan harap ji-wi sudi menanti sebentar di luar."

Dan pintu gerbang itu lalu ditutup dari dalam! Kim Hong saling pandang dengan Thian Sin dan pemuda ini hampir tertawa melihat wajah yang muram dan jengkel itu.

"Tenang dan sabar sajalah. Tiada gunanya jengkel."

"Kalau para tosu itu mempersulit, jangan salahkan aku kalau aku mencari sendiri tanpa seijin mereka!"

Gadis itu mengancam dengan hati mengkal dan melihat keadaan gadis itu, Thian Sin merasa lebih aman untuk berdiam diri saja.

Tak lama kemudian, daun pintu itu terbuka lagi, kini terbuka kedua-duanya sehingga nampaklah sebelah dalam pekarangan depan yang luas itu. Para penjaga kini nampak berbaris rapi, dan selain para tosu yang tadi, kini nampak tiga orang tosu yang lain yang lebih tua dan melihat sikap mereka dapat diduga bahwa tentu tingkat mereka lebih tinggi daripada para tosu pertama.

Seorang diantara mereka, yang memiliki tahi lalat di dagunya, dengan pandang mata penuh selidik memandang kepada kedua orang tamunya, terutama kepada gadis yang katanya hendak bertemu dengan Jit Goat Tosu itu.

"Siancai... Nona yang masih begini muda berkeras hendak bicara dengan pimpinan kami. Akan tetapi pimpinan kami amat sibuk dan tentu saja tidak mempunyai waktu untuk melayani segala macam orang, terkecuali orang-orang istimewa yang mempunyai keperluan istimewa lagi."

"Hemm, totiang, tidak perlu bicara seperti teka-teki. Katakanlah, macam yang bagaimanakah orang istimewa itu?" tanya Kim Hong, menahan kemarahannya dan masih tersenyum, walaupun ia merasa dipandang rendah.

"Melihat sikap nona, tentu nona adalah seorang yang biasa berkelana di dunia kang-ouw, maka ucapan pinto tadi kiranya sudah cukup jelas. Hanya tokoh kang-ouw yang berkepandaian sajalah yang kiranya berharga untuk berhadapan dengan pimpinan kami, sedangkan tokoh kang-ouw biasa, cukuplah berurusan dengan kami, anak murid Kun-lun-pai. Tidak tahu apakah nona termasuk golongan pertama ataukah ke dua."

Hati Kim Hong mulai menjadi panas.
"Totiang, apakah yang harus kulakukan untuk membuktikan kepada kalian disini golongan mana aku termasuk?"

"Maaf nona. Akan tetapi setiap perkumpulan mempunyai peraturan masing-masing dan Kun-lun-pai juga tidak terkecuali. Kami disini mempunyai peraturan yang telah ditentukan sejak dahulu. Diantara para tamu kami dibagi menjadi tiga golongan. Golongan paling rendah adalah mereka yang tidak dapat melewati kami dan golongan ini cukup membicarakan keperluannya dengan kami saja. Adapun golongan ke dua adalah golongan tamu yang biarpun mampu melewati kami namun tidak mampu melewati para suheng kami di ruangan tengah dan golongan itupun cukup disambut dan dilayani oleh para suheng kami itu. Adapun golongan pertama haruslah dapat melewati kami dan kemudian melewati pula para suheng kami di ruangan tengah. Barulah dia berhak untuk bicara dengan pimpinan kami."

"Begitukah? Kenapa tidak sejak tadi kalian memberitahu kepadaku? Nah, susunlah barisanmu, totiang hendak kulihat sampai dimana kehebatan barisan Kun-lun-pai!" Kim Hong menantang dan dibisikkannya kepada Thian Sin.

"Kau jangan mencampuri yang ini." Thian Sin tersenyum dan mengangguk.

Pendekar Sadis







Tidak ada komentar: