*

*

Ads

Selasa, 01 Agustus 2017

Pendekar Sadis Jilid 165

"Nona, aku pernah mendengar tentang jarum merah dan Hok-mo Siang-kiam. Ada hubungan apakah engkau dengan Lam-sin?"

Pertanyaan yang persis sama dengan yang pernah diajukan oleh See-thian-ong kepadanya! Sekali ini Thian Sin diam saja, dan Kim Hong menjawab seperti ketika ia menjawab See-thian-ong,

"Lam-sin sudah tidak ada, yang ada hanyalah Toan Kim Hong saja!"

"Tapi... tapi... Lam-sin adalah datuk selatan, masih rekan dan segolongan denganku...!"

"Cukup! Kalau engkau takut menghadapiku, katakanlah, tua bangka!" bentak Kim Hong.

Tentu saja bentakan ini membuat Pak-san-kui marah bukan main. Ia tahu bahwa gadis ini ternyata lihai sekali, dan mungkin sudah mewarisi semua kepandaian datuk yang bernama Lam-sin. Akan tetapi hal itu bukan berarti bahwa dia takut menghadapinya, hanya kalau gadis selihai ini sekarang berpihak kepada Thian Sin, sungguh amat berbahaya bagi pihaknya. Kini mendengar makian dan bentakan Kim Hong, dia lupa akan semua kekhawatiran itu, terganti rasa kemarahan besar sekali dan diapun membentak,

"Bocah yang bosan hidup!" Dan huncwenya sudah menyerang lagi.

Kim Hong tersenyum mengejek dan menggerakkan sepasang pedangnya pula. Melihat betapa mereka sudah mulai bertempur lagi, Siangkoan Wi Hong dan Pak-thian Sam-liong juga segera menyerbu Thian Sin yang menghadapi mereka sambil tersenyum dan memandang rendah. Akan tetapi pemuda ini tetap membagi perhatiannya kepada Kim Hong karena dia tidak ingin gadis itu celaka di tangan datuk utara yang lihai itu.

Diam-diam Kim Hong merasa gembira sekali karena semenjak ia meninggalkan Pulau Teratai Merah, berkelana di dunia kang-ouw sampai mendapatkan julukan Lam-sin, baru beberapa kali saja memperoleh lawan yang cukup tangguh.

Pertama sekali adalah Thian Sin yang telah berhasil mengalahkannya, mengalahkan ilmu silatnya dan juga menundukkan hatinya, pria pertama yang ia serahi tubuhnya sebagai tanda takluk. Kemudian ia bertemu dengan See-thian-ong yang merupakan lawan yang tangguh pula. Dan kini, Pak-san-kui juga merupakan lawan yang menggembirakan karena memang amat lihai.

Kim Hong harus mengerahkan seluruh kepandaian dan tenaganya, barulah ia dapat mengimbangi kehebatan kakek itu. Di lain pihak, Pak-san-kui terkejut bukan main setelah memperoleh kenyataan bahwa dia sungguh-sungguh tidak dapat mengatasi gadis itu!

Jurus apapun yang dikeluarkannya, selalu dapat dibendung oleh gadis itu dan dia sendiri baru dengan setengah mati dapat menyelamatkan diri dari desakan gadis itu. Apalagi kecepatan dan keringanan tubuh gadis itu yang membuat dia hampir kewalahan. Benar-benar seorang lawan yang agaknya tidak di bawah Pendekar Sadis sendiri tingkat kepandaiannya.

Mulailah dia merasa khawatir sekali. Kalau gadis ini membantu Thian Sin, maka pihaknya jelas akan mengalami kerugian hebat. Setelah membiarkan Kim Hong menghadapi dan "merasakan" kelihaian datuk utara itu selama lima puluh jurus lebih, tiba-tiba Thian Sin lalu melompat, meninggalkan empat orang pengeroyoknya dan menerjang datuk itu sambil berkata kepada Kim Hong.






"Jangan kau merampas musuh besar dari tanganku!"

Kim Hong tertawa dan gadis inipun membalik lalu menghadapi Siangkoan Wi Hong dan Pak-thian Sam-liong. Pada saat itu, Siangkoan Wi Hong sudah merasa yakin bahwa gadis ini agaknya memang sengaja mendekati keluarga Pak-san-kui untuk memancing mereka ke tempat itu, maka diapun menjadi marah sekali.

"Perempuan hina, rasakan pembalasanku!"

Yang-kimnya menyerang ganas disusul cengkeraman tangan kirinya dengan ilmu cakar garuda!

Dimaki seperti itu, Kim Hong menjadi marah sekali. Pedangnya berkelebat menyambar, yang satu menangkis yang-kim dan yang ke dua membabat ke arah lengan kiri lawan, dan selain itu, iapun mengerahkan semua tenaganya.

"Trakkk!"

Siangkoan Wi Hong berhasil menarik kembali lengan kirinya, akan tetapi setelah terdengar suara keras itu, yang-kimnya pecah ujungnya terbabat pedang hitam! Dan Kim Hong terus mendesaknya, akan tetapi pada saat itu Pak-thian Sam-liong telah menyerbunya dari belakang, kanan dan kiri. Terpaksa dara itu memutar kedua pedangnya dan kembali ia menghadapi pengeroyokan mereka berempat.

Akan tetapi sekali ini Kim Hong tidak main-main lagi dan gerakan kedua pedangnya membuat empat pengeroyok itu menjadi kalang kabut dan terdesak hebat. Apalagi Siangkoan Wi Hong sudah mengalami kekagetan karena yang-kimnya patah ujungnya. Sama sekali tidak pernah disangkanya bahwa gadis cantik yang pernah membiarkan dia menciuminya mesra itu ternyata memiliki kepandaian begitu hebat sehingga ayahnya sendiripun tidak mampu mengalahkannya.

Sementara itu, perkelahian antara Thian Sin melawan Pak-san-kui juga sudah menampakkan perobahan. Kini Thian Sin mengeluarkan semua kepandaiannya dan mengerahkan seluruh tenaganya. Kakek itu tampak lelah sekali, dan sinar lampu di depan pondok itu biarpun hanya suram saja masih dapat menerangi keadaan kakek yang wajahnya menjadi pucat, napasnya agak memburu dan dari topi sulaman bunga emas di kepalanya itu keluar uap putih yang tebal.

Thian Sin terus mendesaknya, dan setiap kali huncwe bertemu dengan Gim-hwa-kiam, tentu kakek itu tergetar dan terhuyung ke belakang.

"Tranggggg...!"

Kembali kedua senjata itu bertemu dan sekali ini sedemikian hebatnya sehingga tubuh kakek itu terjengkang ke belakang dan jatuh terduduk.

Akan tetapi Pak-san-kui sudah menggerakkan lengan kirinya yang dapat memanjang itu, sambil duduk tangan kirinya itu bergerak seperti ular dan tahu-tahu telah menangkap kaki kanan Thian Sin.

Pemuda ini memang sengaja membiarkan kakinya ditangkap, akan tetapi ketika kakinya ditarik, tetap saja dia tidak mampu mempertahankan dan diapun terpelanting! Akan tetapi bukan sembarangan terpelanting, melainkan terpelanting yang telah diaturnya sehingga ketika terguling itu, pedangnya bergerak, sinar perak berkelebat ke bawah.

"Crokk! Aughhhhh...!"

Pak-san-kui meloncat berdiri dan terhuyung ke belakang, akan tetapi lengannya tertinggal di kaki Thian Sin karena pedang itu telah membabat buntung lengan kirinya sebatas siku! Akan tetapi, tangan kirinya itu masih saja mencengkeram pergelangan kaki pemuda itu!

Thian Sin cepat membungkuk dan melepaskan tangan kiri lawan itu dari kakinya, kemudian dia terus menubruk maju menyerang Pak-san-kui yang sudah terluka parah.

"Trang! Tranggg...!" Kembali bunga api berpijar dan tubuh kakek itu terjengkang.

Thian Sin menyimpan Gin-hwa-kiam dan pada saat kakek itu bangkit, dia sudah menyerangnya lagi, kini mempergunakan kedua tangan kosong. Pak-san-kui yang menyeringai kesakitan itu menyambutnya dengan pukulan huncwe sekuatnya ke arah dahi Thian Sin. Pemuda ini menangkapnya. Mereka saling betot dan tiba-tiba Thian Sin mempergunakan Thi-khi-i-beng!

"Ahhh...!"

Pak-san-kui terkejut sekali. Dia sudah tahu bahwa lawannya ini memiliki ilmu Thi-khi-i-beng yang mujijat itu, akan tetapi dia sama sekali tidak menyangkanya bahwa pemuda itu akan mempergunakannya pada saat itu.

Kini huncwenya melekat pada tangan pemuda itu dan pada saat dia mengerahkan tenaga sekuatnya untuk membetot, pemuda itu mengerahkan ilmu yang seketika menyedot semua sin-kang yang tersalur lewat tangan kanannya.

Karena tangan kirinya sudah tidak dapat dipergunakan, maka kakek ini cepat menyimpan tenaga dan menghentikan pengerahan sin-kangnya. Hanya itulah satu-satunya jalan untuk menyelamatkan dirinya agar tenaga lwee-kangnya tidak tersedot habis. Akan tetapi, pada saat itu Thian Sin yang sudah memperhitungkan ini, tiba-tiba merenggut lepas huncwenya dan di lain saat huncwe itu sudah membalik ke arah kepala Pak-san-kui.

"Prakkk!"

Huncwe itu remuk, pecah berantakan, tetapi tubuh kakek itu terguling, kepalanya bagian pelipis mengucurkan darah!

Thian Sin membuang huncwe yang sudah remuk itu dan meloncat mendekati untuk memeriksa apakah lawannya telah tewas. Baru saja dia membungkuk, tiba-tiba kaki Pak-san-kui bergerak cepat.

"Desss...!" Tubuh Thian Sin terlempar ke belakang ketika kaki itu mengenai dadanya!

Untung bahwa dia tadi cepat mengerahkan tenaga Thian-te Sin-ciang yang melindungi dadanya sehingga ketika kena tendang, dia hanya terlempar saja dengan dada terasa agak nyeri, akan tetapi tidak sampai terluka dalam. Kakek itu tertawa aneh dan tubuhnya sudah meloncat bangun lagi lalu menubruk ke arah Thian Sin yang masih rebah terlentang setelah terlempar tadi. Thian Sin menyambutnya dengan totokan ke arah leher sambil meloncat bangun.

"Cusss...!"

Thian Sin kaget bukan main ketika jari tangannya hanya menotok kulit daging yang lunak.

Disangkanya bahkan kakek itu mempergunakan ilmu yang dimiliki Kim Hong, yaitu melepaskan daging menyembunyikan otot seperti Ilmu Bian-kun (Ilmu Silat Kapas). Akan tetapi ketika dia memandangi ternyata kakek itu terkulai dan roboh tak bernyawa lagi!

Kiranya setelah mengeluarkan suara ketawa aneh dan pada saat menubruknya tadi, kakek itu telah tewas! Tenaganya yang terakhir dipergunakan dalam tendangan tadi dan setelah dia memeriksanya, ternyata pelipis kepalanya telah retak oleh pukulan dengan huncwe tadi. Thian Sin cepat menengok. Dia melihat betapa Kim Hong mempermainkan empat orang lawannya. Diapun tidak membantu, hanya menonton sambil berdiri di depan pondok.

Diam-diam dia semakin kagum kepada Kim Hong. Empat orang pengeroyoknya itu rata-rata memiliki ilmu kepandaian yang hebat dan kalau mereka berempat itu maju bersama seperti itu, agaknya malah lebih berbahaya dan lebih kuat dibandingkan dengan Pak-san-kui sendiri.

Namun, jelaslah bahwa Kim Hong menguasai perkelahian itu. Dara ini membagi-bagi serangan seenaknya, dan dengan gin-kangnya yang luar biasa ia seperti beterbangan ke sana ke mari, seperti seekor kupu-kupu lincah beterbangan diantara empat tangkai bunga. Sepasang pedang di tangannya membuat gulungan sinar hitam yang mengeluarkan suara berdesing-desing dan yang membuat empat orang pengeroyoknya kewalahan sekali. Bahkan barisan Sha-kak-tin itupun sudah kocar-kacir. Hal ini bukan hanya disebabkan oleh kelihaian ilmu pedang Kim Hong, melainkan juga karena adanya Siangkoan Wi Hong ikut mengeroyok.

Sha-kak-tin adalah ilmu silat kelompok yang dilakukan oleh tiga orang yang selalu mengatur pengepungan dengan segi tiga. Tempat mereka itu boleh bertukar-tukar, akan tetapi selalu dalam bentuk segi tiga. Kini dengan adanya Siangkoan Wi Hong, biarpun dasar ilmu silat mereka dari satu sumber, akan tetapi kehadiran Siangkoan Wi Hong ini tidak memungkinkan lagi mereka memainkan Sha-kak-tin dengan sempurna.

Untuk membiarkan Siangkoan Wi Hong meninggalkan merekapun merupakan hal yang berbahaya sekali karena lawan mereka sungguh amat lihai. Maka mereka mengepung berempat dan melakukan pengeroyokan. Akibatnya malah mereka sendiri yang merasa dikeroyok oleh banyak sekali pedang hitam!

Memang Kim Hong sengaja mempermainkan mereka. Ia sudah berhasil merobek baju Siangkoan Wi Hong berikut kulit dan sedikit daging di dada kirinya, melukai pundak dan paha tiga orang Pak-thian Sam-liong, akan tetapi belum mau merobohkan mereka. Ia menanti sampai Thian Sin berhasil merobohkan Pak-san-kui dan setelah melihat Pak-san-kui roboh dan tidak bergerak lagi, barulah ia tersenyum.

"Sekarang, kalian berempat bersiaplah untuk mengiringkan guru kalian ke neraka!"

Dan gerakan pedangnyapun berubah, menjadi semakin cepat, membuat empat orang itu bingung sekali.

Dua kali sinar hitam menyambar disusul robohnya dua orang diantara Pak-thian Sam-liong. Mereka roboh tak bergerak lagi karena ujung kedua pedang hitam itu telah menusuk antara kedua mata mereka. Orang ke tiga dari Pak-thian Sam-liong yang marah sekali menusukkan pedangnya dengan nekad, akan tetapi kembali sinar hitam berkelebat. Terdengar suara keras dan pedang itu buntung, disusul robohnya pemegangnya dengan leher yang hampir putus terbabat sinar hitam pedang Hok-mo Siang-kiam.

Pendekar Sadis







Tidak ada komentar: