*

*

Ads

Minggu, 28 Mei 2017

Pendekar Sadis Jilid 075

Tahulah Thian Sin bahwa anak buah perampok itu takut kepada kepalanya, maka diapun tersenyum mengejek dan berkata,

"Dengar baik-baik, perlu apa kau takuti dia yang sudah tak berdaya itu? Dia tidak dapat mengganggumu lagi, akan tetapi aku dapat! Dan ingat apa yang akan kulakukan padamu. Tidak hanya mematahkan dua batang tulang kakimu, juga dua tulang lenganmu, kemudian kupatahkan kedua tulang pundakmu, kubuntungi dua telingamu dan hidungmu. Lihat, sesudah itu apakah engkau masih dapat disiksa yang lebih hebat lagi."

Dan Thian Sin meraba kaki kanan orang itu yang belum patah tulangnya, mengerahkan sin-kangnya sehingga tampak tangannya terasa dingin menembus celana kaki kanan itu. Orang itu menarik kakinya seperti disengat binatang berbisa dan mukanya menjadi lebih pucat lagi.

"Tidak... jangan..."

"Katakan dimana barang-barang itu! Jangan kira kalau tidak diberi tahu kami tak dapat mencari dan menemukannya!"

"Di dalam... gua... di dalam hutan ini..."

"Di mana letaknya itu?" bentak Thian Sin.

"Sin-ko, aku tahu di mana letak gua dalam hutan ini. Mari!" kata Bun Hong.

Thian Sin mengangguk dan memandang kepada Han Tiong.
"Pergilah, Sin-te. Kau dan Bun Hong pergi mencari barang-barang itu dan aku akan menjaga dan mengurus mereka ini."

"Aku akan membantumu, Tiong-ko." kata Lian Hong.

Thian Sin memandang kecewa karena dia ingin agar gadis itu tidak pernah berpisah lagi dari sampingnya. Akan tetapi tentu saja dia tidak berani membantah dan diapun mengajak Bun Hong mencari gua itu. Mereka memasuki hutan tak lama kemudian tibalah mereka di depan sebuah gua di mana terdapat dua orang penjaga. Dua orang perampok yang melihat munculnya dua orang pemuda itu, menjadi terkejut dan segera mereka mencabut golok.

Akan tetapi, hanya dengan dua kali gerakan saja, Thian Sin telah membuat mereka roboh dan pingsan. Melihat ini, Bun Hong kagum bukan main dan diam-diam dia merasa ngeri juga menyaksikan sepak terjang Thian Sin dan tahulah dia bahwa pemuda ini sungguh memiliki ilmu kepandaian yang amat tinggi.

Akan tetapi diapun tahu bahwa pemuda ini juga seorang yang memiliki hati yang ganas terhadap penjahat, tanpa mengenal ampun, sungguh wataknya menjadi kebalikan dari watak Han Tiong yang selalu tenang, sabar dan penuh kebijaksanaan itu.

Setelah mereka memasuki gua, benar saja, di dalam gua yang besar itu terdapat dua gerobak barang-barang itu, dan mereka berdua bahkan berhasil menemukan beberapa ekor kuda tak jauh dari gua. Thian Sin dan Bun Hong lalu bekerja cepat. Mereka menangkap beberapa ekor kuda itu, lalu memasang mereka di depan kereta dan melemparkan tubuh dua orang perampok yang pingsan itu ke atas kereta, kemudian membawa dua buah kereta itu ke tempat di mana terjadi pertempuran tadi.






Ketika mereka tiba di situ, mereka melihat betapa Han Tiong dibantu oleh Lian Hong sibuk merawat para perampok itu! Dengan ilmunya yang tinggi, Han Tiong telah mengobati mereka dengan totokan-totokan dan bahkan menyambung tulang-tulang yang patah, dan membalut kaki dan tangan yang patah tulangnya.

Melihat ini, Thian Sin meloncat turun dari kereta dan menghampiri kakaknya dengan alis berkerut.

"Tiong-ko, mengapa kau lakukan itu? Bahkan minta kepada Hong-moi untuk membantumu? Sungguh tidak pantas manusia-manusia binatang ini ditolong, apalagi oleh tangan Hong-moi, Sepatutnya mereka ini dibasmi dan dibunuh saja!"

Han Tiong tersenyum dan bangkit berdiri.
"Sin-te, jangan begitu. Bagaimanapun juga, mereka ini adalah manusia-manusia dan yang jahat hanyalah perbuatan mereka yang mereka lakukan karena kegelapan batin mereka. Merekapun dapat menderita seperti kita, mana mungkin aku dapat membiarkan saja mereka merintih dan mengeluh?"

Thian Sin makin tidak puas dengan jawaban itu.
"Habis, mereka ini mau diapakan? Kalau kita yang kalah tadi, kiranya mereka tidak akan mau peduli kepada kita, bahkan mungkin mereka akan membunuh kita, dan Hong-moi... ah, mereka akan melakukan hal-hal yang lebih jahat lagi!"

Han Tiong menarik napas panjang.
"Mungkin saja mereka lakukan itu, akan tetapi kita bukan mereka dan kita tidak akan melakukan hal-hal yang seperti mereka. Inilah yang membedakan antara orang-orang sadar dan orang tidak sadar, Sin-te, antara orang yang dikuasai nafsu kejahatan dan orang yang tidak membiarkan diri diseret nafsu."

"Lalu mereka ini mau diapakan?" desak Thian Sin.

"Kita bawa ke kota, kita serahkan kepada yang berwajib. Bukankah demikian semestinya? Biarlah yang berwajib yang akan menghukum mereka, bukan kita yang akan menghukum mereka."

Perdebatan antara dua orang muda itu diperhatikan oleh semua perampok, dan terutama sekali amat diperhatian oleh Lian Hong. Juga Bun Hong dapat melihat perbedaan besar antara dua orang muda yang memiliki kepandaian hebat itu.

Semua perampok digiring ke kota Su-couw. Yang hanya luka dan patah tulang tangannya, diharuskan berjalan kaki, akan tetapi yang tidak dapat berjalan karena tulang kakinya patah, dinaikkan ke atas gerobak yang ditarik oleh kuda-kuda itu dan empat orang muda itu mengawalnya dari depan dan belakang.

Di sepanjang perjalanan, para penghuni dusun menyambut rombongan aneh ini dan sebentar saja tersiarlah berita bahwa empat orang muda itu telah menangkap segerombolan perampok dan merampas kembali barang-barang yang dirampok.

Di kota Su-couw, mereka menyerahkan para penjahat kepada pembesar setempat dan mereka disambut dengan penuh kehormatan dan kegembiraan oleh Kui Beng Sin yang mengerahkan semua anak buah Pouw-an-piauwkiok. Empat orang muda itu, terutama Han Tiong dan Thian Sin, disambut dengan sorak-sorai, dengan puji-pujian dan Kui Beng Sin seperti melupakan luka-luka di tubuhnya saking gembiranya melihat barang kawalan itu dapat dirampas kembali.

Apalagi ketika dia melihat dan mendapat keterangan bahwa yang menolongnya adalah putera Cia Sin Liong dan Ceng Han Houw, kegembiraannya membuat dia menitikkan air matanya dan dia merangkul Han Tiong dengan girang sekali.

"Ah, kiranya putera Sin Liong jugalah yang menyelamatkan aku dan keluargaku!" katanya dengan bangga sekali.

Ciu Khai Sun yang mendengar akan hasil dua orang pemuda bersama dua orang putera-puterinya itu segera menyusul ke Su-couw bersama isteri-isterinya dan pertemuan diantara mereka di rumah Kui Beng Sin sungguh merupakan pertemuan yang amat menggembirakan.

Malam itu juga, Kui Beng Sin mengadakan pesta keluarga untuk menyambut usaha yang amat berhasil dari empat orang muda itu, dan dalam kesempatan ini, Kui Beng Sin juga mengundang Phoa-taikin, yaitu pembesar di Su-couw yang mempunyai barang-barang berharga yang telah dirampok dan berhasil dirampas kembali itu. Undangan terhadap Phoa-taijin ini juga dimaksudkan untuk memberi selamat kepada pembesar itu yang memperoleh kembali barang-barangnya kembali, juga untuk menyerahkan kembali barang-barangnya karena belum sampai terkirim ke Sin-yang.

Ruangan lebar yang biasanya dipakai untuk tempat berlatih silat itu, di bagian belakang rumah Kui Beng Sing telah dihias dengan meriah dan tempat itu nampak bersih dan rapi. Beberapa meja ditempatkan di ruangan itu, mengelilingi sebuah meja besar yang merupakan meja pusat, dimana Kui Beng Sin akan menjamu tamu-tamunya yang terdiri dari keluarga Ciu dari Lok-yang, lalu dua orang pemuda pendekar yang telah berjasa itu, kemudian Phoa-taijin yang kedatangannya masih sedang ditunggu.

Para anak buah Pouw-an-piauwkiok juga ikut berpesta, dan mereka itu duduk melingkari meja-meja yang lain, dengan sikap gembira, akan tetapi juga hormat karena di tengah-tengah ruangan itu terdapat keluarga majikan atau ketua mereka sedang menjamu tamu-tamu agung itu.

Akhirnya, tamu yang ditunggu-tunggu, Phoa-taijin, datang juga, diiringkan oleh dua orang pengawalnya. Phoa-taijin adalah seorang pembesar yang terkenal di kota Su-couw, sebagai seorang pembesar yang kaya raya dan juga terkenal suka memberi sumbangan kepada semua golongan. Dia dikenal sebagai seorang pembesar kaya raya yang dermawan!

Orang tidak mau lagi peduli dari mana pembesar itu memperoleh kekayaannya yang besar. Bagi orang-orang itu, apalagi yang menerima sumbangan langsung, tidak mau tahu lagi dari mana kekayaan si penyumbang didapatkan. Dari manapun datangnya harta yang disumbangkan, seorang penyumbang akan dipuji-puji sebagai seorang dermawan yang baik hati!

Padahal, kalau orang mau menaruh perhatian dan menyelidiki, tentu dia akan merasa heran bukan main bagaimana seorang yang menjadi pembesar dapat mengumpulkan kekayaan yang demikian melimpah, padahal kalau melihat dari hasilnya sebagai pejabat, biar dia bekerja sampai seratus tahun sekalipun, hasil dari gajinya belum dapat menyamai jumlah seperseratus jumlah kekayaannya yang terkumpul bukan dari hasil kerjanya itu.

Memang Phoa-taijin seorang yang pandai sekali, bukan hanya pandai mengumpulkan kekayaan, akan tetapi juga pandai mengambil hati orang-orang sehingga dia memperoleh nama sebagai seorang pembesar yang baik dan berhati dermawan.

Dia muncul di ruangan itu dengan wajah cerah, mulutnya tersenyum lebar dan pandang matanya berseri-seri. Dia disambut dengan sopan dan gembira oleh Kui Beng Sin dan isterinya. Juga Ciu Khai Sun dan dua orang isterinya bangkit berdiri memberi hormat karena biarpun dia tinggal di Lok-yang, namun sebagai seorang ketua piauwkiok yang terkenal, tokoh Siauw-lim itu tentu saja mengenal pembesar yang cukup terkenal di daerah Propinsi Ho-nan ini.

Phoa-taijin membalas penghormatan mereka sambil tertawa gembira dan diapun memandang kepada Ciu Khai Sun, lalu berkata,

"Ah, Ciu-piauwsu juga telah hadir di sini! Kami mendengar bahwa barang-barang kami itu berhasil dirampas kembali berkat keluarga Ciu-piauwsu di Lok-yang, benarkah itu?" Dia melirik ke arah Thian Sin dan Han Tiong, lalu disambungnya. "Kami mendengar dari Ji-ciangkun yang menerima dan menahan para perampok itu."

Yang disebut Ji-ciangkun adalah pembesar penjaga keamanan yang telah menerima penyerahan para perampok oleh empat orang muda itu.

"Ah, sesungguhnya saya tidak berjasa, dan kedua anak sayapun hanya ikut saja, taijin," kata Ciu Khai Sun merendah.

Kui Beng Sin tertawa.
"Taijin, yang berjasa adalah dua orang keponakan kami inilah!" Dia menunjuk kepada Thian Sin dan Han Tiong yang tadi telah memberi hormat dan kini telah duduk kembali. "Ketahuilah, taijin, mereka ini adalah keponakan-keponakan saya yang gagah perkasa. Ini adalah Cia Han Tiong, putera dari saudara tiri saya yaitu Pendekar Lembah Naga Cia Sin Liong! Dan seorang ini adalah muridnya, yaitu bernama Ceng Thian Sin. Taijin tentu tidak tahu siapa dia ini! Dia adalah putera dari mendiang Pangeran Ceng Han Houw yang namanya pernah menggemparkan dunia persilatan itu!"

Baik Ciu Khai Sun maupun Han Tiong telah memberi isyarat kepada Beng Sin agar tidak memberitahukan hal itu, namun agaknya piauwsu gendut itu tidak sadar akan hal ini. Dia terlalu bersyukur, berterima kasih dan bergembira sehingga dia memperkenalkan dua orang muda yang dibanggakannya itu, lupa bahwa pembesar itu adalah "orang luar" dan bahwa nama Ceng Han Houw bukanlah sembarangan nama yang boleh diumumkan begitu saja, mengingat keadaannya ketika masih hidupnya. Pangeran itu adalah seorang yang bukan hanya menggegerkan dunia kang-ouw, akan tetapi bahkan menggegerkan pemerintah dan kota raja, dan sebagai seorang pemberontak malah! Maka, amat tidaklah enak untuk memperkenalkan putera pangeran itu!

Akan tetapi, Kui Beng Sin telah menceritakan hal itu, semua telah terjadi dan Thian Sin hanya duduk dengan tenang. Juga pembesar itu tidak memperlihatkan sikap lain, kecuali membelalakkan kedua matanya memandang kepada dua orang muda itu dan berseru.

"Ah, siapa kira dua orang muda remaja ini telah memiliki kepandaian yang demikian hebatnya."

Pesta itu berlangsung dengan gembira dan ketika Kui Beng Sin menyampaikan kembali barang-barang milik pembesar she Phoa itu, Phoa-taijin mengucapkan terima kasih dan biarpun barang-barang itu belum dikirim ke tempat tujuan, yaitu Sin-yang, namun pembesar itu merasa girang bahwa tidak ada sedikitpun diantara barang itu yang hilang. Phoa-taijin minta agar barang-barang itu besok dikembalikan ke gudangnya dan dia tidak lupa untuk memberi hadiah kepada Pouw-an-piauwkiok.

**** 075 ****
Pendekar Sadis







Tidak ada komentar: