*

*

Ads

Selasa, 01 Agustus 2017

Pendekar Sadis Jilid 169

Melihat ini, Bin Mo To juga terkejut. Gin-kang seperti ini hanya dimiliki oleh seorang ahli silat yang tingkatnya sudah tinggi. Maka, diapun tidak berani memandang rendah dan cepat dia menyambut dengan sikap hormat.

"Kiranya nona adalah seorang muda yang memiliki ilmu kepandaian tinggi! Maaf kalau kami sebagai tuan rumah yang sudah tua tidak mengenal pendekar muda dan penyambutan kami kurang menghormat. Harap nona suka memperkenalkan diri dan mengeluarkan isi hati nona."

"Aku bernama Toan Kim Hong. Kenapa aku tadi mengatakan bahwa Tung-hai-sian menjadi penakut? Karena memang agaknya dia sengaja hendak menghindari Pendekar Sadis! Sudah menjadi ketetapan hati pendekar itu untuk menumbangkan empat orang datuk di dunia ini. Lam-sin, datuk selatan telah kalah olehnya, juga See-thian-ong datuk barat dan Pak-san-kui datuk utara. Kini tinggal Tung-hai-sian seorang yang akan diajak bertanding untuk menentukan siapa yang lebih unggul. Akan tetapi, begitu dia muncul, Tung-hai-sian mengundurkan diri! Bukankah ini berarti bahwa datuk timur telah kehilangan nyalinya dan menjadi seorang penakut?"

Wajah Tung-hai-sian menjadi merah. Kalau hal ini terjadi kemarin sebelum puterinya bertunangan dengan putera ketua Cin-ling-pai tentu dia sudah mencabut samurainya untuk menghajar orang yang berani menghinanya seperti itu. Akan tetapi, demi puterinya, dia harus menelan semua penghinaan itu agar tidak sampai terpancing.

Bukankah orang yang kini kedudukannya hanya sebagai pedagang tidak boleh sembarangan mencabut senjata dan mempergunakan kekerasan? Apa artinya dia mengundurkan diri dari dunia kang-ouw dan melepaskan kedudukan dan julukannya kalau dia masih suka menyambut dan mempergunakan kekerasan? Maka, dengan mengerahkan kekuatan batinnya, dia memaksa sebuah senyum pahit.

"Nona, aku tidak mengenal Pendekar Sadis, tidak mempunyai urusan dengan dia sama sekali. Sedangkan di waktu aku masih menjadi Tung-hai-sian sekalipun belum tentu aku mau melayani dia bertempur tanpa sebab yang jelas, apalagi sekarang setelah aku menanggalkan semua itu dan menjadi seorang pedagang biasa."

Khawatir gagal membangkitkan kemarahan tuan rumah untuk diadu dengan Thian Sin, Kim Hong mengerutkan alisnya. Ia datang ke tempat itu bersama Thian Sin, menyelundup di antara para tamu muda yang duduk berbondong-bondong di bagian tamu umum.

Ketika Thian Sin mendapat kenyataan betapa Tung-hai-sian sedang merayakan hari pertunangan puterinya dan bahwa puterinya itu ditunangkan dengan pamannya, yaitu Cia Kong Liang, dan melihat pula betapa ketua Cin-ling-pai dan isterinya berada di situ, hatinya sudah merasa sungkan dan malu.

Dia tidak bermaksud melanjutkan niatnya menantang Tung-hai-sian, setidaknya bukan pada saat itu. Akan tetapi Kim Hong yang tidak mempedulikan semua itu, sudah mendahuluinya dan menantang Tung-hai-sian sehingga Thian Sin terpaksa hanya menonton saja dengan hati berdebar tegang dan merasa serba salah.

"Tung-hai-sian! Pendekar Sadis sudah berada disini dan menantangmu, tidak peduli engkau mau memakai nama Tung-hai-sian atau Bin Mo To, atau juga seorang pedagang tak bernama! Pendeknya, kalau engkau tidak berani, katakan saja, bahwa engkau takut menghadapi dan melawan Pendekar Sadis, baru aku akan pergi dari sini membawa kesan bahwa yang bernama Tung-hai-sian Bin Mo To bukan lain hanyalah seorang kakek yang penakut!"

Wajah Bin Mo To menjadi pucat dan selagi dia bingung untuk menguasai dirinya yang dibakar kemarahan, tiba-tiba terdengar bentakan nyaring.






"Perempuan hina, berani engkau mengacau tempat kami?"

Dan nampak sinar pedang berkelebat ketika Bin Biauw sudah meloncat dan menyerang Kim Hong dengan tusukan pedangnya yang mengarah lehernya.

Akan tetapi, ayahnya sudah menangkap pergelangan tangan yang memegang pedang itu menahan serangan puterinya.

"Anakku, hari ini adalah hari baikmu, tidak sepantasnya kalau engkau terjun ke dalam perkelahian. Duduklah kembali, Biauw-ji," kata Bin Mo To dengan suara lemah lembut dan penuh kasih sayang.

"Hemm, anaknya jauh lebih gagah daripada ayahnya!"

Kim Hong sengaja mengejek dan ia memang merasa kagum melihat kecantikan Bin Biauw tadi.

Akan tetapi sebelum Bin Biauw kembali ke tempat duduknya, tiba-tiba nampak bayangan berkelebat cepat sekali dan tahu-tahu disitu telah berdiri seorang pemuda bertubuh tegap gagah perkasa dengan pakaian yang rapi, seorang berpotongan pendekar sejati, dengan pedang di punggung, tampan dan ganteng, sikapnya angkuh namun berwibawa.

"Biauw-moi, biarkan aku menghadapi perempuan liar ini!"

Melihat bahwa yang maju adalah calon mantunya, Bin Mo To merasa girang dan bangga. Dia sendiri tentu saja tidak gentar menghadapi wanita itu walaupun disebutnya nama Pendekar Sadis membuat hatinya agak tidak enak. Akan tetapi dengan munculnya mantunya yang dia tahu amat lihai, apalagi disitu hadir pula besannya, yaitu ketua Cin-ling-pai, hatinya menjadi besar dan diapun tersenyum dan berkata kepada calon mantunya,

"Harap engkau berhati-hati."

Lalu diapun mengajak puterinya kembali ke tempat duduk mereka. Kini Cia Kong Liang berhadapan dengan Kim Hong yang agak terpesona oleh pemuda yang gagah perkasa dan ganteng ini. Kim Hong memandang pemuda itu dan tidak menyembunyikan rasa kagumnya. Sambil tersenyum manis iapun berkata,

"Ah, kiranya inikah yang menjadi mantu Tung-hai-sian Bin Mo To dan putera ketua Cin-ling-pai? Hebat! Sungguh pandai sekali Tung-hai-sian memilih mantu!" katanya dan semua orang yang mendengar menjadi semakin heran.

Gadis itu bicara tentang Tung-hai-sian seolah-olah kakek yang menjadi datuk itu hanyalah orang yang setingkat dengan dirinya saja. Cia Kong Liang tidak mau banyak bicara dengan wanita cantik itu.

"Engkat tadi mengatakan bahwa Pendekar Sadis sudah muncul untuk mengacau disini. Nah, akulah lawannya karena aku mewakili tuan rumah Locianpwe Bin Mo To untuk menghadapi Pendekar Sadis. Sudah lama aku mendengar tentang kekejamannya dan hari ini aku ingin sekali untuk merasakan sampai dimana sebenarnya kelihaian orang kejam itu!"

Kim Hong tersenyum dan menjadi semakin kagum akan kegagahan sikap pemuda ini.
"Hemm, kau tentu she Cia, bukan? Aku mendengar bahwa keluarga Cia, ketua dari Cin-ling-pai merupakan pendekar-pendekar sakti yang berilmu tinggi sekali. Akan tetapi, munculnya Pendekar Sadis disini adalah untuk menandingi Tung-hai-sian, bukan lain orang. Kalau lain orang yang maju, maka akulah lawannya!"

Cia Kong Liang mengerutkan alisnya.
"Engkau seorang wanita yang sombong sekali. Aku tidak peduli siapa yang akan maju, Pendekar Sadis atau antek-anteknya, pendeknya siapapun yang hendak mengacaukan perayaan hari ini, biarlah dia boleh berhadapan dengan aku!"

Sambil berkata demikian, Kong Liang sudah mencabut pedangnya, sebatang pedang yang terbuat dari bahan yang amat baik, mengeluarkan sinar kebiruan tanda bahwa pedang itu amat tajam dan kuat.

Dengan pedang melintang di depan dadanya, Kong Liang menanti, sikapnya siap untuk bertanding. Kim Hong memandang kagum. Sungguh seorang pemuda yang pilihan, pikirya. Tampan, ganteng, dan gagah perkasa. Pantas menjadi putera ketua Cin-ling-pai yang terkenal kesaktiannya itu. Maka timbullah kegembiraannya dan ingin ia mencoba kepandaian pemuda ganteng itu. Pula, iapun mengerti bahwa Thian Sin akan merasa sungkan untuk melawan pemuda ini yang menurut penuturan kekasihnya itu, masih terhitung paman sendiri.

"Bagus! Cia-taihiap, mari kita main-main sebentar!" katanya dengan manis dan iapun sudah mencabut sepasang pedangnya yang mengeluarkan sinar hitam mengerikan.

Sikap Kim Hong seperti menghadapi suatu permainan atau pertunjukkan yang amat menarik saja, sama sekali tidak nampak tegang atau khawatir, seolah-olah ia tidak tahu bahwa ia telah menantang putera tunggal ketua Cin-ling-pai!

Kong Liang sendiri merasa mendongkol bukan main. Perempuan sombong ini memang perlu dihajar, pikirnya. Kalau tidak, maka tentu nama baik calon mertuanya akan tercemar.

"Ingat, nona, engkau sendiri yang datang mencari keributan, bukan kami!" kata Kong Liang sambil memutar pedangnya ke atas kepala sehingga pedang itu berubah menjadi gulungan sinar kebiruan.

"Hi-hik, jangan khawatir. Memang aku datang untuk membikin ribut!" tantang Kim Hong yang juga sudah bergerak, memasang kuda-kuda yang manis sekali, kaki kanan diangkat dan ditekuk, tubuhnya tegak lurus.

Pedang kanan menuding ke atas dada, mulutnya tersenyum dan matanya mengerling ke arah lawan karena mukanya menghadap ke kiri.

"Lihat serangan!"

Kong Liang yang bagaimanapun juga merasa tidak enak harus melawan seorang dara muda, membentak dan mulai dengan membuka serangan pertama.

Kim Hong menangkis dengan pedang kiri sambil mengerahkan tenaga karena ia melihat betapa serangan lawan itu mengandung sin-kang yang kuat.

"Cringgg...!"

Kong Liang yang tadi hanya mengeluarkan separuh tenaganya, terkejut karena pedangnya tergetar hebat.

Tahulah dia bahwa lawannya itu, walaupun hanya merupakan seorang wanita muda, namun memiliki sin-kang yang kuat. Maka diapun menyerang lagi, sekali ini mengerahkan seluruh tenaganya. Kim Hong yang agaknya hendak mengukur tenaga lawan, kembali menangkis.

"Tranggg...!"

Bunga api berpijar menyilaukan mata ketika dengan amat kerasnya dua batang pedang itu bertemu dan pedang kanan Kim Hong sudah meluncur ke depan dengan cepatnya menuju ke tenggorokah Kong Liang!

Pemuda ini terkejut. Pertemuan pedang tadi, yang digerakkan dengan sepenuh tenaga, ternyata ditangkis oleh tenaga yang tidak kalah kuatnya, bahkan pada saat berikutnya, pedang ke dua dari lawannya sudah menusuk ke arah tenggorokannya. Cepat dia miringkan kepala, memutar kaki dan membalas dengar sabetan pedang dari samping. Kembali Kim Hong menangkis.

"Bagus!"

Kong Liang memuji dengar sejujurnya dan mulailah dia menggerakkan pedangnya dengan jurus-jurus Siang-bhok Kiam-sut yang hebat.

Ilmu Pedang Kayu Harum ini adalah ilmu inti dari Cin-ling-pai. Maka kehebatannya bukan main. Aselinya dimainkan oleh pedang kayu, akan tetapi untuk mencapai tingkat ini bukanlah mudah sehingga Kong Liang sendiripun tidak mampu kalau harus menggunakan pedang kayu, maka sebagai gantinya dia mainkan ilmu itu dengan pedang baja. Biarpun tidak sehebat kalau ayahnya bermain pedang kayu, namun ilmu pedang pemuda ini sudah hebat bukan main.

Melihat gerakan-gerakan aneh dan indah sekali ini, Kim Hong sendiri terkejut dan kagum. Ia amat tertarik dan untuk belasan jurus lamanya ia hanya mengelak dan menangkis sambil memperhatikan gerakan lawan.

"Bagus sekali! Inikah Siang-bhok Kiam-sut dari Cin-ling-pai? Hebat... hebat... hebat...!"

Ia menangkis lagi dan mulai membalas dengan serangan-serangan yang tidak kalah dahsyatnya. Sepasang pedangnya telah membentuk dua gulungan sinar hitam yang melingkar-lingkar seperti dua ekor naga hitam yang menyambar-nyambar. Iapun segera mainkan ilmunya yang paling diandalkan, yaitu Hok-mo Kiam-sut (Ilmu Pedang Menaklukan Iblis) dan karena ia memiliki gin-kang yang masih lebih tinggi dibandingkan dengan Kong Liang maka gerakannya amat cepat dan cukup membuat Kong Liang menjadi bingung.

Pemuda ini cepat mengubah permainan pedangnya dan mempergunakan gerakan Thai-kek Sin-kun untuk melindungi dirinya. Memang hanya ilmu inilah yang dapat dipergunakan untuk melindungi dirinya terhadap desakan lawan yang lihai.

Akan tetapi, karena mengerahkan seluruh kepandaian dan tenaga untuk melindungi diri, dengan sendirinya Kong Liang tidak dapat membalas dan mulailah dia terdesak dengan hebat. Kim Hong yang merasa gembira sekali itu sudah mergerahkan seluruh tenaga dan mengeluarkan semua kepandaiannya, maka tentu saja Kong Liang menjadi repot karena bagaimanapun juga, tingkat kepandaian Kim Hong yang pernah menjadi Lam-sin datuk selatan itu masih lebih tinggi dari tingkatnya!

Semua orang, termasuk juga Bin Mo To, dan bahkan Cia Bun Houw dan Yap In Hong, terkejut bukan main melihat kenyataan yang pahit ini. Tak pernah ada yang mengira bahwa gadis muda yang sama sekali tidak terkenal itu ternyata memiliki ilmu kepandaian yang demikian hebatnya sehingga putera ketua Cin-ling-pai yang lihai itupun menjadi kewalahan!

Pendekar Sadis







Tidak ada komentar: